Part 7 | Zico Abraham

23 6 0
                                    

"Bukan tante." Jawab Carissa dengan cepat sambil menggoyangkan kedua tangannya untuk mengisyaratkan bahwa ia bukan pacar Ruel.

Shela tertawa pelan. "Tante bercanda kok, tapi kalo bener juga gak apa-apa."

Carissa hanya menanggapinya dengan senyuman. Wanita paruh baya yang masih terlihat cantik meskipun sudah tidak muda lagi itu mengajak Carissa duduk di sofa ruang tamu.

"Kalian kok bisa jam segini udah pulang?" Shela menanyakan pertanyaan yang sedari tadi ingin ia tanyakan.

"Tadi Carissa lagi beli sesuatu di minimarket tan, tapi tiba-tiba Ruel dateng dan langsung narik tangan Carissa untuk pergi dari minimarket. Kami sibuk lari sama sembunyi sampe lupa kalo jam masuk sekolah udah lewat." Jelas Carissa.

"Sudah tante duga ini pasti ulah Ruel, dasar anak itu." Shela menggelengkan kepalanya, tidak habis pikir dengan perbuatan anak satu-satunya itu. Carissa hanya tersenyum tipis, bingung ingin mengatakan apa karena ia memang tidak mudah akrab dengan orang baru.

"Kamu belum sarapan kan? Yuk sarapan dulu, kebetulan tadi tante masak banyak." Shela mengajak Carissa menuju ke ruang makan. Wanita paruh baya itu mendorong satu kursi di meja makan dan menuntun Carissa duduk disana. Carissa hanya diam menurut saja karena sejujurnya ia juga lapar karena tidak sarapan tadi pagi.

"RUEL! SARAPAN NAK!" Teriakan Shela sedikit membuat Carissa terkejut. Merasa tidak ada jawaban dari Ruel, Shela menatap kearah Carissa. "Kamu bisa tolong panggilin anak tante gak? Kayaknya Ruel ketiduran deh, dia belum sarapan juga soalnya."

Merasa tak enak jika menolak, Carissa pun menganggukkan kepalanya. "Bisa tante."

"Kamu ke lantai atas aja ya, kamar dia paling ujung sebelah kanan. Pintunya yang warna hitam. Tante mau manasin makanannya dulu."

Carissa bergerak menuju kamar Ruel sesuai dengan arah yang tadi ditunjukkan oleh Shela. Sepanjang perjalanan, Carissa memperhatikan interior rumah Ruel dan sadar bahwa tidak ada satu pun foto keluarga yang terpajang di dinding. Karena sibuk memerhatikan keadaan sekeliling, ia sampai tidak sadar bahwa telah sampai di pintu hitam yang dimaksud oleh ibu dari temannya itu. Carissa berdiri di depan pintu, hatinya ragu ingin mengetuk pintu hitam itu. Setelah beberapa menit berdiam di depan pintu itu, Carissa pun memberanikan diri untuk mengetuk. Namun, sudah lima menit berlalu sejak ia mengetuk tapi pintu hitam di depannya itu belum juga terbuka.

"Apa jangan jangan dia lagi tidur?" Gumam Carissa.

Gadis yang masih menggunakan seragam sekolahnya itu pun memberanikan dirinya untuk membuka perlahan pintu di depannya. Kepalanya menyembul ke dalam ruangan bercat abu-abu itu dan melihat orang yang dipanggilnya sedang tertidur. Dengan ragu, Carissa membuka pintu hitam itu dan melangkah masuk mendekati Ruel. Posisi Ruel menghadap kearah Carissa sehingga gadis itu bisa melihat wajah tampan Ruel yang masih tidur dan terlihat tidak terusik dengan kedatangan Carissa. 

"Ruel?" Panggil Carissa yang sedang berdiri di sebelah kasur.

Masih tidak ada jawaban, gadis itu memberanikan diri untuk menggoyangkan pelan bahu Ruel sambil memanggil nama lelaki itu. "Ru-AAA....." Belum sempat Carissa menyelesaikan ucapannya, ia merasa seseorang menarik tangannya. Gadis itu kini terduduk di pinggir kasur Ruel dengan tangan kanannya yang masih digenggam oleh lelaki yang kini menatap dengan tatapan yang tidak bisa ditebak maknanya kearah gadis itu.

"R-Ruel.." Carissa merasakan jantungnya berdegup kencang ketika berada di jarak yang sedekat ini dengan laki-laki kecuali keluarganya.

Tidak ada jawaban, Ruel masih menatap datar kearah Carissa meskipun sudah beberapa menit berlalu. Carissa merasakan remasan ditangannya yang sedang digenggam Ruel sebelum kehangatan yang melingkupi tangannya itu tidak lagi ia rasakan. Buru buru ia berdiri menjauh dengan wajah memerah menahan malu.

NARUELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang