Bel pulang sekolah telah berbunyi. Jari-jemariku sibuk memasukkan kembali buku-buku yang kukeluarkan dari dalam tas.
Tiba-tiba terbesit dipikiranku tentang ekstrakurikuler yang hendak aku ikuti.
"Miley," panggilku pada gadis yang tengah bersiap-siap untuk pulang itu, "m-mm, ikut ekskul basket, yuk?"
Mimik wajah Miley berubah, kedua alis gadis itu tertaut, "Kemana aja lo? gue uda daftar."
"Anjir!" sungutku histeris, "bukannya lo selama ini bareng gue? kok gue nggak tau sih?!"
Miley teringat akan suatu hal, "Ooh," selanya sembari mengangguk, "waktu itu yang lo disamperin Noel, gue kan ke toilet, trus gak sengaja ketemu temen SMP gue yang ada dikelas lain. nah, dia ngajakin gue, yaudah deh gue mau."
"Jahat banget sih?!" gerutuku, "kenapa nggak ngomong dulu ke gue?!"
"Gak sempet anjir." tukas Miley, "itu pendaftaran terakhir. suer deh."
"Ih trus gimana dong, gue pengin ikutan!" rengekku pada Miley sembari menarik-narik lengannya, "pas promosi ekskul gue lihat ada senior yang ganteng banget!"
"Lo tertarik ikut ekskul basket cuman karna seniornya ganteng doang?"
Aku mengangguk, dan satu toyoran berhasil mendarat sempurna dikepalaku.
"Bego."
Tangan kananku tergerak untuk mengusap kepalaku yang ditoyor oleh Miley, "Emang kalau lo, ikut ekskul basket biar apa?"
Miley terkekeh sebelum pada akhirnya menjawab, "Biar famous," terangnya yang membuat mataku membelalak, "anak basket kan famous-famous."
"Anjir," seruku, "nggak jauh beda lo sama gue!"
Miley tiba-tiba beranjak dari bangkunya, "Saran gue lo dateng aja besok jam 3 sore ke lapangan basket," ungkap Miley, "tapi besok itu hari terakhir seleksi alias lo dateng dan langsung dites skill basketnya. Tapi, gue nggak tau juga deh senior bakalan izinin lo ikutan atau enggak, karna dua hari sebelumnya kita udah latihan gimana caranya dribble, lay up dan juga shooting. Takutnya lo gabakalan lolos seleksi karna lo aja gatau gimana caranya dribble, lay up dan juga shooting."
"IH KOK LO GITU, SIH?!" Jelas saja suaraku naik beberapa oktaf. Gadis itu meremehkan kemampuanku. "lo bukannya ngasih semangat, ini malah ngejatohin mental gue!"
"Siapa yang ngejatohin," sanggah Miley dengan lirikan tajam, "emang gue bener, kan?"
"I-iya sih," sahutku pelan sambil memikirkan diriku yang memang tak punya pengalaman bermain basket yang baik.
Saat SMP saja aku hanya mendapat nilai dibawah KKM. Sang guru mencemooh kemampuanku yang memang kalah jauh dibandingkan teman-teman cewek sekelasku.
Kata-kata Pak Rico masih membekas jelas dihatiku: Keira, kamu mau ujian basket atau mau ujian nabok mantan, sih?
"Nah, itu lo tau," sahut Miley, "belum lagi kalau lo diamuk sama siswa-siswi lain yang uda ikutan latihan berat dua hari sebelumnya. pasti mereka nggak terima lo dateng pas seleksinya doang, karna selama dua hari itu kita disiksa habis-habisan. tulang gue serasa remuk anjir."
"Serem banget," Aku bergidik ngeri. "tapi, bodoamat deh. gue bakalan tetep dateng untuk seleksi besok."
"Bagus deh kalau gitu. Mental lo emang harus diuji," puji Miley. "ini lo mau pulang atau enggak? sekolah udah hampir sepi."
Aku terkesiap kemudian mengedarkan pandanganku kesegala arah. Benar saja, kelas saja juga sudah sepi.
Tumben, Noel tak menghampiriku.

YOU ARE READING
Noel Harald
Teen FictionNoel Harald. Ya, ini adalah kisahku dengan cowok bernama Noel. Cowok yang senantiasa membuatku tidak pernah tenang saat menjalani masa SMA-ku selama 3 tahun. Bukan, bukan karena dia adalah makhluk yang tak kasat mata. Melainkan, ini adalah hal buru...