20.

1.3K 169 4
                                    


Udah dua hari gua coba menghubungi Ruby, tapi gua sama sekali nggak mendapat jawaban apa-apa darinya. Padahal dua hari lalu, tepat saat Ben datang ke cafe gua malam itu, gua mau suruh dia datang ke apartment gua.

Kemarin pun gua sama sekali nggak mendapat jawaban apa-apa dari dia. Karna khawatir, akhirnya gua memutuskan untuk datang ke rumahnya. Gua nggak peduli kalo sampai di sana dia bakal ngusir gua. Yang penting gua tau keadaan dia.

Malam ini gua berdiri di depan rumah dia yang keliatan sepi dan mencoba memencet bel rumahnya. Gua harap ada orang di rumah Ruby dan gua juga harap Ruby nggak kenapa-kenapa.

"Permisi, Mbak."

Gua tersentak lalu memutar tubuh gua ke belakang dan melihat ada satpam yang menghampiri gua. Gua hampir aja menampar orang yang ada di belakang gua ini, untungnya dia satpam.

"Nyari siapa?" Tanyanya.

"Saya nyari anak yang punya rumah ini, Ruby." Kata gua.

Satpam itu tersenyum lalu menundukkan kepalanya. Gua bisa tau jelas kalo senyuman itu bukan pertanda baik. Ada sesuatu yang buruk dibalik senyuman itu.

"Dua hari lalu Mbak Ruby ditangkep, Mbak. Narkoba. Sekarang katanya lagi ada di BNN."

Lutut gua dan sekujur tubuh gua langsung lemas mendengar kabar tersebut. Bahkan air mata gua langsung tumpah begitu aja saking terkejutnya mendengar berita barusan.

Jadi selama ini temen deket gua sendiri itu pemakai obat-obatan terlarang? Terus selama ini dia selalu ngelarang gua sama Lila datang ke rumahnya karna ini? Sampai-sampai dia nggak mau barang-barangnya di sentuh. Semuanya karna ini?

"Saya permisi." Kata satpam tersebut.

"M-makasih infonya, Pak."

Kaki gua melangkah masuk ke dalam mobil dan tangisan gua pecah di dalam mobil. Kenapa harus kayak begini? Gua merasa orang-orang terdekat gua malah pergi saat gua membutuhkan mereka. Kenapa?

Di dalam mobil gua menjerit menangis. Ada rasa bersalah di dalam diri gua karna selama ini gua nggak tau temen gua pemakai obat-obatan terlarang. Selama ini harusnya gua tau dia ada masalah apa sampai dia mau makai benda terlarang itu.

Apa yang selama ini Ruby sembunyiin dari gua sama Lila? Selama ini dia selalu berlagak seperti hidupnya yang paling bahagia dan tololnya gua itu adalah saat gua sama sekali nggak sadar kalo dia punya masalah yang pastinya berat juga.

"Gua salah apa sih?" Lirih gua.

Gua menghapus air mata gua dan gua langsung menginjak pedal gas lalu meninggalkan kediaman Ruby. Mobil gua melaju dengan kecepatan tinggi di tengah kota.

Sekarang gua hanya ingin pulang dan membuat diri gua nggak sadar. Gua nggak tau harus berbagi cerita ke siapa lagi. Semua tempat cerita gua udah hilang. Kepala gua rasanya sakit luar biasa.

Di parkiran apartment, gua meninggalkan mobil gua di sana. Gua nggak peduli kalo gua udah memarkir mobil gua dengan betul atau belum. Yang penting adalah gua cepat sampai di apartment gua.

"SHIT!" Umpat gua saat masuk ke dalam apartment gua. Gua mengirim pesan pada Yanan dan memberi tahu dia kalo gua bakal ngambil Rex besok.

Mata gua langsung tertuju ke dapur. Bukan, gua bukan mau amil vodka. Tapi, gua menatap foto gua dan Jaehyun yang gua pajang di cabinet selama ini. Setelah putus pun gua belum mencabut foto tersebut.

"Fuck! Belom juga seminggu. But, why? I miss him so much." Kata gua.

"By, lu kenapa? Katanya lu nggak bakalan kemana-mana. Sekarang gua harus cerita ke siapa?" Kata gua dan tepat saat itu gua terduduk di lantai lalu menangis.

Espoir ; Jung JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang