Sleep Over

4 0 0
                                    

"Sha.. mamah 2 hari kedepan ada perjalanan dinas ya, katanya bunda ana mau nginep disini buat nemenin daisha"

Suara mamah terdengar agak jauh, aku sedang di kamar mungkin mamah ada di dapur.

Aku memutuskan untuk turun ke bawah sebelum menjawab pertanyaan mamah.

"Maafin daisha ya mah"

Jawabku yang masih berusaha untuk menemukan titik keberadaan mamah.

"Maaf untuk apa sih?"

Aku merasakan tangan mamah merengkuhku masuk kedalam pelukannya. Pelukan yang paling nyaman, wangi badan mamah yang paling aku suka.

"Maaf jadi merepotkan mamah dan bunda ana"

"Loh? Bunda ana sendiri yang mau. Malah sepaket mau dibawa kesini semua"

"Hah? Gimana deh mah?"

Ini sepaket maksudnya gimana?

"Iya sepaket. Bunda ana, ayah zaki, sama arga"

Akupun tergelak cukup lama.

"Ini mah pasti awalnya arga dulu yang minta nginep nemenin aku"

"100! Tapi bunda ana juga mau katanya kangen tidur sama kamu"

"Ya udah deh, yang penting ngga ada yang merasa terbebani"

"Kamu bukan beban atau apapun yang kamu pikirkan itu daisha. Kamu anak mamah yang paling hebat, yang paling cantik, yang paling baik, yang paling mamah banggakan, dan yang paling mamah syukuri karena sudah diberi kepercayaan buat punya anak seperti kamu"

"Maaf mah daisha cuma jadi sering banget mikir yang engga-engga setelah kehilangan pengelihatan. Daisha takut merepotkan, daisha takut ngga bisa apa-apa, ngga bisa melanjutkan masa depan, ngga bisa bahagiain mamah" aku berucap sambil memeluk mamah dan menangis terisak.

"Kamu terlalu sempurna daisha, ngga perlu merasa begitu. Mamah, bunda ana, ayah zaki, arga, bahkan papah hendra yang sudah di surga semuanya sayang kamu" balas mamah memelukku lebih erat.

Setelah scene saling peluk dan menumpahkan tangis di pagi hari dengan mamah barusan, kami sarapan dengan tenang tanpa ada obrolan lagi. Sampai suara pintu yang di ketuk terdengar. Mamah sepertinya beranjak untuk melihat siapa yang datang.

"Assalamualaikum cantik-cantikku di rumah ini....."

"Waalaikumsalam waduh beneran sepaket diborong nih na?"

Oh itu bunda ana yang datang.

"Iya dong, ngga mau ditinggal istri aku mah li. Jadi wajib ngikut"

Itu pasti ayah zaki, dan jawaban mamah pasti..

"Halah bucin, pantesan arga bucin banget sama anak aku. Niru ayah bundanya tuh"

Kita semua tertawa, sampai mamah mempersilahkan mereka untuk masuk dan sarapan bersama. Tapi aku tidak mendengar suara arga sampai saat ini.

"Kesayangan bunda...."

Bunda ana mendekat ke arahku kemudian memeluk dan mencium keningku seperti biasa. Disusul oleh ayah zaki yang melakukan kegiatan serupa. Mereka memang sudah ku anggap seperti orang tua sendiri.

"Arga mana bunda? Katanya ikut juga?"

"Bukan ikut lagi, orang dia yang minta nginep. Itu lagi beli roti manis kesukaan kamu dulu, bentar lagi juga dateng. Nah! Tuh kan dateng"

Jawab bunda ana, yang aku balas dengan anggukan.

"Assalamualaikum semuanya, arga yang paling ganteng bawa yang manis-manis nih"

EdelweisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang