5

1.8K 285 29
                                        

Keesokan harinya Alana masih saja murung, ketiga teman cowoknya jadi bingung.

"Lan, lo kenapa?" tanya Juki dengan khawatir, tak biasanya Alana jadi pendiam. Biasanya ia amat rewel.

Edgar hanya memandang Alana dari kejauhan dengan pandangan datar.

"Nggak papa." Alana menjawab malas sambil mematahkan mi lidi di tangannya satu per satu, biarlah jajanan itu patah seperti hatinya.

"Oh." Juki melanjutkan prosesi makan mendoannya. Edgar mencibir sikap Juki yang seperti basa-basi saja menanyai Alana.

"Katanya dia nggak papa." Juki membela diri.

"Jangan percaya sama ucapan cewek. Lo inget, cewek 'tuh munafik kek bahasa Inggris, tulisannya apa, dibacanya apa, artinya apa." Edgar mengulang quotes andalannya, yang entah dicomotnya dari mana.

"Mungkin dia lagi PMS aja." Cahyo berbisik.

"Nggak mungkin, dia baru dapet minggu lalu." Edgar memang hafal siklus bulanan Alana. Karena seringnya Alana menyuruhnya membeli pembalut saat gadis itu tiba-tiba kedatangan 'luna' di sekolah.

"Lan, lo nggak makan?" tanya Cahyo sambil mengulurkan cireng miliknya.

"Jangan gangguin gue, bisa? Emang cowok dimana-mana sama aja. Bisanya cuma nyakitin cewek." Alana tiba-tiba menyembur Cahyo bak petasan boncos.

"Lah, gue cuma nawarin makan. Kenapa jadi gue yang kemusuhan?"

***

"Naik!"

Edgar menghampiri Alana yang sedang berdiri di depan pintu pagar. Kali ini ia absen mengantar Vivi pulang.

"Gue mau pulang sendiri." Alana menolak ajakan Edgar sambil pura-pura sibuk dengan ponselnya.

"Naik atau gue bacok?" ancam Edgar.

"Kasar banget sih, lo? Kalau di novel-novel itu kalau ceweknya nggak mau naik di gendong!" protes Alana.

"Abis gue gendong, gue lempar ke got."

"Edgar!"

Akhirnya Alana mau diantar pulang Edgar. Saat melewati minimarket Edgar menghentikan motornya.

"Mau es krim?"

"Iya, yang ...."

"Vanila 'kan?"

Edgar berjalan ke arah ATM dekat minimarket, tidak sampai tiga menit ia keluar lagi.

"Lan, lo bawa duit?"

"Emang kenapa?"

"Saldo gue tinggal 40 rebu, nggak bisa ditarik."

"Elah, kebiasaan lo!" Alana mengulurkan selembar uang biru kepada Edgar. Kemudian ia duduk di kursi depan minimarket.

Edgar sudah hafal es krim kesukaan Alana. Ia membeli dua buah es krim, rasa vanila dan es krim dung-dung untuk dirinya.

(Es krim dung-dung kesukaan gue, udah murah enak lagi. Nggak ada yang nanya? Hem, ya udah)

Mereka duduk-duduk di depan minimarket sambil memakan es krim masing-masing.

"Gar, gue kemarin sedih banget tau, nggak? Masa kak Gerald nolak gue. Katanya gue bukan tipe dia."

Setelah diberi es krim Alana bercerita dengan lancar.

"Baguslah." Edgar menanggapi seadanya curhatan Alana.

"Edgar, lo jahat banget, sih! Hibur gue kek." Alana kesal karena tak mendapat tanggapan yang antusias dari Edgar.

"Cilik ba, ciluk ba ...."

"Edgar! Bukan kek gitu." Alana kesal setelah menerima hiburan dari Edgar.

"Ogah gue hibur lo, dipikir gue laki-laki penghibur, gigolo gitu?"

"Gue jadi heran, kenapa banyak cewek yang suka sama lo?"

"Karena gue cakep."

"Tapi lo kasar, nggak romantis, nggak tau diri, bego lagi." Alana menyebutkan semua aib Edgar.

"Asal gue cakep dan tajir, semua itu dimaafkan."

"Narsis level dewa lo!" Alana melempar Edgar dengan stik es krim.

"Elo aja cewek yang nggak naksir sama gue, karena lo buta dan selera lo rendah."

"Najis gue naksir sama lo!" Alana geli memikirkan jika dirinya menyukai Egar, lalu mereka jadian, terus menikah. No no no!

"Jangan naksir sama gue, apapun yang terjadi. Tungguin aja, biar gue yang naksir lo duluan." Edgar berkata sombong.

"Geblek lo, makan es krim dung-dung aja mabok!" cibir Alana.

Setelah makan es krim, Edgar mengajak Alana ke mall untuk menghibur gadis itu. Biasanya setelah itu Alana akan kembali bersinar dan berpijar seperti dulu kala (Bernada, lagu jadul, lagu SO7. Buat yang ngerti aja hehe)

"Seneng 'kan jalan sama cowok ganteng kayak gue? Bangga banget pasti."

Alana bergidik mendengar kenarsisan Edgar. Kalau cewek lain pasti akan merasa seperti itu, bangga. Tapi tidak dengan dirinya.

"Mau ke mana?" tanya Edgar saat melihat Alana pergi meninggalkannya.

"Denger gombalan lo, bikin perut gue mules."

Alana meninggalkan Edgar untuk pergi ke toilet. Dari kejauhan dia melihat sosok yang membuatnya bersedih akhir-akhir ini. Ia berjalan mesra dengan seseorang. Tangan mereka bertautan.

"Kak Gerald?"

Teman Tapi CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang