12 | Kim Taeri without 'Noona'

5.6K 827 453
                                    

ayo bertemu dengan tuan ryu chatal jeongguk lagi si hopeless romantic yang sebenarnya sudah hidup lama sekali.

Kirim love ungu biar komen sama votenya cepat 1K ya di sini. :)

"Chatal, bukankah ini cukup aneh? Seingatku, pekerja di depan mengatakan bahwa gelombang air laut sedang tidak bagus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




"Chatal, bukankah ini cukup aneh? Seingatku, pekerja di depan mengatakan bahwa gelombang air laut sedang tidak bagus. Cuacanya juga seperti itu. Tetapi sekarang di sinilah kita berada, di dalam kapal persiar, seolah semesta berkompromi untuk membuat kita bersenang-senang," kata Taeri sambil tersenyum. Berada di sisi kiri kapal yang keluar langsung dari ruangan makan atau kumpul-kumpul. Menatap keindahan laut dengan tangan memegang besi penyangga yang memabatasi agar tidak terjatuh ke dalam laut.

Jeongguk yang baru saja berbicara dengan kapten yang menjalankan kapal pesiar yang sedang mereka naiki. Ukurannya tidak bisa dibilang kecil, cukup besar untuk dua orang dan urusan pribadi. Di dalamnya ada bermacam-macam, dari tiga kamar, kamar mandi sampai restoran kecil untuk makan. Lebih private. Tidak dengan kapal besar mewah yang muat untuk beratus-ratus orang. Jeongguk memang sengaja, kapal ini biasanya digunakan untuknya melepas penat.

Pria tinggi semampai dengan bahu tegap itu mendekat pada Taeri yang terlihat begitu menikmati keindahan laut. Senyuman terlihat, tanpa perlu dipaksa dan jelas bukan sebuah akting yang biasa dilakukan di layar kaca. Taeri menoleh dan melihat Jeongguk yang sudah berdiri di sampingnya. Melempar senyuman lembut.

"Semesta sedang berbaik hati, karena aku yang menginginkannya. Mereka sering memberikan apa yang aku inginkan, dan kemudian, takdir akan marah-marah, mengacaukan segalanya. Sebab katanya, tidak boleh terlalu baik padaku," jawab Jeongguk yang menopang dagunya dengan tangan, lalu menjawab sambil menatap Taeri.

Kening Taeri berkerut bingung. Surai pendek wanita itu menari-nari karena tiupan angin. Semesta mungkin memang sedang bergembira karena dua anak mereka pada akhirnya kembali bertemu. "Kau berbicara seolah menjadi kesayangan semesta."

Menganggukkan kepalanya, senyuman Jeongguk semakin manis. Titik hitam di bawah bibir terlihat ketika mulutnya membentuk tipis karena senyuman. "Mungkin bisa aku koreksi sedikit, aku adalah kesayangan orang-orang yang berteman dengan semesta. Mereka ingin aku bahagia dan—mati."

Mata Taeri membelalak. "Tidak boleh! Kau tidak boleh mati!" katanya buru-buru.

"Kenapa?"

"Aku saja sudah mau mati, masa kau juga mati. Lagipula kenapa seorang teman ingin temannya mati? Hidup itu singkat sekali. Kalau bisa, lama saja. Terus-terusan."

Jeongguk terkekeh dan mengangguk. "Aku sudah hidup lama, Taeri."

"Bercanda? Kau bahkan lebih muda dari aku. Lalu kenapa kau terus-terusan memanggilku 'Taeri', tanpa noona?" protes wanita itu.

"Tidak boleh kah? Aku ingin merasa lebih dekat. Aku ingin menyebutkan namamu terus menerus. Taeri ... Taeri ... Kim Taeri. Aku ingin terus-terusan mengingat nama itu," ujar Jeongguk yang memejamkan matanya sambil menatap ke atas langit. Kemudian tangannya berusaha menutup mata agar perlahan dapat membuka. Wajahnya tersiram sinar matahari. Indah sekali. Taeri sampai menahan napas. Bagaimana ada manusia seindah ini? Untuk beberapa saat, Taeri meyakini Jeongguk bukanlah manusia.

A Perfect VERSATILE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang