KAMI telah menemukan tempat untuk duduk. Seperti yang aku katakan bahwa disini benar-benar ramai. Semua orang mengantri dan berdesakan untuk memesan dan mengambil makanan mereka.
Aku mengedarkan pandanganku keselilingku. Yang benar saja ada yang merokok di area sekolah, batinku. Buru-buru aku menutup hidungku, tak akan kubiarkan asap-asap itu masuk kedalam saluran pernapasanku.
"Kei, lo mau pesen apa?" Itu adalah Miley, sepertinya gadis itu yang akan memesan pesanan kami.
Aku berpikir sejenak. "Bakso aja deh," kataku mantap.
"Kalau lo berdua mau pesen apa?" Miley beralih kepada dua gadis yang sibuk dengan wajah mereka-berkaca seratus kali tak henti-henti.
"Eh, aduh mau dipesenin sekalian, nih?" ujar Tara dengan wajah yang sok tidak enakan. Gadis itu menoleh sekilas kearah Hannah, "jadi gak enak nih, ya nggak, Han?"
"Iya nih." Timpal Hannah.
"Lama nggak gue pesenin nih," Ketus Miley yang membuatku menarik senyuman miring.
Raut wajah Tara dan Hannah berubah, "Kita pesen bakso juga deh," ujar Tara yang kemudian disusul oleh anggukan Hannah, "tapi inget ya, jangan banyak-banyak cabenya, perut gue nggak tahan soalnya."
Miley memberi kode kepadaku, membuatku mengigit bibir bawah sembari mengangkat tangan kananku membentuk tanda oke.
"Oke," Balas Miley kemudian bergegas pergi menghampiri sang penjual bakso.
Tersisalah aku disini dengan dua orang gadis yang nampaknya tak menyukaiku. Dapat kupastikan bahwa mereka berdua sedari tadi memperhatikanku dari atas hingga bawah. Entah apa yang mereka lihat, tetapi ingin sekali rasanya kutarik rambut mereka berdua.
"Keira, jadi gimana hubungan lo sama Noel?" pertanyaan yang dilontarkan oleh Tara membuat kedua alisku tertaut, "pacaran gak? atau lo cuman jadi main-mainnya dia doang? Ups-maaf."
"Tara kok jadi nggak sopan gini, sih?" ucap Hannah sembari memperhatikan raut wajahku, "duh maaf ya, Kei. Tapi mungkin aja omongan Tara ada benernya, ya nggak?"
Aku menarik nafas panjang, kemudian menghembuskannya secara perlahan.
Kalem, Kei kalem, jangan kepancing, batinku.
"Kok diem?" Suara Tara lagi-lagi kudengar dipanca indera pendengaranku, "lo nggak bantah omongan gue karna emang omongan gue bener kan?"
Tau dari mana sih, bitch?! Balasku dalam hati. Huh, andai aja ini nggak disekolah, uda habis lo gue ladenin. Lo pikir gue takut sama lo? Duh, enggak.
"Eh, pada ngomongin apa nih?" ucap Gaffin, cowok itu langsung duduk ditengah-tengah Tara dan Hannah, "serius amat!"
"Ngapain lo duduk disitu?" Ketus Tara, "kayak nggak ada bangku lain aja!"
Kedua bola mata Gaffin mencari-cari bangku yang dimaksud oleh Tara, namun sepertinya memang tak ada bangku lain, "Emang gak ada." Balas Gaffin.
"Yang boleh duduk disamping gue cuman Noel!" ujar Tara memperingati.
"Emang gue pengin duduk disamping lo?" tanya Gaffin sembari menunjuk gadis yang terlihat keki itu, "enggak! Orang gue mau duduk disamping Hannah."
Tara mendengus. "Emang Hannah mau kalau lo duduk disampingnya?"
Hannah malah mengangguk antusias.
"Tuh lihat!" seru Gaffin, "Hannah aja mau!"
"Bego." ujar Tara sembari menatap sahabat cengohnya itu.
"Guys, duduk disini aja!" Teriak Gaffin kepada ketiga temannya yang baru saja masuk diambang pintu kantin.
Duh, kenapa malah jadi rame banget sih disini? Batinku.
YOU ARE READING
Noel Harald
Ficção AdolescenteNoel Harald. Ya, ini adalah kisahku dengan cowok bernama Noel. Cowok yang senantiasa membuatku tidak pernah tenang saat menjalani masa SMA-ku selama 3 tahun. Bukan, bukan karena dia adalah makhluk yang tak kasat mata. Melainkan, ini adalah hal buru...