Unconditionally~5

1K 133 54
                                    

'Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.'

~Al-Baqarah: 155

•••••

Cobaan yang sama kembali menghantam. Namun, kali ini dengan skala yang lebih besar. Inseminasi ketiga yang kembali membuahkan keberhasilan pada akhirnya harus mengalami kegagalan karena kehamilan ektopik yang terdeteksi pada usia duabelas minggu, mengharuskan Laily untuk melakukan operasi dan membuat tuba falopi bagian kanannya mengalami kerusakan dan harus diangkat. Hal tersebut secara otomatis membuat kemungkinan untuk dapat hamil berkurang hingga lima puluh persen. Dokter mengatakan bahwa riwayat pengobatan untuk memperbaiki kesuburan yang Laily lakukan sebelumnya menjadi faktor yang dapat meningkatkan resiko seorang wanita mengalami kehamilan di luar kandungan.

Dunia Laily pun runtuh untuk kesekian kali.

Tidak ada wanita yang tidak akan hancur. Perjuangan bertahun-tahun untuk mendapat keturunan, kini menjadi semakin terjal jalannya bahkan serasa seperti memupuskan harapan. Kekecewaan yang begitu besar kepada diri sendiri sebab tak bisa menjadi wanita sempurna mulai kembali menggerogoti sisi wanitanya. Kendatipun rasa sakit karena sebuah kehilangan seperti ingin mematahkan keimanannya, Laily tidak menyalahkan Tuhan meski di setiap sujud malam penuh air mata yang ia sembunyikan dari Ali, tidak pernah luput dari keluhan serta pertanyaan penuh keputus asaan atas alasan mengapa sang pemilik kehidupan tiada henti memberinya cobaan yang selalu demikian.

Semuanya sungguh semakin sangat menyulitkan!

Laily bahkan tidak pernah mengira dirinya akan menerima cobaan yang lebih besar dari sebelum-sebelumnya. Namun demikian, ia masih bersyukur sebab sikap suami dan orang-orang yang menyayanginya tetaplah sama. Ali tetap mencintainya dengan sepenuh hati dan terus memeluknya bahkan ketika ia tidak meminta. Orang tua dan mertua tetap memberinya kasih sayang tulus tanpa cela, sedikitpun tidak ada raut kecewa. Namun, pengecualian tetap jatuh pada Farah. Kesinisannya semakin gencar menyerang pertahanan yang tengah Laily bangun kembali. Laily tidak mampu berbuat apapun selain hanya diam menerima sambil menyembunyikan. Sebab, membuka suara hanya akan membuat runyam kedaan serta berpotensi memecah keharmonisan keluarga besar.

Napas Laily kemudian terembus panjang bersamaan dengan rampungnya sesi doa malam yang puas ia panjatkan hampir satu jam. Linangan air mata menjejak jelas pada wajahnya yang menyendu. Cobaan memang datang bertubi, tapi dia tidak boleh lagi marah pada ketentuan Tuhan. Oleh karena itu, kini Laily mulai mencoba untuk bertawakal pada setiap keputusaan Tuhan. Belajar untuk percaya penuh bahwa segala sesuatu yang Allah beri adalah yang terbaik untuk kehidupannya.

Mungkin, Tuhan belum ingin memberinya keturunan sebab masih ada begitu banyak kesalahan yang belum mampu ia benahi dalam mengabdi kepada suami. Mungkin, Tuhan masih menginginkannya untuk menyempurnakan tugas dan kewajiban kepada suami terlebih dahulu sebelum diberi kesempatan menjalankan peran sebagai seorang ibu.

Ada banyak sekali kemungkinan yang membuat hati Laily semakin sadar diri. Oleh karenanya, berserah serta introspeksi diri adalah jalan terbaik untuk dia saat ini.

Menguak daun pintu kamar, didapatinya raga Ali tengah bersila di atas ranjang sembari membaca Al-Quran. Ia tidak tahu kapan pria itu terbangun untuk tahajud sebab Laily memang sengaja tidak membangunkan karena ingin menyendiri dalam ibadahnya.

"M-mas?"

Tadarus terjeda, Ali mengangkat wajah dan langsung meleparkan senyuman kepada sang istri. "Sini," ucapnya seraya menepuk bagian kasur yang kosong, meminta Laily untuk menemani.

UnconditionallyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang