Stolen kisses, pretty lies

512 58 35
                                    

Ugh.

Ten mengerang sambil berguling kesana kemari. Ada untungnya juga bertubuh mungil. Setidaknya dia tak perlu merasakan dinginnya lantai hanya karena berguling beberapa kali di atas kasur.

Umpatan disertai rengekan terdengar jelas meski teredam selimut yang melilit seluruh tubuh si kecil, menyisakan bagian mata dan ujung rambut yang menyembul.

Baiklah, singkatnya begini. He fucked up.

No, bukan 'fucked' seperti yang kalian pikirkan. He'd love to, tapi sayangnya bukan.

Pagi ini, segera setelah ia bangun otaknya langsung merangkai potongan kejadian sebelum terlelap. Hal itu yang sedang dirutukinya sekarang.

Jadi semalam, setelah bunyi chuu dari pertemuan dua benda kenyal terdengar keras, Ten langsung menenggelamkan wajah ke dada bidang Johnny. Katanya sih malu, tapi tak lama setelah itu dengkuran halus menyapa pendengaran yang lebih tua.

Aneh, kan? Tapi dia Ten Lee.

Mau bagaimana lagi, dia sudah sangat mengantuk saat itu. Efek alkohol memang luar biasa. Ten yang begitu percaya diri berubah menjadi kucing kecil pemalu. Menyesal? Tentu saja! Padahal dia sudah memulai dan Johnny tidak menunjukkan gestur menolak, tapi mata dan pikirannya benar-benar tak bisa diajak kompromi.

"Tennie, sudah siap belum?"

Teriakan Taeyong terdengar dari luar. Hari ini adalah hari terakhir liburan. Sangat disayangkan memang. Tapi demi kepentingan bersama—seperti absen kelas dan dompet Lucas—mereka harus pulang.

"Kita bahkan masih punya waktu tiga jam lagi," desis Ten yang membuka pintu dengan wajah kusut. Benar kok, jadwal pulang itu menjelang siang, dan sekarang masih pukul delapan tepat.

"Aku kan hanya mengingatkan. Siapa tau kau kesiangan lagi," ucap Taeyong seraya mengerucutkan bibir. Tidak terima niat baiknya disalah artikan. "Oh, masih pusing? Sepertinya semalam kau minum terlalu banyak."

Tubuh Ten terdorong ke belakang, digiring Taeyong kembali menuju kasur yang belum lima menit ditinggalkannya.

"Siapa juga yang mabuk," kilahnya.

"Siapa lagi. Johnny saja sampai menggendongmu ke sini."

Kalimat terlontar ringan dari bibir tipis Taeyong membuat pemuda manis di sebelahnya mengerang kesal, mirip seperti kucing dalam mode marah.

"Pokoknya aku tidak mabuk!" tegasnya. Berbekal selimut menggumpal dia kembali berguling-guling tidak jelas.

Si pengunjung kamar berdecih pelan, heran dengan tingkah bocah itu. "Kurekam ya, nanti dikirim ke grup angkatan."

Bukannya berhenti, Ten hanya diam sebentar untuk berpose sambil menatap kamera. Empat detik setelahnya kembali berguling dan berakhir mendusal di pinggang Taeyong.

"Aku sudah mandi, you gross. Kau masih bau alkohol."

Bohong. Aroma bir kaleng tidak sekuat itu. "Jendela saja belum dibuka. Astaga Ten Lee, kenapa jadi aku yang pusing."

Taeyong pagi ini cerewet sekali—as he always be. Sayangnya waktunya tidak tepat dengan Ten yang masih ingin rebahan sambil meratapi nasib.

Solusinya hanya satu. Beranjak dari tempat tidur, pura-pura bersiap untuk mandi sampai sosok yang tak jauh berbeda dengannya itu menghilang.

Tentu saja, berhasil. Setelah memastikan Taeyong sudah pergi, Ten melempar sembarangan handuk yang tersampir di bahunya. Sekali lagi, seolah ada magnet yang menarik, melompat ke atas kasur dengan nyaman.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Blank SpaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang