Setelah 1 bulan penuh aku gunakan untuk pemulihan dan mempelajari huruf braille di rumah sakit, akhirnya hari ini aku bisa pulang. Selama itu juga mamah dan arga selalu ada disamping aku, arga yang selalu datang membacakan materi dan tugas dari kampus. Arga yang selalu menuliskan tugas-tugasku karena aku belum mampu melakukannya sendiri. Arga yang selalu merawatku dengan baik, membuatku semakin merasa tidak pantas untuk arga.
Aku adalah typical wanita mandiri, aku tidak suka merepotkan orang lain. Dan ini yang terjadi, aku sama dengan beban.
Arga selalu marah setiap aku bilang 'aku ngga mau ngerepotin kamu ga'. Aku cuma khawatir arga terlalu lelah mengurusku, kegiatan di kampus saja sudah melelahkan. Sungguh aku benci dengan keadaan ini, tapi aku bisa apa?
"Sha, mamah nunggu dirumah. Administrasi udah selesai semua, bunda aku juga dirumah kamu. Kita langsung pulang ya?" Arga menggandengku dengan telaten sambil mencium singkat keningku.
"Aku seneng sha kamu udah bisa pulang"
"Arga?"
"Iya sayang"
"Kamu capek ngga sama aku?"
"Sha, jangan mulai"
"Aku mau kamu bahagia ga"
"Kamu bahagia aku"
Bisa aku rasakan arga menggenggam tanganku erat.
"Jangan pernah berpikir buat lepasin aku sha, apapun pikiran buruk yang ada dipikiran kamu.. buang jauh-jauh, jawaban aku tetap sama, sampai kapanpun"
"Ga, mungkin sekarang kamu bisa bilang begini karena kamu belum ngerasain susahnya pacaran sama aku kedepannya. Belum omongan-omongan orang nanti, aku ngga mau bikin kamu malu" ucapku sambil membelai pipi arga. Dan arga membalasnya dengan kecupan di tanganku.
"Daisha Bellova, dengar. Daisha selamanya daisha, ngga ada yang berubah. Aku sayang kamu juga ngga ada yang berubah. Terus sejak kapan seorang daisha dengerin omongan orang? Siapa dulu yang bilang ke aku omongan orang tuh ngga penting, yang penting gimana kitanya aja"
"Maaf ga.. aku juga ngga tau" aku hanya bisa menundukkan wajah, dan tiba-tiba air mata yang sedari tadi aku tahan, memaksa untuk keluar.
"Hey, sha.." panggil arga sambil membawaku ke pelukannya.
Aku suka pelukan hangat arga, aku suka arga, aku suka semua yang berkaitan dengan arga, aku juga mau egois, aku ngga mau kehilangan arga.
"Aku sayang kamu ga, makanya aku mau kamu bahagia. Aku ngga tau apa aku masih bisa ngasih kebahagiaan ke kamu dengan kondisi aku yang begini"
"Kamu bahagia aku sha, kamu rumah aku. Daisha Bellova udah punya tempat tersendiri di hati dan pikiran aku, jadi jangan lepas aku ya?"
Aku hanya bisa tersenyum menanggapi arga, kedepannya aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Saat ini aku hanya ingin mensyukuri apa yang sudah terjadi, setelah musibah itu otakku selalu lelah. Lelah karena terlalu banyak memikirkan berbagai hal kedepan yang bahkan aku tidak tahu. Jadi aku putuskan untuk menjalaninya saja dengan pasrah.
----------------------
"Daishaaaaaaa"
"Bunda ya?" Aku membalas pelukan dari bunda ana, bundanya arga.
"Ih bunda kenapa nangis?"
Aku merasakan pundakku basah, jadi aku menebak bunda ana sedang menangis terisak.
"Bunda seneng kamu udah sehat, eh. Bunda masak opor ayam kesukaan kamu, ayo makan dulu mumpung masih anget nih"
"Beneran bunda? Iya mau banget, kangen masakan bunda" bunda ana menuntunku ke meja makan.
"Anak cewenya aja yang disambut bun? Ini anak cowonya habis angkat-angkat barang ngga disuruh makan juga?"
"Bawa barang segitu doang juga, mana katanya cowo tangguh? Itu loh makanannya ambil sendiri"
"Mamah lia mana sih? Mah, anak gantengmu ini di telantarin sama bunda"
Aku tahu sekarang arga sedang naik ke lantai atas untuk mencari pembelaan dari mamah karena bundanya lebih sayang aku.
"Kenapa sih ini anak ganteng mamah dateng-dateng bibirnya maju kedepan" aku mendengar suara langkah kaki mamah yang mungkin sedang turun bersama dengan arga.
Aku yang mendengar itu sontak tertawa, arga tetaplah arga. Manja.
"Itu tuh bunda lebih sayang sama daisha, padahalkan harusnya aku yang lebih lebih lebih lebih sayang daisha" ucap arga sambil membelai rambutku lembut dan memelukku dari belakang.
"Lebihnya cuma 4 kali aja nih?" Tanyaku berniat menggoda arga.
"Kalau bisa aku bilang lebih sampai kamu capek dengernya"
"Heh jangan mesra-mesraan depan bunda. Alergi tau nggak, kamu geli banget anak siapa sih? Itu daishanya mau makan jangan di gangguin"
"Bunda tuh ngga pernah muda apa gimana sih? Sensi amat"
"Bunda kamu lebih parah bucinnya sama ayah kamu dulu pas muda" ucap mamah, seisi rumahpun akhirnya tertawa karena ucapan singkat mamah.
"Ada apa nih ketawa ngga ngajak-ngajak"
"Kepo aja orang tua" ini arga mulutnya kadang, sama ayahnya sendiri juga begitu.
"Aish, putus ajalah kamu sama arga. Modelan begitu mah di pasar senen banyak. Masa ganteng gini dibilang orang tua?"
Semuanya kompak tertawa, bahkan arga yang di nistakanpun ikut tertawa. Aku bahagia berada di tengah-tengah keluarga ini. Aku mau egois saja.
------------------------
Arga Adhinatha
Daisha ya daisha ngga akan berubah. Aku sayang daisha juga ngga akan berubah. Bagaimanapun keadaan daisha, aku sayang daisha. Kalau mata daisha tidak bisa melihat dunia, aku siap menceritakan segalanya yang terjadi di dunia untuk daisha. Jangan lepas arga ya, Sha?
KAMU SEDANG MEMBACA
Edelweis
RomanceSemuanya gelap ga, bahkan aku ngga bisa lihat kamu lagi. lantas apa yang mau di pertahankan? Apa arti bertahan untuk kamu sha? aku sayang kamu bagaimanapun keadaannya. start : 08 Mei 2021 end : -