13 | Crying

4.8K 701 261
                                    

actually kalian yang follow instagram aku : anoona_universe pasti tahu kalau aku mau unpub cerita ini. tapi ada beberapa yang masih mau membaca. terus ini juga sudah ada trailernya. well aku mau buat cerita baru yang bukan fantasy. tapi aku merasa sayang juga. soalnya aku tipe yang nggak bisa unpub kalau belum tamat. sayang saja udah jalan segini, berasa ada hutang. huhu. jadi aku bakal tetap taro di sini untuk saat ini. biar kalian biasa baca. mungkin aku bakal terusin. depens on my mood and your support. Tapi untuk saat ini, mari enjoy bersama mereka.

please send me love ungu. i feel exhausted lately. 


"Aku rasa berlama-lama di laut tidak bagus untuk kesehatan diriku. Kepalaku menjadi pusing sekali," kata Taeri mengeluh terus-menerus sambil memegang kepalanya. Lalu memberikan tawa hambar. Humor menyedihkan yang murahan. Jeongguk bahkan tahu tanpa perlu dikatakan bahwa wanita itu kesakitan. Ia bisa merasakan pilu itu dari mata Taeri, walaupun berusaha terlihat baik-baik saja. Penyakit itu menyantap tubuh mungil Taeri perlahan.

Rasanya Jeongguk ingin menggunakan kekuatannya untuk pindah dari sini, memeluk Taeri dan membawa ke dalam kamarnya. Namun jika dia melakukannya, Taeri akan tahu siapa dirinya. Akan tahu dan lari ketakutan. Jeongguk tidak boleh kehilangan Taeri untuk dirinya sendiri. Wanita itu adalah kunci hidupnya. Satu-satunya yang bsia mengontrol dirinya. Pura-pura tidak tahu apa-apa, Jeongguk lebih memilih meneguk gelas kaca panjang yang dia cekik sedari tadi. Minuman yang terasa membakar di kerongkongan, tidak ada apa-apanya daripada menahan diri untuk tidak memeluk Taeri.

"Mabuk saja sampai tidak sadarkan diri," kata Jeongguk pada Taeri yang masih saja minum sambil melihat laut. Wanita itu sangat menyukai laut, masih sama seperti dulu.

Mendengar penuturan Jeongguk, Taeri menoleh dan memandang dengan tatapan memincing. "Kau mau macam-macam ya? Tidak boleh!" kata Taeri langsung buru-buru.

Tidak menjawab apa-apa, hanya tersenyum asimetris. Mereka berdua tadi siang sudah melakukan hal yang sangat gila. Sekalipun tidak ada penetrasi, masuk ke dalam, tetapi sudah lebih dari cukup. Terpatri di kepala Jeongguk dan mustahil untuk melupakannya. Saat ini yang dia inginkan bukanlah itu. Menarik Taeri pelahan mendekat, membuat wanita itu terkejut. Membeku beberapa saat.

"A—apa yang kau lakukan?" tanya Taeri waswas. Mereka memang sudah melakukan hal-hal liar yang kelwat gila, tetapi karena pesetujuan keduanya, dan bukan berarti bisa kapan saja dan seenaknya.

Namun tiba-tiba bibir Jeongguk mengecup keningnya. "Hiduplah lebih lama lagi. Kau boleh bersender padaku, dan aku akan mencari cara untukmu bertahan terus di dunia yang sialan ini," katanya tiba-tiba.

Ada sesuatu yang meledak di dada Taeri. Kecupan di dahi yang begitu lembut. Pernyataan bahwa Jeongguk ingin dia hidup lebih lama dan akan melakukan apa pun. Taeri tahu itu mustahil. Dia tahu sekali bahwa hidup lama hanyalah sebuah angan. Namun mendengar seseorang mengatakan padanya seolah rela melakukan apa pun untuk kehidupannya, rasanya hangat. Ada sebuah kenyamanan dan rasa aman yang tidak dapat dia deskripsikan.

Taeri mengangkat satu tangannya, menginstruksikan untuk Jeongguk juga melakukannya. Ketika Jeongguk mengikuti dan mengira Taeri akan melakukan 'tos' dengannya, jari mungil yang jauh lebih pendek itu, malah mengisi sela-sela jarinya. Menggenggam. Pun Jeongguk jadi menggenggam balik. Tangan Taeri tenggelam di tangannya yang lebih besar. Ada kelembutan pada genggaman Taeri. Ada kelembutan dalam senyuman Taeri. Ada rasa tenang yang dia rasakan. Sentuhan Taeri selalu saja bereaksi padanya.

Tidak tahan, Jeongguk menarik Taeri ke dalam pelukannya secara tiba-tiba, hingga gelas kaca yang sedang dipegang keduanya jatuh begitu saja. Membuat kekacauan dan keterkejutan. Champagne mahal itu bahkan juga tumpah. Namun tidak peduli sama sekali. Jeongguk hanya ingin memeluk erat. Meninggalkan Taeri dalam kebingungan. Sementara dia, sedang bersembunyi dari tatapan wanita itu. Matanya berkaca-kaca dan menahan diri untuk tidak ada air mata yang mengalir. Memeluk dengan begitu erat. Wanita ini, adalah wanita sialan yang membuat hidupnya dikutuk seperti ini. Merasakan kesakitan yang tidak ada habisnya. Kalau di neraka akan disiksa berkali-kali seperti perputaran, maka mungkin dunia yang sekarang Jeongguk tempati adalah neraka untuknya. Begitu menyiksa. Dan setelah bertemu kembali dalam jarak sebegini dekat, rasanya semakin menyakitkan. Namun berubah menjadi kecanduan. Jeongguk tidak mau kehilangan itu.

A Perfect VERSATILE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang