Ria menatap Indro dengan pandangan yang sulit di artikan. Tatapan yang dingin itu membuat Indro kesulitan untuk menebak makna dari tatapan itu. Namun ia tak hiraukan akan hal itu yang ia inginkan sekarang hanyalah meminta agar dirinya tidak lagi berjauhan dengan Ria.
Ria masih menatap nya dengan tatapan yang dingin itu, bahkan wajah nya yang selalu terlukis senyuman yang cantik kini hanya ada wajah tanpa ekspresi.
Ria menghembuskan nafas kasar lalu kemudian menjatuhkan pandangan nya pada kantong plastik di sebelah nya. Tangan nya membuka plastik itu mengambil sebuah kapas dan obat merah.
"Bisa diam dulu gak? Gue mau obati luka nya" kata Ria yang terkesan dingin. Indro tak menjawab apa pun ia membiarkan Ria melakukan apa yang ingin dia lakukan sekarang.
Sungguh Indro sangat rindu akan suara Ria, sudah 1 Minggu ia lewatkan tanpa mendengar suara Ria. Meski mereka tidak bertemu atau pun memberi kabar satu sama lain dalam waktu hanya 1 minggu. Mungkin bagi orang lain 1 Minggu adalah waktu yang cukup singkat. Namun bagi itu 1 Minggu sama dengan 1 tahun bagi nya. Bukan hanya tentang diri nya yang melewati hari-hari seperti biasa nya. Kali ini terasa sangat menyakitkan.
Jika hari-hari biasa nya ia lewati dengan senyuman dan langkah kaki nya yang ringan bagai berjalan di taman bunga yang besar dan indah. Sekarang saat diri nya menjauh dari Ria, ia merasa seperti berjalan di atas pisau yang tajam. Sangat MENYAKITKAN!
Indro memandang kembali sosok yang ada di depan nya ini. Ria melakukan semuanya dengan lembut ketika mengobati luka pada tangan Indro. Wajah nya yang tampak serius meski kurang bersahabat itu mampu membuat hati Indro menghangat seperti sebelumnya. Meski ia tau ini bukan waktu yang tepat untuk mengagumi sosok Ria saat ini.
Hal terakhir yang Ria lakukan adalah menempel kan plester luka pada tangan Indro dengan sangat hati-hati. Kemudian ia kembali memasukan obat-obatan itu ke dalam kantong plastik tadi.
"Ria" panggil Indro dengan lembut. Ia tak bisa menyembunyikan rasa menyesal nya dari dalam suara nya sendiri.
Ria yang merasa di panggil kini menatap Indro dengan tatapan lurus dan dingin masih sama seperti tadi. Ia tak tau apa yang harus dia katakan pada Indro. Tapi dari sikap nya bisa Indro ketahui bahwa Ria sangat marah pada nya saat ini.
"Jangan menjauh dari gue lagi yah" ucap Indro dengan suara nya yang lirih dan sedih.
Ria hanya bisa menatap nya saja. Dia bimbang saat ini. Apakah dia harus berhenti menjauhi Indro atau tidak. Dia masih marah karena dirinya hanya di manfaatkan saja oleh Indro. Siapa pun itu pasti akan merasakan hal yang sama dengan Ria.
Tapi di sisi lain pikiran Ria menyuruhnya untuk tetap menjauh dari Indro mau bagaimana pun Indro hanya memainkan perasaan nya saja. Tapi berbeda dengan hati Ria yang ingin sekali kembali kepada Indro. Dia bingung harus mengikuti pikiran nya atau hati nya...
"Lo gak tau seberapa tersiksa nya gue saat Lo menjauh dan menghilang dari depan gue"
"Gue gak bisa kalau gak ada lo Ri" mata Indro mulai memanas dan memerah, ia ingin menangis saat ini.
"Gue gak tau harus lakuin hal apa. Gue marah, gue kesel, dan gue kecewa sama Lo, karena gue cuman di manfaatin" ujar Ria masih dengan nada dingin dan wajah tanpa ekspresi nya.
Indro menundukkan kepala nya dalam-dalam, menghembuskan nafas mencoba menetralkan dan menenangkan diri nya sendiri.
"Lo boleh marah sama gue, tapi gue mohon jangan menjauh dari gue Ri"
"Terus gue harus jadi boneka pengganti Lo gitu?" Tanya Ria sedikit meninggikan suara nya.
Kali ini Indro mengangkat kepala nya, menatap lekat pada manik mata yang sedang menatap nya ini. Pandangan Indro mulai kabur karena air mata yang menggenang di pelupuk mata nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TENTANG "RIA"
Teen FictionJangan pernah memanfaatkan seseorang hanya untuk kepentingan mu sendiri. Jangan pernah memanfaatkan seseorang hanya untuk menggantikan posisi orang yang pernah menjadi bagian dari cerita hidup mu. Sayangi dan cintai orang itu setulus hati mu bukan h...