Drummer Enam Hari itu baru saja turun dari mobilnya setelah ia berhasil parkir parallel di depan studio ketika ia melihat Will juga baru datang. Studio hanya berisi Brian dan Ave yang kayaknya lagi sibuk milih makanan buat di go-food.
"NAH. Ini dia Darren dateng."
"Weh gue kenapa anjir?" tanya Darren heran.
"Mau gue introgasi."
"Lo gak jelas banget sumpah, Ve. Ini lo berdua ngapain ngeliatin gue juga?"
"Sst. Diem. Dibilangin pengen introgasi."
"Yaudah cepet."
Bukan. Bukan Ave atau Brian yang mulai introgasi, tapi Will. BAYANGIN. Will yang kalem gitu, tiba- tiba mulai nanya.
"Ren, lo inget gak, dulu kita pernah main TOD."
"Sering kali?"
"Dengerin dulu kakak lo," tegur Brian. Darren menjulurkan lidah ke arahnya.
"Terus lo ditanya kenapa gak pernah punya pacar, dan lo jawab karena masih suka sama orang. Pas di round kedua, lo dapet truth juga, dan lo bilang kalo ceweknya ini gebetan lo waktu SMP yang satu jemputan, rumahnya deket. Tapi lo gak jadi confess karena dia baru jadian pas graduation."
"Ya iya... what is that supposed to mean?"
"ITU PASTI NADIN KAN?" teriak Ave yang kayaknya paling semangat.
"Sok tahu. Emang Nadin sejemputan sama gue? Temen SMP gue gak cuma satu, kali."
"Gak usah ngelak. Nadin cerita kalo dia rumahnya deket sama rumah lo, satu jemputan juga. Udah lah ngaku aja."
"Ve, lo tuh ada dendam apa sih sama gue?"
"Lo dari dulu bilang pengen punya pacar. Ini udah ketemu orangnya. Ya kan?"
Pria itu cuma memainkan kakinya, lalu mengangguk pasrah.
"KAN."
"Lo masih gak bisa move on, nih?" tanya Brian.
Darren terdiam sebentar. Ada bagian dari dirinya yang seolah memutar ulang kenangan ia dan Nadin waktu SMP, mulai dari manis sampai pahitnya, semuanya masih sangat jelas. Bahkan waktu SMA dia bener- bener masih kebayang sama Nadin. Sekarang udah ketemu, rasanya lega banget. Tapi, ada bagian di diri Darren yang seolah berkata 'ini gue beneran masih suka atau cuma seneng karena ketemu temen lama?'
Pokoknya semacam denial.
"Gak tahu."
"Darren cemen."
"Ave gak jelas."
"Gas aja lah, Ren. Ini tuh namanya takdir dari Tuhan. You lost once, and you don't want to lose it again, kan?" tanya Brian, namun Darren mendiamkannya saja. Ia malah memilih melirik ponselnya yang menyala dan menunjukkan nama 'Bianca' sebagai penelfon.
"Gue gak tau if she has any interest on me.."
"Lagipula gue lagi deket sama Bianca," lanjutnya sambil mengangkat telfon dan pergi ke luar.
Ave mendengus.
"I thought we already told him to stay away from Bianca?"
"We have."
"That gold digger is making me sick."
KAMU SEDANG MEMBACA
About Darren
FanfictionDarren dan aku punya satu kesamaan. Terlalu banyak meragukan diri sendiri