Enjoy reading y'all!
.
.
.
.Bintang-bintang berkilau menghiasi langit malam, semilir angin menerpa pelan tubuh pemuda berkulit tan yang membuat pemuda itu terlonjak kedinginan, akhirnya dia memutuskan untuk masuk kekamarnya.
Pemuda itu bernama Bumigenta Satya Wijaya, keturunan dari keluarga Wijaya. Dia merupakan anak bungsu dari 2 bersaudara, kakaknya bernama Sedoso Bintang Wijaya.
"MAS!" teriak Bumi untuk memanggil kakaknya yang sedang berada di ruang tamu.
"Kenapa dek?" Sedo pun bertanya kepada adiknya itu.
"Mas pasti nyalain lilin aroma lagi ya? Udah tau adeknya gak suka juga, mawar lagi" gerutu Bumi sambil memencet hidungnya.
"Enggak mungkin lah, lagian lilin aromanya kan udah dibuang semua sama kamu" sanggah Sedo ketika mendengar gerutuan adiknya.
"Lah kalo gitu aku nyium aroma mawar darimana???" seketika wajah Bumi nampak bingung.
"Aroma apa sih??? Mas daritadi gak nyium aroma apa-apa" sekarang giliran Sedo yang kebingungan, pasalnya dia memang tak mencium aroma apapun.
"T-terus yg aku cium ini apa??? Bikin sesek" suara Bumi mulai bergetar,pemuda itu memang mempunyai trauma terhadap bunga yg cantik itu.
"Hirauin aja ya?" Sedo membawa adik tersayangnya itu ke sebuah pelukan hangat.
"Nanti aromanya bakal hilang sendiri kok, gausah panik ok?" ucap Sedo menenangkan hati adiknya.
Bumi mengangguk pelan,memang pelukan kakaknya ini sangat menenangkan.
Matahari pagi nampak sangat indah,dengan kicauan burung merdu bernyanyi dan juga udara yang sangat segar menyapa.
Sepasang kakak-adik kini sedang menikmati sarapan,terkadang sesi sarapan ini juga dihiasi oleh celetuk-celetuk konyol dari keduanya.
"Mas,ibu sama bapak pulangnya kapan?" pertanyaan mendadak dari Bumi.
"Gak tau juga dek,paling masih 2 mingguan lagi" balas Sedo.
"Gak usah dipikirin ya" pinta Sedo yang langsung dibalas anggukan kecil oleh Bumi.
Setelah percakapan itu,hening pun melanda. Mereka terfokus pada pikiran masing-masing.
Sesaat setelahnya, Bumi sudah menghabiskan sarapan pagi itu, Bumi pun izin kepada Sedo untuk bermain dirumah Renjun. Sedo tentu mengizinkan asal tidak pulang terlalu malam.
Jarak rumah Bumi dan Renjun hanya 1 rumah, jadi mereka bebas untuk bermain kapan saja.
"RENJUNNN!!!" Bumi berteriak dengan keras ketika sampai didepan rumah Renjun.
Pintu terbuka, menampilkan sesosok pemuda jangkung yang masih setia dengan muka bantalnya.
"Eh bang Win, Renjunnya mana bang?" tanya Bumi.
"Tuh di dapur" jawab Winwin,kakak dari Renjun.
Bumi langsung masuk kerumah Renjun, dia berencana untuk mengagetkan Renjun yang masih sarapan tapi apa daya rencananya gagal saat adik Renjun tiba-tiba memanggil namanya.
"Wihhh Mas Bun" ucap adik Renjun dengan lantang dan tentunya itu menyadarkan Renjun dari kegiatannya.
"Bun ndasmu Le,nama mas tuh Bumi" jengah Bumi yang sedang berkacak pinggang di depan Chenle, oknum yang mengagalkan rencananya.
Renjun yang menyaksikan itu hanya menggelengkan kepala, sudah menjadi rahasia umum jika Bumi dan Chenle adalah duo rusuh yang selalu beradu mulut dan itu hanya akan berakhir jika kakak tertua Renjun ada.