I get drunk on jealousy

766 84 23
                                    

Jika kemarin Johnny cenderung pasrah dengan tingkah Krystal, hari ini tidak lagi. Pagi-pagi buta dia sudah bangun. Meregangkan badan dan mengamati suasana pantai saat sunrise. Tidak ramai, namun masih ada satu dua pasang manusia yang menikmati alam sambil berbuat yang iya-iya.

Contohnya—

"EKHM!"

Dehaman keras mengejutkan sepasang kekasih dibawah payung bundar. Layaknya bapak-bapak sedang menangkap basah anak kesayangan yang dibesarkan seperti malika, Johnny memasang wajah terseram yang ia bisa. Tangan bersedekap ditambah ketukan kaki menuntut penjelasan.

"What? Go on," ucapnya datar. Hanya menguji sambil menjahili sebenarnya, karena dia tau pasti mereka sudah melakukannya puluhan—atau bahkan ratusan kali.

"Ehehe, hyung. Izin ya?"

Si tersangka—Lucas—berkata canggung sembari mengusap tengkuk. Sepupu kekasihnya itu sangat menyeramkan. Lucas tidak ingin mengambil resiko dibuang ke perbatasan.

Johnny terlihat berpikir sebentar lalu mengangguk. Menepuk pundak Lucas tiga kali, pukulan yang tidak bisa dibilang main-main. Semuanya, tolong doakan Lucas:(

"Jangan sampai kebablasan," diluar dugaan, Johnny berkata acuh, berniat meninggalkan mereka berdua. "Atau saranku, you two better get a room."

Lalu melangkah sok keren sambil melambaikan tangan tanpa berbalik.

"Dasar aneh."

Itu Jungwoo. Lucas mana berani berkata begitu, walaupun ia yakin Johnny tak akan mendengarnya. Mood Jungwoo untuk melanjutkan adegan iya-iya tadi turun drastis. Memilih membaringkan badan seraya memeluk perut kotak-kotak kekasihnya. Dia masih mengantuk, omong-omong. Hanya saja Lucas menyeretnya dengan tenaga kingkong untuk menyaksikan sunrise.

Sudah tercatat di daftar kegiatan anniversary, katanya.

Kembali ke Johnny. Tiang berjalan itu sedang menuju sudut lain pantai. Di ujung sana, sosok yang dicarinya sedang duduk tenang diatas hamparan pasir.

Floppy hat serta kacamata hitam turut melengkapi penampilan si surai merah. Johnny tidak habis pikir. Ini masih sangat, sangat pagi, dan dia yakin gadis itu bahkan duduk disana mendahului matahari yang baru terbit. Tapi lihatlah, gayanya sudah on point sekali. Terlepas sudah mandi atau belum. Johnny tidak yakin ada yang sanggup bersentuhan dengan air sepagi ini.

"Kau terlihat konyol," sapa Johnny.

"Good morning too, babe," Krystal tampak tidak tersinggung. Tangannya sibuk meronggoh saku celana kemudian menyodorkan sebuah ponsel. "Fotokan aku."

"Apa untungnya buatku?" tanya Johnny dengan setengah hati menerima ponsel yang diberikan padanya.

"Aku akan mengizinkanmu menambahkan fotoku dalam koleksi johntography."

Johnny mendengus geli. "Memangnya itu sebuah keuntungan?"

"Kau bercanda, Johnny Seo? Orang-orang diluar sana membayar mahal agar aku menjadi model mereka."

Ucapan itu terdengar dramatis, ditambah mata Krystal yang membola horor, dan juga ekspresi tidak percayanya.

Menurut adalah satu-satunya pilihan. Lagipula sebenarnya Johnny sudah sering dijadikan babu—fotografer—oleh objek indah di depannya ini.

"Kenapa memanggilku sepagi ini?" tanya Krystal setelah puas berpose dibalik lensa kamera.

"Iseng."

"I'm off."

"Bercanda," Johnny memutar bola matanya malas, "aku ingin membuat perhitungan denganmu."

Blank SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang