Oh shit.
Pemandangan mengerikan menyambut langkah pria mungil tepat saat ia membuka pintu apartemennya. Tubuhnya lelah bermandikan keringat, kini kepalanya pun ikut berdenyut nyeri.
Ten memijat pelipis sambil berjalan menyingkirkan kardus-kardus yang berserakan di lantai. Mengedarkan pandangan, kini apartemennya—well, miliknya dan milik penyebab kekacauan ini—seperti baru saja terkena sapuan angin topan.
Bibir merah mudanya tak henti merapalkan sumpah serapah serta makian karena demi apapun, dia baru saja pulang dari kelas menari. Ayolah, yang dibutuhkannya adalah segelas coklat hangat, setelah itu guyuran air dingin yang mungkin bisa mendinginkan kepalanya yang terasa mendidih.
Hampir saja bokong seksinya mencium lantai saat ia menyebut nama hewan imut untuk kesekian kalinya. Oh, sebuah bola salju lucu yang sialnya hampir menjadi sasaran amukan seorang Chittapon Leechaiyapornkul.
"KIM JUNGWOO!!"
Lihat? Habis sudah kesabaran si mungil—yang pada dasarnya memang setipis kertas—atas kekacauan ini. Tak lama, terdengar langkah kaki mendekat disertai cengiran tak bersalah dari sang pelaku.
"Ehe, hai hyung," nada ceria itu, oh Tuhan. Tolong isi ulang stok kesabaran Ten untuk menghadapi makhluk imut dihadapannya.
"Oh! Whity ternyata ada padamu. Aku sudah membongkar seluruh laci dan lemariku tapi tidak ketemu juga."
Apa katanya? Whity? Bola salju sialan ini mempunyai nama?
"Jungwoo ku sayang, apa maksud dari semua kekacauan ini, hm?" Ten bertanya dengan nada manis, namun pelototan matanya membuat nyali Jungwoo menciut dan menggaruk tengkuk yang tidak gatal.
"Hehe, aku lupa memberitahumu ya, hyung? Aku akan pindah besok, jadi jangan merindukanku hingga menangis ya," melihat Ten yang semakin membulatkan matanya, Jungwoo buru-buru melanjutkan, "m-maaf hyung. Tapi aku sudah menjual bagianku ke Taeyong hyung. Kau tau dia kan? Satu fakultas denganmu."
Tunggu, terlalu banyak informasi mengejutkan hingga otak kecilnya tak mampu mencerna. Dengan kata lain, dia akan mendapat roommate baru? Yah, bukan orang baru juga. Ia sudah mengenal pemuda bernama Lee Taeyong itu.
"Aku tidak masalah dengan kau yang ingin pindah atau Taeyong yang akan menggantikanmu nanti. Tapi kenapa tiba-tiba?"
"Uhmm, sebelum itu bisa kau kembalikan dulu Withy padaku? Kau terlihat bisa memecahkannya dengan genggamanmu, dan aku akan mati di tangan Johnny hyung nanti."
Ten menatap malas wajah memelas Jungwoo. Hiperbola, seperti biasa. Lagipula siapa juga si Jyani Jyani itu. Ten bahkan tidak sadar masih menggenggam erat bola berwarna putih di tangannya. Dengan santai dia melemparnya ke arah Jungwoo yang dibalas tatapan tak percaya.
"HYUNG! Sudah kubilang nyawaku taruhannya!"
"Aku tak peduli, Kim Jungwoo. Segera bereskan kekacauan ini dan kau berhutang penjelasan padaku."
🐻🐱
"Jadi?"
Disinilah mereka sekarang, ruang tamu dikelilingi tumpukan kardus yang entah apa isinya. Ditemani dua cangkir coklat panas yang masih mengepul serta delikan tajam dari si funsize yang sayangnya lebih tua kepada si giant baby.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blank Space
FanfictionTen Lee merasa tertantang untuk menaklukkan seorang player. Tapi lebih dari itu, Johnny Seo loves the game. [JOHNTEN]