Jatuh Lagi

4 0 0
                                    

"Ga, ini mampir dulu ke panti asuhan kasih ibu ya? Ada yang mau aku kasih ke anak-anak"

"Siap sayang"

Sepulang dari kampus, aku memutuskan untuk mampir ke panti asuhan kasih ibu. Saat ini aku harus merepotkan arga, karena daisha sudah tidak bisa berkendara sendiri lagi.

Saat SMA, aku dan arga menjadi relawan sekolah untuk membantu anak-anak panti belajar membaca dan menulis. Aku menjadi relawan karena suka anak-anak, dan arga.. karena ada aku katanya. Terakhir aku kesana 1 minggu sebelum aku kecelakaan, sudah cukup lama. Bisa dibilang hampir 3 bulan ini.

"Sudah sampai sha, ayo turun"

"It's ok ga, ngga usah dibantu. Aku bawa tongkat"

"Mantap pacar arga emang luar biasa"

"Ih, jangan begitu ya nanti di depan anak-anak"

"Baik bu bos!"

Dasar arga.

Saat aku mengucap salam, semua anak-anak panti berbondong-bondong keluar. Yang kutahu jumlahnya sekitar 23 anak rata-rata usia 12 tahun. Mereka langsung berebut memeluk aku.

"Kak daishaaaaa kangen banget"

Oh aku tahu, ini suara namira. Adik kesayangan aku disini.

"Namira kan ya? Yaampun, kaka juga kangen banget sini cium dulu pipinya"

"Kakak kenapa pake kacamata sama tongkat itu? Terus 3 bulan ini kok ngga jengukin kita sih?"

"Sini deh semuanya kakak ceritain. Ga, bisa bawa aku ke tempat duduk yang di teras?"

"Mau di gendong?" Seperti biasa, arga dengan nada menggodanya.

"Ih kak arga, modus" kata salah satu anak laki-laki, aku tidak bisa mengenali suaranya.

"Heh, siapa tuh yang ngajarin? Modus apaan sih?" Balas arga, dia memang tidak pernah mau kalah argumen. Walaupun dengan anak kecil.

"Modus itu kata temen aku di sekolah suka genit ke cewe yang disuka"

"Udah-udah, ngapain jadi bahas modus. Ayo sini semuanya" Akupun mengakhiri perdebatan arga dan anak laki-laki itu, karena kalau tidak seperti itu pembahasannya akan kemana-mana.

"Jadi.. kak daisha 3 bulan lalu kena musibah, musibah itu mengakibatkan kedua mata kakak tidak bisa melihat lagi. Kalau kacamata sih ngga ada alasan apapun, pengin pake aja. Nah kalau tongkat ini alat bantu jalan ka daisha biar ngga jatuh"

Tidak ada suara, hening sekali. Kupikir mereka pergi, tapi ini masih ada yang tiduran di paha aku, masih ada yang senderan juga di lengan aku.

"Kalian diceritain tidur apa gimana?" Tanyaku penasaran, karena arga juga tidak berbicara apapun.

"Kita lagi nangis kak" jawab namira.

"Kok nangis ngga ada suaranya, kirain kakak pada pergi atau tidur"

"Disuruh kak arga nangisnya sambil bekep mulut" jawab namira lagi yang membuat aku tertawa.

"Mau aja disuruh-suruh kak arga? Nangis mah nangis aja kali, sini pada mau peluk kak daisha lagi ngga?"

"Mauuuuuu" merekapun berhamburan memelukku, tapi tidak lama kemudian ada seseorang yang memelukku.

"Daisha hebat sekali, melewati ini semua dengan senyuman. Ibu bangga banget pernah ketemu sama wanita seistimewa daisha"

Ini ibu panti, mendengar kata-kata yang keluar dari mulut ibu panti barusan membuat aku menitikan air mata pada akhirnya.

"Ibu lebih hebat, ibu wanita kuat yang mengurus anak-anak disini dengan sangat baik. Maafin daisha ya bu baru bisa datang kesini lagi"

"Ini rumah daisha, kapan saja mau datang pasti ibu sambut dengan baik. Kalau daisha ngga kesini juga ngga papa, yang penting daisha sehat"

"Ibu juga sehat selalu ya.. oh iya, ini daisha bawa buku atlas buat anak-anak, dulu kan daisha pernah janjiin biar mereka bisa lihat dunia dalam versi kecil"

Aku menyerahkan totebag yang sudah berisi 30 buku atlas ke ibu panti, setelah itu aku langsung pamit pulang karena arga mengatakan sudah jam 7 malam.

Saat di perjalanan pulang arga tidak berbicara apapun. Ini tumben sekali, biasanya dia yang paling cerewet.

"Aku ada salah ya ga? Sampai di diemin"

Aku merasakan arga menepi dan menghentikan laju mobil, entahlah kita sudah sampai mana. Tidak ada jawaban, arga hanya mengambil tanganku dan mengecupnya berkali-kali. Sampai terdengar arga menarik nafas dan menghembuskannya kembali.

"Aku kayanya jatuh cinta lagi sha"

Ini telinga aku yang salah dengar atau gimana, arga jatuh cinta lagi sama siapa?

"Kan ga, aku juga bilang apa waktu di rumah sakit. Kamu ngga akan tahan pacaran sama orang buta kaya aku, bener aku kan waktu itu, ayo akhiri aja. Aku ngg-"

Belum sempat aku menyelesaikan apa yang ingin aku katakan tiba-tiba arga mencium bibirku cukup lama. Sampai aku membalas ciuman arga barulah arga meraih tengkuk leherku. Kita berciuman cukup lama sampai aku merasakan sesak, dan arga melepaskannya.

"Aku jatuh cinta lagi dan lagi sama kamu sha, semakin hari aku semakin dibuat gila sama pesona kamu"

Disitu, aku bisa merasakan ketulusan dari setiap kata yang dilontarkan oleh arga.

"Arga adhinatha.. bukan cuma kamu yang jatuh lagi dan lagi. Tapi aku juga" ucapku sambil membelai pipi arga lembut.

"Kita nikah ajala besok"

"Ada-ada aja. Lulus juga belum"

Akhirnya kita melanjutkan perjalanan pulang dengan tawa yang menyelimuti malam ini.

Entah sampai kapan aku dengan arga menjadi kita. Tapi biarkan hal ini berlangsung lama.

EdelweisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang