Part 6 | Penthouse

100 6 0
                                    

“Dia pingsan karena serangan panik itu.  Jangan memaksanya bangun. Mungkin beberapa saat lagi dia akan sadar”

Dokter kepercayaan keluarga Yarad itu menjelaskan tentang kondisi Andrhea yang sampai sekarang masih belum sadarkan diri. William memanggil dokter karena takut hal–hal tidak diinginkan terjadi.  Kalau Andrhea kenapa-napa, siapa yang paling mungkin disalahkan? Tentu saja William.

“Sebaiknya,  kau jangan memaksanya bangun, ia akan bangun dengam sendirinya nanti” ucap sang dokter kepada William.

“Oke.  Terimakasih, Rain. Jangan bilang ini pada ibuku,  atau bayaranmu aku turunkan”

Rain si dokter ingin sekali membalas perkataan William yang satu itu.  Ia memang terkejut saat William menyuruhnya memeriksa seorang perempuan. Dan tentu saja Rain tahu siapa perempuan itu.  Ia adalah model yang saat ini sedang naik daun. 

Rain tidak berani bertanya lebih lanjut, dan ia hanya mengangguk lalu kemudian mengucap permisi dan keluar dari hunian mewah itu.

William kembali menatap Andrhea.

“Kapan perempuan ini mau bangun”

William kemudian mengendikkan bahunya dan berlalu menuju ruang kerjanya. Ia juga punya banyak pekerjaan yang harus ia urus. Pikirnya.

Beberapa saat kemudian Andrhea mulai membuka matanya,  ia mengerjapkan netra itu beberapa kali sebelum sepenuhnya sadar.  Ia melihat sekelilingnya dan merasa bingung. Gadis itu menyerngitkan dahinya begitu ia bangun dari posisinya.

Ia memutar balik kejadian beberapa saat lalu di dalam otaknya, dan kemudian ia netranya membola setelah mengingat itu.

Dia pingsan... 

Saat ia satu lift dengan William. Ia pun menoleh kanan kiri,  dan menyadari bahwa dia sudah berada di dalam unitnya —Andrhea tidak berpikir bahwa ia berada di tempat William.

Apa mungkin William yang membawaku kesini?”

Andrhea kemudian berpikir, jika itu terjadi bagaimana lelaki itu bisa tahu sandi unitnya. Lagipula jika dilihat dari sikapnya,  tampaknya William bukan orang yang mau direpotkan begitu.

Kemudian, gadis itu beranjak dari sofa dan menelusuri tempat itu. Ia pergi menuju balkon yang menampilkan pemandangan kota.

Gadis itu meregangkan badannya karena terasa pegal. Ia kembali memutar ingatannya. Mengingat ia satu bangunan dengan William membuat gadis itu merasa sedikit senang.

“Mungkin Tuhan memang menjodohkan kami” Gumam Andrhea pelan. Kemudian, ia berbalik. Dan gadis itu stagnan di tempat.

Ya ampun. Apalagi ini. Bisa–bisanya ia berhalusinasi dan ini terlihat nyata. William berada di depan sana dengan tangan terlipat di depan dada dan menggunakan kaus putih berlengan yang memperlihatkan betapa berototnya lengan pria itu. Jangan lupakan tatonya.

Andrhea mengerjapkan matanya berkali–kali “Apa yang kau lakukan disini?” Ternyata pria itu memang ada di sana tapi apa yang dilakukannya.

“Kau sudah sadar?  Segera kembali ke tempatmu”

Kemudian William pergi begitu saja dari sana dan Andrhea dengan cepat menyusulnya. Dia masih belum bisa mencerna situasi ini.

“Tunggu. Kenapa aku harus pergi?”

William duduk di single sofa dan kemudian Andrhea duduk di sofa lainnya.

“Ini adalah tempatku”

William berucap demikian sembari memberikan tatapan intens terhadap Andrhea. Yang ditatap pun hanya bisa mematung dan kemudian Andrhea tersadar “Ah, benarkah. Kalau begitu terimakasih”

Kemudian keduanya terdiam. Lalu kemudian William membuka suara.

“Apa yang kau tunggu?”

“Oh,  aku akan pulang” Gadis itu gelagapan dan langsung mengambil barangnya, terletak di sofa yang didudukinya.

Andrhea pun berdiri dan mulai berjalan melewati William. Bodohnya,  gadis itu malah tersandung kaki meja dan kalian tahu apa yang terjadi?

Andrhea jatuh di pangkuan William.

“Sial, perhatikan langkahmu”

William berkata keras didepan wajah gadis itu. Andrhea juga jadi panik sendiri karenanya. Ia segera beranjak dari sana.

“Segera pergi dari sini”

“Iya”

Gadis itupun mulai melangkah ke arah pintu keluar unit William. 

Sedangkan William merasakan sesak di bawah sana.  Andrhea tidak sadar bahwa dia tadi jatuh dan mengenai milik pria itu.

William pun mulai beranjak dari sana. Sepertinya William butuh mandi air dingin.

•••

Sepanjang perjalanan dari tempat William menuju unit Andrhea, senyum masih saja terpatri di wajah gadis itu. Andrhea memasukkan sandi penthousenya, kemudian ia masuk ke dalam.

Andrhea kemudian duduk di salah satu sisi sofanya. Dia sudah seperti orang gila sedari tadi hanya karena tersenyum. Ia merasa senang dan benar–benar tidak menyangka bahwa dia ada di kediaman William. Melihat dari sikap pria itu, tak pernah terpikirkan olehnya William mau menolongnya, ditambah ia tadi sempat jatuh diatas pangkuan William.

Senyumnya semakin mengembang mengingat hal itu.

Gadis itupun bangkit dan meregangkan tubuhnya, ia berjalan ke arah kamar tidurnya dan membuka pakaiannya.  Segera ia membersihkan diri dan melakukan perawatan malamnya. Tentunya, sebagai seorang model ia perlu merawat tubuhnya termasuk wajahnya.

Andrhea kemudian memesan makan malam untuknya. Dirinya terlalu malas untuk memasak sekarang, lagipula belum ada apapun di kulkas yang ada di penthouse itu,  karena Andrhea baru saja pindah.

“Terimakasih”

Setelah si petugas yang memang disediakan oleh apartemen mengantarkan makanan yang diminta Andrhea, ia pun mulai melahap makanan itu.

Andrhea tidak serta–merta meresapi makanannya, ia sekarang memikirkan cara bagaimana supaya ia bisa lebih dekat dengan William. Ia juga senang, bisa berada di tempat yang sama dengan pria itu.

Tidak masalah.  Walaupun saat ini William belum tertarik pada Andrhea,  tapi gadis itu yakin akan ada waktunya William jatuh kedalam pesonanya. Dan Andrhea yang akan membantu untuk mewujudkan hal itu.  Tentunya,  jangan harapkan William yang akan maju pertama kali.

Melihat sikapnya yang ogah–ogahan terhadap seorang wanita bukannya membuat Andrhea mundur, tetapi rasanya ia tertantang dengan sikap pria itu.  Baru William saja yang ditemuinya bersikap acuh tak acuh kepada seorang Andrhea.

Tak sadar ternyata makanan yang Andrhea lahap, sudah habis. Ia pun membasahi tenggorokannya dengan air mineral dan kemudian masuk kedalam kamar miliknya.  Andrhea menyalakan wewangian dan lilin agar tidurnya bertambah nyeyak.

Sebelum tidur Andrhea mengecek ponselnya terlebih dahulu dan melihat jadwalnya untuk esok hari.  Ah, ternyata besok akan ada pemotretan untuk brand perhiasan milik perusahaan William. Gadis itu tersenyum senang,  dan mengembalikan ponselnya ke atas nakas yang ada disamping tempat tidur.

Kemudian memejamkan matanya. Oh,  Andrhea sangat berharap agar William memasuki alam mimpinya.

•••
'UNDONE'-6|Penthouse•
•••

Ongeeyyy,,  halow..  Senang bat aku bisa up sekarang.  Sibuk bat krn ujian sm tugas tugas.  Tapi saya enjoy kok. Okeylahh,  kuy vote dan komen kalian yang. Ini ada 900+ kata gais. Thank you,  jangan lupa votementnya....  —yuii

JANGAN JD SIDER PLIS. :)

UNDONETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang