6 | Rhytm

8.9K 1.4K 702
                                    

Seperti janjiku, double update! Kalau part sebelumnya nggak bisa kebuka atau keload, coba log out log in wattpad kalian ya. Sudah diup kok. Ini postan kedua hari ini! Berikan cinta banyak-banyak untuk APV! Tag-tag aku di instagram anoona_universe atau bisa rekomendasikan cerita ini ke teman-teman kamu ya!

Absen love ungu dulu! Target masih sama, 1K vote dan comment.








Ketika Taeri mengatakan akan mati, Jeongguk tidak terlihat kaget sama sekali. Jeongguk seperti sudah bisa menebak. Menjadi alasan dia berlari secepat kilat dengan panik. Ini ada hubungannya dengan kutukan mereka.

Jika Jeongguk dikutuk menjadi abadi dan dapat membunuh orang lain, Taeri terlah dikutuk tidak akan pernah hidup lama.

Taeri satu-satunya yang dapat mengontrol kekuatan Jeongguk, tapi wanita itu tidak pernah berumur panjang.

Membuat Jeongguk terus-terusan menunggu Taeri berinkarnasi kembali. Takdir dan semesta berkerja sama. Para dewa lain melakukannya. Yang mereka berdua lakukan di masa lalu tidak termaafkan, maka sekarang hanya bisa menebus dengan membiarkan dipermainkan.

"Aku sudah berusaha susah payah untuk sampai di sini. Masih banyak yang ingin aku lakukan. Aku ingin mendapatkan daesang atas aktingku. Aku ingin memainkan banyak genre. Aku ingin membalas dan berjalan bersama orang-orang yang mendukungku. Aku ingin membayar dukungan mereka dengan penampilan aktingku. Aku ingin lebih lama bersama Eunbyul dan membuatnya bahagia. Aku ingin hidup lama. Aku ingin bahagia dalam waktu lama... Jeongguk... Aku tidak mau mati..." tukas Taeri sambil terisak. Air matanya mengalir. Menenggelamkan wajahnya di perpotongan leher dan bahu Jeongguk.

Tidak tahu harus menjawab apa sebab Jeongguk sendiri tidak baik-baik saja. Ia hanya bisa memberikan ketenangan untuk Taeri dari pelukan. Setiap di dekat wanita itu, bukan hanya emosinya yang terkontrol, tapi ada rasa nyaman yang tidak pernah bisa dia dapatkan dari mana pun.


***


Rasanya mereka seperti sedang berkencan diam-diam. Selalu bertemu dan menghabiskan waktu di mobil. Membiarkan Taeri menenangkan diri. Jeongguk sama sekali tidak meminta Taeri diam. Membiarkan wanita itu puas menangis sambil menggenggam tangan Taeri. Sedikitnya, Jeongguk ingin membiarkan rasa sesak itu mengalir juga dalam dirinya. Membagi rasa sakit melalui emosi. Itu keahliannya. Emosi. Sama seperti bagaimana Taeri mengontrol emosinya.

"Aku sudah tidak menangis. Sudah puas..." kata Taeri tiba-tiba setelah beberapa banyak tisu dihabiskan. Tapi Jeongguk tahu bahwa Taeri sedang memaksakan diri untuk tersenyum. Manis. Tanpa sadar dia terkekeh.

"Coba saja berakting menangis semudah ini. Mengapa kalau sedang akting menjadi sulit sekali untukku," keluh Taeri berusaha mencairkan suasana. Tipikal seorang aktris.

"Aktingmu sangat bagus. Aku menonton drama noona," ucap Jeongguk mendukung perbincangan itu.

Dengan mata sembab, Taeri menoleh. "Kau bilang kau tidak menonton drama?"

Tertangkap basah. Wajah Jeongguk memerah dan menghindari tatapan Taeri. "Aku marathon menonton drama noona. Semuanya. Kau selalu bersemangat saat menceritakan tentang pekerjaan, jadi aku ingin mendukung juga..."

Senyuman Taeri langsung lebar. Rasanya Jeongguk seperti orang yang tepat. Bayangkan saja dia habis menangis tersedu-sedu, sekarang dibuat senang sekali. "Terima kasih, Koo..." Asal panggil. Manis. Panggilan khusus.

Jeongguk suka.

"Oh ya, mari kita bahas alasan aku meminta kau menemuiku," kata Taeri langsung.

A Perfect VERSATILE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang