UCAPAN dari cowok itu membuatku beranjak dari tempat dudukku. Aku terkekeh selama beberapa detik sembari menatap kearah bawah. Entahlah, aku juga tidak tahu apa yang sedang kulihat dibawah sana.
Namun, saat wajahku mendongak kearahnya, mimik wajahku berubah menjadi meluat, "Lo siapa?" interogasiku, "kenal aja enggak.. atas dasar apa lo ngomong kalo lo itu cowok gue?"
Seisi kelas menjadi ricuh, termasuk kedua temannya yang duduk dibelakang. Mereka cekikikkan, namun tidak dengan salah satu temannya yang hanya memperhatikan saja.
"Yaelah!" gerutu Caleb dari belakang sana, "balik lo El, balik.. kaga berbakat lo jadi fakboi kayak gue!"
"Leb, tar dihajar Noel mampus lo!" Cowok yang hanya diam itu akhirnya berujar.
Yang disinggung menoleh sembari memberikan tatapan tajam kearah ketiga temannya yang beradu dibelakang. Kemudian, pandangan cowok itu—yang kutahu kalau namanya itu adalah Noel, mulai mengangkat tangannya, menyodorkannya kearahku.
"Kenalin," ucapnya tenang, "Noel Harald. Biasa dipanggil El. Tapi, kalo khusus buat lo wajib manggil sayang."
"Anjim mata gue!" Tiba-tiba Miley berseru, membuat aku dan Noel menoleh kearahnya, "Kei, gue ke toilet dulu. Ada panggilan alam nih! Bye, have fun ya!"
"Ih apaan sih, Miley!" gerutuku pada cewek yang sudah melenggang pergi keluar kelas.
"Lo lagi?!" ujarku secara tiba-tiba setelah melihat punggung Miley mulai menghilang dari pandanganku. Jari telunjukku menunjuk kearah wajah Noel.
Cowok itu sedikit terkejut, tetapi aku tidak perduli. "Lo kenapa sih? sana balik kebelakang!"
"Yah Neng, diajak kenalan ama cogan ngape malah disuruh balik, sih?"
"Diem deh lo, Caleb."
"Parah! Tuh cewek udah tau nama lo, Leb!" Cowok bernama Fin bersorak gembira. Seperti ada rasa kebanggaan tersendiri.
"Ya kan dari tadi, tuh mulut lo yang sebut nama gue mulu!" Caleb menoyor kepala Fin. "Gimana dia kaga tau, alig!"
Yang ditoyor berusaha menggahar kepalanya beberapa kali. "Kepala gue difitrah, setan!"
Caleb membelalakan matanya. "Lah gue pikir lo nonis, Fin?"
"Bener-bener lo, Leb! Gak berguna banget lo jadi tetangga sebelah rumah gue!" Fin jengkel sendiri menghadapi tingkah laku cowok yang duduk disampingnya.
"Gaffin, mending lo kekantin deh bareng Traytin," ujar Noel tiba-tiba, "Caleb gak usah ditemenin, pikirannya dangkal."
"Bener juga tuh!" Gaffin setuju dengan usulan Noel. "yok, Tray! Lo diem mulu dari tadi."
Traytin, teman mereka yang tidak banyak bicara mendesah pelan. "Apa gue harus jungkir balik, Fin?"
Gaffin terkekeh, kemudian mereka berdua pergi keluar kelas meninggalkan Caleb—dengan menyisakan ekspresi murung diwajah cowok itu.
"Gitu amat lo El ama gue!"
Noel hanya tersenyum miring. "Lo disitu aja, pantengin gue ngebucin ama dia—Eh bentar, nama lo siapa? Yakali, nama pacar sendiri gue kaga tau."
Aku yang baru tersadar telah membuang -buang waktu menyaksikan apa yang empat sekawan itu lakukan sedari tadi memegangi kepala selama beberapa detik.
"Lo?" ujarku sembari menarik nafas, "...sinting!"
Aku menginjak kaki kanannya sekuat tenaga. Hanya kalimat itu yang aku ucapkan sebelum akhirnya memutuskan pergi meninggalkan kelas, bermaksud ingin menyusul Miley yang tak kunjung kembali dari Toilet.
YOU ARE READING
Noel Harald
Teen FictionNoel Harald. Ya, ini adalah kisahku dengan cowok bernama Noel. Cowok yang senantiasa membuatku tidak pernah tenang saat menjalani masa SMA-ku selama 3 tahun. Bukan, bukan karena dia adalah makhluk yang tak kasat mata. Melainkan, ini adalah hal buru...