BAB 5

2.9K 393 123
                                    

"Kak Ge, AC di kamar aku rusak." Moi menghampiri Ge yang terlihat asyik dengan ponselnya. Lelaki yang tengah duduk di atas kursi belajar itu bergeming, fokus pada gawainya seakan tidak mampu diganggu oleh apa pun.

"Kak Ge! Ish!" Moi menepuk pundak pemuda tersebut.

"Iya, iya, besok panggil tukang servis," jawab Ge sebal.

Mengerucutkan bibir, Moi duduk di atas ranjang Ge. Dia menyandarkan tubuh pada headboard, tangannya bergerak memeluk bantal. Pada jam-jam santai sebelum tidur, Moi senang menghabiskan waktu di kamar lelaki itu. Selain karena desain kamar Ge jauh lebih bagus dan estetik daripada miliknya, Moi tidak suka berada di kamar seorang diri.

Dia selalu merasa kesepian. Dan ketika kesepian, pikirannya sering kali melanglang buana ke segala arah, termasuk kenangan-kenangan manis bersama almarhum kedua orang tuanya. Moi tidak ingin kembali larut dalam kesedihan, jadi dia selalu mencari cara untuk mengalihkan pikiran.

"Kak Ge."

"Hm."

"Ham hem terus. Kali-kali 'ya, Moi? Kenapa?' gitu, kek." Moi mencibir. Namun, bukan Ge namanya jika memedulikan apa pun bentuk protes Moi. "Nobar yuk, Kak."

"Nobar apaan?"

"Drakor. Kakak tau, nggak? Ada yang lagi booming lho, pemerannya salah satu aktor favorit aku. Song Joong-Ki." Moi mengucapkan deretan kalimat itu dengan mata berbinar. Namun, respons Ge yang terlihat datar saja segera melenyapkan binar tersebut.

"Lagi sibuk."

"Sibuk apaan, main game gitu." Dengkusan sebal meluncur dari bibir Moi. Ge bahkan tidak mau repot-repot mengalihkan wajah saat menjawab pertanyaannya.

"Aku nggak suka drakor."

"Ya nonton yang lain kek, film action misalnya."

"Males."

Jawaban pamungkas. Jika sudah begitu, Moi tidak mencoba untuk mengajak lagi. Yah, Moi tahu, Ge memang malas melakukan apa pun bersamanya. Dia iseng saja bertanya.

Tidak lama kemudian, Ge bangkit dari kursi. "Udah, kamu balik ke kamar 'gih. Aku mau tidur," katanya, seraya bergerak naik ke sisi ranjang yang kosong.

"Yah, bentar lagi deh, Kak. Aku belum ngantuk. Lagian, di luar hujannya deras banget."

"Ya, kenapa emang? Hujan doang. Atapnya nggak bocor juga."

"Bentar lagi deh, Kak. Janji, begitu ngantuk aku langsung ke kamar." Moi memohon sambil merapatkan kedua telapak tangan.

Ge menghela napas. "Awas ya, kalo bohong," ancamnya.

Sejak awal, Ge sudah mewanti-wanti bahwa mereka tidak boleh tidur dalam kamar yang sama. Bahkan, hingga saat ini, dia masih merasa asing dengan kehadiran Moi. Ge terbiasa sendiri. Dan kedatangan Moi yang begitu mendadak dalam hidupnya, ditambah sifat mereka yang begitu jauh berbeda, sungguh membuat lelaki itu tidak nyaman.

Ge berbaring menghadap dinding, membelakangi Moi. Sembari memeluk guling, dia menutup tubuh dengan selimut. Moi hanya memandangi lelaki itu. Demi membunuh kebosanan, diraihnya ponsel dari dalam saku.

🌺🌺🌺

"Astaga, Mas Rion!" Seruan panik terdengar begitu Rion memasuki rumah. Terhuyung, lelaki itu berjalan menuju sofa di ruang tamu. Darah segar mengucur di sudut bibir Rion, pipi kanannya bahkan membiru.

"Mas Rion kenapa bisa sampe begini...." Bi Inah, asisten rumah tangga yang sudah mengurusnya sejak kecil terdengar hampir menangis. Cepat-cepat dia mendekati pemuda itu, memeriksa bagian-bagian tubuhnya yang terluka. "Sebentar ya, Mas, Bibi ambilin kotak obat dulu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pengantin Ge-MoiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang