5 | As The World Caves In

8.5K 1.4K 841
                                    

Btw bagian sedih-sedihnya dengerin As The World Caves In - Matt Maltese. Bagian manisnya dengerin apa aja lagu yang manis. Seperti biasa belum 1K tapi sudah up, yang penting kalian sudah banyak-banyak komen dan mulai keluar. Yeay! Send love ungu!

part ini 1K vote sama 1K comment ya. Btw aku bakal double update. :) Tapi tetap vote dan comment ya. Kan di setiap kalimat ada tanda + nah kalian bisa komen di sana buat bikin mudahnya. Per-line.




Ponsel Jeongguk jarang sekali berdering, kakak-kakaknya lebih sering tiba-tiba datang begitu saja—terutama Jimin. Namun akhir-akhir ini ponselnya lebih sering mengganggu. Banyak pesan dan telepon masuk. Satu-satunya yang bisa melakukan itu adalah Kim Taeri. Dari ucapan selamat pagi, siang, malam sampai malam. Foto-foto mau makan, kegiatan dan yang lainnya. Kadang menelpon juga hanya memberi tahu apa yang terjadi di lokasi syuting. Hal-hal sepele dari penata rias yang dimarahi seniornya, sampai kucing di pinggir jalan yang dilihat dari dalam mobil, sedang berguling-guling di bawah lampu. To much information.

Jeongguk jadi menelaah ke belakang di mana dia menunggu pesan dari Taeri tapi tak kunjung mendapatkannya. Mungkin saat-saat itu lebih baik. Tidak terganggu bahkan saat dia tidur.

Tidak diam saja, Jeongguk sempat protes di telepon. Katanya, "kenapa kau terus menghubungiku dan menceritakan banyak hal?"

Dan Taeri menjawab, "karena tidak mau kau merasa kesepian."

Langsung terdiam, mata Jeongguk seperti terbuka sepenuhnya. Alisnya menukik bingung. "Apa maksudmu?"

Mengehela napas, begitu tenang, Taeri menjelaskannya, "kau bilang ingin terus bersamaku. Kau juga bahkan mengatakan kalau ingin menikah. Kau juga tinggal di hotel mewah yang luas itu seorang diri. Jarang keluar karena pekerjaan. Kau pasti kesepian sekali. Jadi biar aku yang menghiburmu. Aku akan membuatmu tidak merasa sendiri. Aku juga akan menceritakan apa saja yang ada di luar. Apa yang terjadi di luar. Jadi seolah kau juga sedang berada di luar."

Kembali terdiam namun kali ini untuk waktu yang agak lama. Memegang dadanya, berdedup seperti seharusnya, tapi ada rasa pilu, terenyuh, harapan yang datang, yang harus disingkirkan dengan segera. Sekali lagi, Kim Taeri berhasil membuatnya merasa lepas dengan tangan yang mengulur, menarik dari ruang kotak kecil di mana dia kerap memeluk lututnya seorang diri selama ini.

Wanita sialan yang muncul kembali dalam hidupnya, selalu membuatnya merasa dicintai, diperhatikan, dihujani kasih sayang. Taeri selalu memerhatikan banyak detail tentang Jeongguk. Mendapatkan sudut pandang yang tidak orang lain banyak temukan.

"Terima kasih..." kata Jeongguk pelan sekali. Tapi Taeri dapat mendengarnya. Lalu terkekeh. "Sama-sama, anak baik..."

Di kehidupan kali ini, Jeongguk sudah mewanti-wanti pada diri sendiri, tidak boleh sampai jatuh pada permainan Kim Taeri. Dia sampai mendapatkan kutukan seperti saat ini karena wanita itu. Menjadi algojo bagi para orang jahat secara tidak langsung. Menghancurkan dan membunuh tidak pernah membuat seseorang terbiasa. Setiap melukai pasti akan ada rasa sakit juga yang dia rasakan.

"Dan lagi—aku juga kesepian. Maksudku, ya, ada Eunbyul. Ada banyak orang yang mendukung dan mencintaiku, tapi aku ingin memposting banyak hal. Namun akan membuat imageku jadi berbeda. Bayangkan kalau seorang Kim Taeri memposting kucing gendut loreng tiga warna di media sosial."

Secara otomatis Jeongguk tertawa. "Itu akan manis sekali."

"Tapi imageku tidak seperti itu, Jeongguk. Kau tidak akan mengerti," dengus Taeri.

Kilas balik yang menyenangkan, tetapi tidak menutup kenyataan bahwa tetap saja telepon Taeri mengganggu Jeongguk terutama pada saat-saat seperti ini. Pukul delapan pagi. Dia masih ingin berbaring saja di kasur. Lelah. Mengantuk.

A Perfect VERSATILE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang