3. Apas?

175 94 23
                                    

AKU diam sejenak, memandangi senyumnya yang merekah dengan lebar. Setelah menimang-nimang, tampaknya ajakan cowok ini ada manfaatnya juga.

Aku mundur beberapa langkah. Kemudian mulai mengajukan pertanyaan, "Temen-temen lo?" Tanyaku dengan muka jutek, "Gimana?"

Noel mengalihkan pandangannya kearah ketiga temannya yang menunggu diambang pintu—Caleb dan Gaffin tertawa geli, Traytin hanya berdiri dengan earphone yang terpasang dikedua telinganya.

Kini pandangan cowok itu beralih kearahku, lagi. Keningnya tampak mengerut, "Gimana apanya?" Dia malah balik bertanya, "Tuh, mereka berdiri disana."

"Ya, maksudnya ngapain mereka berdiri disana?" Sahutku sedikit sewot, "Pasti kan lagi nungguin lo, sebagai orang yang mau nebengin mereka?"

Cowok itu melotot, "Lah, kocak." Sedetik berikutnya, dia malah terkekeh, "Yakali, gue gonceng 4 sama mereka, Kei. Gue bawa motor, bukan mobil."

Aku meneguk ludahku, "Oh gitu, ya?" Tanyaku pura-pura tidak mengerti-padahal malu karena sudah salah berpresepsi.

"Iya," Noel mengangguk cepat, "Biasanya dulu waktu SMP, kita suka mampir dulu sebelum pulang sekolah."

"Mampir kemana?"

"Kok lo kepo?" Tanyanya yang membuat pupil mataku membesar.

Benar juga, kenapa aku penasaran dengan aktivitas yang dia lakukan. Ah, sial. Malu banget!

"Haha, becanda." Ucapnya, saat melihat perubahan ekspresi yang terpampang diwajahku, "Udah ayo, ntar gue ceritain di motor. Temen-temen gue uda nungguin, tuh."

Aku hanya tersenyum kikuk, "Hehe, oke." Kemudian berjalan mengikutinya dari belakang.

•••

Temen-temen gue uda nungguin, tuh.

Perkataan Noel membuatku berpikir keras. Aku pikir ketiga temannya juga akan mengantarku pulang. Walaupun aku diberi tumpangan oleh Noel, ketiga temannya juga harus ikut serta. Dia kan ketua geng, masa anak didiknya gak mau nurut.

"Nyariin siapa lo?" Lamunanku membuyar saat melihat Noel menghampiriku, "Caleb, Gaffin sama Traytin? Mereka udah pulang duluan. Gue yang suruh."

Seperti mengerti apa yang aku pikirkan. Noel telah menjawab semua pertanyaan yang menjanggal dikepalaku.

Oh ya, tadi aku ke toilet sebentar. Biasalah, kalian pasti tahu apa yang dilakukan para siswi selepas pulang sekolah. Tetapi, kalau dari sudut pandangku sendiri sih, aku bukan ingin terlihat sok cantik didepan Noel ataupun teman-temannya. Hanya saja, menurutku menyemprotkan parfum ke baju sekolah yang kupakai ini sangat penting.

Baik, lupakan. Aku dan Noel bergegas keparkiran. Keadaan disekitar sana mulai terlihat sepi. Aku yakin banyak siswa/siswi yang sudah pulang sedari tadi.

Saat Noel berhenti tepat disamping motor besar yang aku yakini bahwa itu adalah motor Kawasaki Ninja, aku mendelik.

"WHAT?!" Pekikku histeris sembari menatap motor berwarna hitam itu, "M-motor lo, beneran yang ini?"

Aku terpanah untuk beberapa saat. Bukan karena jatuh cinta dengan tipe motor milik Noel. Namun, mengingat diriku yang tidak pernah nangkring dimotor segede gaban ini, membuatku berpikir dua kali untuk pulang bersama dengan Noel.

"Iya, beneran." Sahut Noel kebingungan, "Kenapa? jelek?"

Aku menggeleng cepat, "Bukan, bukan," Bahkan kedua tanganku juga ikut menyangkal-tergerak seperti memberikan isyarat kalau bukan itu yang kumaksud, "Itu motor lo, aduh gede banget. Gue naiknya gimana? Rok gue juga ini diatas lutut... Yakali gue naik itu?"

Noel HaraldWhere stories live. Discover now