New money, suit and tie

453 73 31
                                    

Koridor kampus mendadak menjadi objek menarik di mata Ten. Jauh lebih menarik daripada dosen muda yang sedang menjelaskan materi di depan sana. Pandangan kosong dengan pikiran berkelana, seperti punya beban hidup yang sangat besar. Kasihan, mana masih muda.

Ujung pena di genggamannya sudah sedikit basah karena sejak tadi digigit. Kebiasaan jorok Ten jika sedang berpikir. Taeyong yang duduk di sebelahnya hanya menghela napas lelah. Ten yang sedang dalam mode konyol seperti ini tidak bisa diganggu. Lebih baik biarkan saja.

Ten penasaran akan sesuatu. Jadi, tadi pagi, Ten berangkat sendiri dengan taksi karena dia terlambat bangun. Fuck that Lee Taeyong. Mereka ada jadwal kelas yang sama, tapi dia bahkan tidak berusaha membangunkan Ten.

Untungnya, supir taksi itu sepertinya sudah terlatih untuk berkendara dengan kecepatan tinggi. Ten sampai delapan menit sebelum kelasnya dimulai. Mengejutkan, memang. Ten awalnya memperkirakan akan sampai tepat saat kelas dimulai jika berkendara sendiri. Luckily, he decided to leave his car and take a taxi.

Saat ia sampai di depan gerbang kampus, matanya tak sengaja menangkap sosok yang ditunggunya hingga kemarin malam. Tak lama Jaehyun juga turun dari mobil yang sama, lalu seorang gadis bersurai merah yang menyusul mengitari mobil.

Ten tak bisa menangkap jelas wajahnya karena jarak yang cukup jauh. Selain itu, gadis itu langsung masuk ke kursi kemudi dan menjalankan mobilnya.

Ten berpikir cukup lama hingga langkahnya melambat, namun tak satu pun nama terlintas di kepalanya. Memangnya siapa yang akan ke kampus dengan rambut merah terang seperti itu?

Menyadari dirinya yang sudah sangat terlambat, dia segera berlari menuju gedung fakultasnya. Lalu melanjutkan acara berpikir keras meskipun sekarang dosen sudah masuk mengajar.

"...Ten!"

Lamunannya akhirnya buyar karena Taeyong menyenggol lengannya sambil berbisik keras.

"Huh?"

Ten bertanya dengan tampang tidak bersalah. Ia merasa seisi kelas sedang memperhatikannya. Taeyong memberi kode dengan lirikan ekor matanya, membuat Ten berpaling menatap dosen yang sejak tadi ia abaikan.

"Ten Lee, right? We need to talk after class."

Shit.

Ten lupa kalau saat ini jadwal mengajar dosen yang paling ingin dia hindari.

"I will wait at my room."

Double shit.

Terdengar ambigu, tapi Ten tau yang dimaksud ialah ruang dosen di hadapannya ini. Take it as a note, itu adalah tempat terakhir yang ingin ia kunjungi di kampus.

Anggukan kecil Ten berikan sebagai balasan. Segera setelah dosen itu berjalan keluar, Ten menjulurkan lidahnya pada punggungnya dan mendengus kesal.

"Bless you, Ten Lee," Taeyong berujar antusias. Satu lagi yang Ten lupakan. Taeyong adalah satu dari sekian banyak fans dosen muda kaya raya, katanya.

"Poor me, Taeyong Lee."

Ten meletakkan kepalanya ke atas meja. Ia sudah membayangkan berguling-guling di kasur sambil mencari film random yang terlintas di beranda aplikasi berbayar miliknya. Ten mengutuk mata kuliah bahasa asing yang sialnya merupakan mata kuliah wajib.

"Tennie, dengar," kata Taeyong dengan nada serius. Kedua tangannya ia gunakan untuk mengguncang bahu Ten yang terkulai lemas. "Seo Johnny who? Sir Nickhun lebih tampan dan kaya raya."

Sontak saja satu pukulan mendarat mulus di kepala Taeyong.

"Apasih? Aku kan bicara kenyataan," ucapnya tidak terima, "sepertinya dia tertarik padamu. Once again, bless you."

Blank SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang