Varadissa Qurrota Ayun, menuju usia kepala tiga masih disibukkan dengan karirnya. Tuntutan menikah dari keluarga besarnya ia abaikan, semua itu demi membiayai kehidupan Alissa, adik perempuannya pasca ibunya meninggal sepuluh tahun silam.
Damareza B...
Dan janganlah kalian nikahi perempuan-perempuan musyrik sebelum mereka beriman. ... Dan janganlah kalian nikahkan laki-laki musyrik (dengan wanita- wanita mukmin) sebelum mereka beriman. (QS. Al-Baqarah ayat 221)
♥️♥️♥️
Bismillahirahmanirahiim … Assalamu'alaikum, selamat pagi. Selamat berpuasa dan selamat melanjutkan membaca Sujudku Karena Cinta.
Tap bintangnya dulu boleh ...
Check this out!
♥️♥️♥️
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lissa!" Karena tidak mendapat respon dari Lissa, Abah berseru kembali, kali ini beliau bangkit dari duduknya dan bergegas menuju kamar Lissa.
Melihat itu, karena pikirannya dilanda kekhawatiran yang menjadi-jadi, Vara pun segera mengikuti langkah Abah setelah meminta izin ke tamu-tamunya.
"Liss."
Vara mendapati Abah mengetuk pintu kamar Lissa, air mata beliau menetes, wajahnya terlihat sangat murka.
"Lissa." Vara ikut memanggil Lissa dengan nada suara lembut. "Bukain, Liss."
Klek!
Lissa pun keluar dengan kepala tertunduk, ia langsung menubruk tubuh Abah dan memeluk beliau dengan erat. "Maafin, Lissa, Bah. Maafin Lissa … Hiks!" ucap gadis itu dengan suara ketakutan.
Abah mematung dengan tangan mengepal. "Kenapa kamu dustakan kepercayaan Abah dan Almarhumah ummimu, Liss?" tanya beliau sambil menjambak rambut. Nada suaranya melirih namun berat, seolah Abah tidak ingin tamu-tamunya mendengarnya. Wajah Abah juga langsung terlihat frustasi, membuat Vara semakin was-was.
Lissa terus menangis sesenggukan. Dekapannya di tubuh Abah semakin erat.
"Jelaskan kalau surat itu palsu, Liss, jelaskannn."
