Ten meniup poninya yang menusuk mata. Tidak mau bergeser—tentu saja karena masih basah—lalu menyingkirkannya dengan tangan. Kedua tangannya kini bertengger manis di pinggang, menatap hamparan baju yang ia keluarkan dari lemari, kini berserakan di atas kasur.
Sebenarnya masih ada satu jam sebelum Johnny datang menjemputnya, tapi saat ini Ten masih mengenakan bathrobe. Menurutnya ini sudah sangat sangat terlambat.
"LEE TAEYONG!" teriaknya. Kesal tak kunjung mendapat outfit yang dirasa pas, Ten rasa Taeyong akan cukup membantu.
Cukup lama Ten menunggu, yang dipanggil tak kunjung menampakkan batang hidungnya. "Taeyoooong!"
Lelah berteriak, Ten memutuskan untuk mencari keberadaan Taeyong sendiri. Dengan kaki yang dihentak-hentakkan, tempat pertama yang ia periksa adalah ruang tamu. Tidak ada.
Kemudian pencarian dilanjutkan ke kamar Taeyong. Pintu kamarnya terlihat terbuka sedikit. Dengan ala-ala penggerebekan, Ten menendang pintu kamar Taeyong dan mengangkat tangannya membentuk pistol. Tidak ada juga. Taeyong ini, ketika dibutuhkan dia menghilang. Coba kalau eksistensinya sedang terasa mengganggu, dia akan ada dimana-mana.
Tempat terakhir yang belum ia periksa adalah dapur. Dengan wajah yang tertekuk kebawah, Ten berjalan pelan ke sana—kakinya sudah sakit jika melanjutkan acara mari merajuk dengan kaki yang dihentakkan.
Di sana, tepat di meja makan terlihat Taeyong yang sedang mengayunkan kaki dengan telinga tersumpal earphone. Pantas saja!
"TIYOONG," suara Ten kembali melengking. Ditariknya sebelah earphone hingga terlepas.
"Apa sih? ASTAGA TEN LEE!" suara Taeyong tak kalah kencang terdengar. Bagaimana tidak, Ten mengacaukan waktu tenangnya dengan anarkis. Ditambah lagi hanya mengenakan bathrobe yang sudah melorot, menampilkan bahu mulusnya.
Ten hanya mencebik saat Taeyong membenarkan letak bathrobe nya.
"Kau dipanggil tidak menyahut. Aku lelah berteriak tau."
"Baiklah, baiklah. Maaf yaa, humm?" pinta Taeyong sambil menekan pipi Ten dengan satu tangan, membuat yang lebih pendek mengerang kesal.
"Kumaafkan setelah kau membantuku," ucap Ten lantas menyeret Taeyong ke kamarnya, tanpa peduli tatapan nanar Taeyong yang mengucapkan selamat tinggal pada sepiring pancake madu yang belum sempat ia sentuh di atas meja.
Taeyong sontak menggelengkan kepala sesampainya di kamar Ten. Berantakan sekali.
"Apa yang kau lakukan dengan kamarmu?"
"Bantu aku memilih outfit untuk ke bandara dengan Johnny."
Taeyong hanya memutar bola matanya. Hanya itu?
"Sebelum itu sini aku keringkan rambutmu, anak nakal," kata Taeyong sembari berjalan menuju lemari Ten. Mengambil handuk kecil, lalu menyingkirkan pakaian dari kasur Ten untuk duduk di pinggirnya.
Ten menurut dan duduk diantara kaki Taeyong, menikmati usapan lembut pada rambutnya.
"Kau itu Ten Lee, pakai apapun tetap menawan."
Good point.
Tapi kan, Ten hanya ingin terlihat sedikit berbeda. Maksudnya, sedikit terlihat niat, seperti akan berkencan. Walaupun nyatanya tidak.
"Aku kan hanya ingin terlihat berbeda dari style biasanya," gerutu Ten.
Taeyong hanya mengangguk meski tak bisa dilihat oleh Ten, karena posisi yang membelakangi. Tangannya tak henti mengusap rambut Ten hingga setengah kering, lalu beranjak mengambil hair dryer.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blank Space
FanficTen Lee merasa tertantang untuk menaklukkan seorang player. Tapi lebih dari itu, Johnny Seo loves the game. [JOHNTEN]