Part 2 | London

121 8 0
                                    

London, Inggris.

“Rapat berakhir. Kalian bisa kembali ke tempat kalian masing-masing”

Pria berahang tegas itu berucap demikian, setelah hasil rapat yang diselenggarakan hampir satu setengah jam itu rampung. Ia membubarkan orang-orang yang terlibat. Kecuali asistennya.

“Apa jadwalku setelah ini?”

William bertanya kepada asistennya sembari membuka dua kancing kemejanya. Ia merasa gerah.

“Tidak ada, Sir. Tetapi Nyonya Yarad memerintahkan anda untuk menjemput saudara Anda di bandara hari ini”

Sang asisten— Tiffany Scott, menjawab pertanyaan atasannya. Dia mencoba menetralkan raut wajahnya. Memang bukan pertama kali atasannya melakukan seperti itu. Tapi siapapun yang melihatnya pasti panas dingin. Termasuk Tiffany.

Duh, beruntung aku punya tunangan yang tak kalah tampan — ucap Tiffany dalam hatinya.

“Baiklah. Kau tahu apa yang harus kau lakukan bukan?”

“Ya, Sir

Kemudian keduanya berjalan keluar dari ruang rapat itu. Tiffany kembali ke ruangannya untuk mengambil barang–barangnya sekaligus barang yang bosnya itu butuhkan. Sedangkan William menuju lift khusus untuk para petinggi perusahaan. Ia turun ke lantai dasar dan mobilnya juga sudah disiapkan.

Tak lama Tiffany datang dan memberikan barang-barang penting atasannya itu.

“Kau bisa pulang”

“Terimakasih, Sir”

Kemudian William menginjak pedal gas dan berlalu dari gedung besar itu. Baru kali ini William menemukan asisten yang pas dan profesional. Sebelumnya tidak ada asisten William yang bekerja lebih dari sebulan bahkan ada yang hanya tiga hari.

Awalnya ia merekrut asisten wanita. Namun, terjadi ia malah digoda oleh mantan asistennya. Tentu saja seorang William tidak semurah itu untuk takluk.

Kemudian ia berinisiatif merekrut asisten pria. Tetapi, dengan tidak tahu dirinya mereka melakukan hal–hal yang merugikan perusahaan. Memang tidak seberapa bagi William. Tapi orang-orang seperti itu perlu diberikan pelajaran.

Dan yang paling parah adalah mantan asistennya yang berjenis kelamin laki-laki yang hampir melecehkannya.

Ya betul. Seorang William hampir dilecehkan oleh seorang pria.

William tidak menyangka ia akan mendapatkan seorang asisten yang mengalami kelainan orientasi seksual. Bahkan, sampai ia terkena skandal bahwa William adalah penyuka sesama jenis. Namun, dengan segera William mengatasi skandal bodoh itu.

Dan Tiffany adalah kekasih yang sebentar lagi menjadi tunangan sahabatnya, James Tisson. James percaya pada William begitu juga James percaya kepada kekasihnya.
Dan hal itu terbukti dari Tiffany yang profesional.

Kembali lagi pada William.

Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit, kini ia sampai di bandara. Kemudian ia menatap jam yang ada ditangannya.

16.50

Mungkin sepuluh menit lagi adiknya sampai. Tapi, ada yang aneh di bandara ini. Mengapa ramai sekali disini? Pikirnya.

Banyak paparazi serta wartawan dan juga kerumunan. Tentu saja itu cukup mengganggu bagi William. William memang terkenal. Tapi, sekarang mungkin sulit mengenalinya karena ia memakai topi serta kacamata hitam.

Kemudian ia mendengar suara ribut-ribut dari arah kerumunan itu.

'Bagaimana di Melbourne, apa kau menemukan kekasih baru?'

UNDONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang