Bab 13 (Anjuran Sang Ustadz)

104 21 6
                                    

Apapun yang diarahkan oleh guru kepada muridnya, hendaknya murid itu tetap mengikutinya dan meninggalkan pendapatnya. Karena kesalahan gurunya itu lebih bermanfaat baginya dari pada kebenaran di dalam dirinya. (Imam Al-Ghazali)

Tidaklah ilmu itu diperoleh kecuali dengan tawadhu’ dan mendengarkan. (Imam Al-Ghazali)

♥️♥️♥️

Assalamu'alaikum ...

Mendapat dukungan dari Damareza Bayu mungkin suatu hal yang bisa menguatkan hati dan perasaan Vara, tapi Vara tetap butuh arahan Ustadz Mukminin, gurunya ketika mondok di pesantren dulu. Lalu saran apakah yang akan didapatkan Vara dari Sang Ustadz?

Simak kelanjutan Sujudku Karena Cinta bab 13, yang mana sesuai janji triple update-ku, bab ini yang ketiga dan sudah lunas ya!

Selamat membaca!

♥️♥️♥️

Semua keputusan yang menyangkut agama, Vara tidak bisa memutuskannya sendirian. Selama ini, ia selalu berkonsultasi dengan Ustadz Mukminin, pemilik pondok pesantren Hidayatullah, tempatnya dulu menuntut ilmu agama yang tinggal di Rancaekek, Bandung Timur. Mulai dari konsultasi soal Aqiqah dan Qurban untuk almarhumah Ummi dulu, hingga soal hal sekecil cara mendidik murid yang bandel.

Vara sudah dianggap sebagai keluarga sendiri oleh uwaknya Muslikah tersebut, namun karena kesibukannya, Vara sudah lama tidak berkunjung. Makanya hal itu membuatnya sedikit malu dan terharu ketika kemarin Ustadz Mukminin menghadiri tahilan malam ke tujuh hari meninggalnya Abah. Malam itu sebenarnya Vara ingin menumpahkan semua unek-unek atas masalah yang menimpa keluarganya, namun menurutnya waktunya belum tepat.

Hingga, pagi ini, di hari H-5 Idul Fitri. Dengan niat yang baik demi masa depan Lissa, juga karena kebetulan Vara sudah libur mengajar, Vara siap berangkat ke Rancaekek untuk menemui Ustadz Mukminin.

Vara tidak sendirian pagi ini, melainkan dijemput oleh Damareza Bayu sesuai janji pria itu sore kemarin untuk menemani Vara.

"Selamat pagi, Var," ucap Damar sambil membukakan pintu mobil Alphard-nya di depan gang Kebon Bibit pada pukul 07:10 pagi ini.

"Iya, Pagi. Maaf jadi menunggu lama, Damar," jawab Vara sambil mencangklong totebag kanvasnya lalu masuk. "Terima kasih sudah menunggu."

Damar tersenyum. "Santai saja, Var."

Begitu Vara masuk, Damar pun segera ikut masuk ke pintu sebelah dan menghadap setir.

"Siap ke Rancaekek?"

"Bismillah, siap," jawab Vara sambil tersenyum. Kenapa berada di dekatnya selalu menimbulkan kesan aman di hati saya ya Allah?

Zrrr!

Damar pun mulai men-starter mobilnya. Sebelum jalan, ia memberesi biskuit-biskuit di depannya. "Maaf kalau kesannya nggak menghargai orang puasa, Var. Aku memakan biskuit ini setiap pagi. Sudah jadi kebiasaan sebagai ganti rokok."

Varadissa terkekeh. "Santai saja, Damar."

Mobil pun mulai melaju ke arah Gasibu.

"Ummm, boleh tanya sesuatu, Damar?"

"Silahkan, Var."

"Gimana kabar Doni?"

"Dia baik-baik saja."

SUJUDKU KARENA CINTA ✓ (Selesai - Lengkap - Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang