Part 10

806 65 14
                                    

Alifa saat ini sedang berjalan santai, ia baru saja pulang dari mini market untuk membeli beberapa keperluan.

Hari ini Alifa memakai outfit yang cukup sederhana dan juga menurutnya nyaman. Yaitu baju putih polos lengan panjang dan rok hitam serta jilbab dengan warna senada dan tidak lupa dengan maskernya

Di sepanjang jalan banyak yang melihat ke arah Alifa sembari tersenyum.
Alifa juga membalas senyuman mereka namun sayang mereka pasti tidak akan melihat senyuman indah miliknya karena tertutupi masker.

Saat Alifa sedang asik-asiknya berjalan dan sesekali melihat jalan kanan dan kiri,hingga tatapannya tidak sengaja jatuh pada seorang laki-laki yang menabrak pembatas jalan menggunakan motor sport miliknya.

Alifa langsung berlari ke arah dimana laki-laki itu terjatuh, dengan tangan kanannya yang masih menenteng kantung keresek.

" Astagfirullah". Alifa sangat terkejut saat melihat wajah orang itu yang ternyata adalah Kahfi.

Sebelum memegang tangan Kahfi untuk membantunya berdiri, Alifa terlebih dahulu mengambil kos tangan yang sempat ia beli tadi minimarket.

Alifa menuntun Kahfi untuk duduk di kursi yang ada di taman.

" Kenapa kamu bantuin aku?". Kahfi bertanya dengan nada sarkas ke arah Alifa.

Entahlah Kahfi saat ini sedang banyak pikiran ditambah Angel yang terus-terusan minta dia buat hancurin Alifa sedangkan Kahfi tidak tau kenapa jika berada di dekat Alifa ia merasa nyaman.

" Aku ngga mau jadi saksi di kantor polisi kalo seandainya kamu mati tadi". Alifa menyodorkan tisu basah ke Arah Kahfi dengan tujuan membersihkan kotoran tanah yang menempel ditangannya

" Oh, kamu doain aku meninggal gitu?." Kahfi berdiri dari duduk nya sembari sedikit meringis ngilu karena kaki nya yang mungkin terkirlir.

" Aku ngga sekejam itu doain kamu meninggal, dosa kamu masih banyak ngga lucu kalo langsung di transfer ke Neraka". Kahfi melotot kan mata nya mendengar Ocehan Alifa, dalam pikirannya kenapa Alifa bisa bicara panjang kali lebar hari ini terlebih dengan nya.

" Kalo gitu bagi dua Lo juga harus nanggung Dosa."

Kahfi dengan gerakan cepat mencium pipi Alifa dari samping.

Plak....

" Kurang ajar banget yah kamu!!". Wajah Alifa merah padam air matanya mulai jatuh tak kala Kahfi mencium pipi nya. ia begitu kaget dengan tindakan yang di luar perkiraan BMKG itu.

" Apasih cium pipi doang bukan perkosa kamu." Kahfi meringis memegang pipi nya yang panas akibat tamparan Alifa yang begitu dahsyat dan ditambah dengan kepala Kahfi yang pusing.

" Kalo gitu kamu mending mati Aja tadi" . Alifa berlalu Pergi dari hadapan Kahfi entahlah dia kecewa sama dirinya sendiri kenapa tidak bisa menjaga diri nya dengan baik.

Sedangkan Kahfi hanya menatap Nanar kepergian Alifa disertai dengan hembusan angin malam yang menerpa wajahnya.

" Anjing... Ini kenapa sakit nya ke jantung ngeliat tuh cewek nangis".

Kahfi kembali terduduk di bangku taman sembari mengadahkan kepalanya ke atas melihat bulan dan bintang yang saling bersahutan.

Ting..
Ting..
Ting..

Kahfi dengan segera merogoh kantong celananya, mencari handphone yang tadi berbunyi menandakan adanya pesan masuk.

Angel

Lo dimana?!!

Pulang Kahfi anjing Lo yah!!!

Bangsat!!!

Read

" Anjing, bego, sialan, ini kenapa gua kaya tolol banget sih nurutin semua perintah nih cewek".

Kahfi berteriak melampiaskan kemarahannya karena kebegoan dirinya sendiri bisa-bisanya cinta mati sama cewek yang sifat nya 11 12 sama setan.

******

sedangkan di lain tempat terlihat sosok laki-laki tampan yang sedang duduk santai di balkon kamarnya sembari menikmati indahnya Panorama langit Malam.

Evan menoleh ke arah belakang dan melihat siluet Bayangan Adiknya Jihan.

" Abang Jihan mau curhat". Jihan memeluk Evan dari belakang

" Kamu mau curhat apa dek? Tumben banget loh kamu gini". Evan mengusap lembut rambut Adiknya itu.

Jihan sedikit melonggarkan pelukannya dan menatap ke arah Mata Evan.

" Abang, sebelumnya maafin Jihan". Evan mengerutkan dahi bingung dengan ucapan Jihan yang tiba-tiba minta maaf kepadanya.

" Jihan hamil Abang". Jihan menundukkan kepalanya dan menangis sekeras-kerasnya ia bingung harus mengadu ke siapa lagi jika bukan ke Evan yang berstatus kakak nya sendiri.

Evan membolakan matanya dengan rahang yang mengeras serta tangan yang mengepal menahan emosi.

" Siapa?". Jihan menatap mata Evan yang saat ini enggan menatap wajahnya, terlihat bahwa Evan sangat kecewa kepadanya.

" Dia mati?."

Jangan lupa untuk vote dan komen yah❤️❤️

Maaf yah teman-teman kalo alur ceritanya mungkin ngga nyambung tpi untuk kedepannya akan di perbaiki lagi kok.

Hastina
14/6/2023

Story Alifa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang