Part 12 (revisi) ✅

4.1K 181 9
                                    

Happy reading!!!

Sebulan kemudian telah berlalu, kini sifat Alena yang sebelumnya cukup hangat. Justru sekarang malah sebaliknya, remaja perempuan itu menjadi pendiam. Tidak ada lagi senyum dan tawa sedikitpun di muka.

Tok tok. Felicya mengetuk pintu kamar sang anak. "Kak, ikut bunda yuk?.

"Kemana."

"Kita makan diluar, mauu?."

"Hhmm, oke."Felicya keluar dan memberi ruang untuk Alena agar nantinya remaja perempuan itu tenang dan aman.

Limabelas menit kemudian. Keduanya sudah rapi dan menuju ke restoran. Namun, kali ini ada yang berbeda. Mereka akan dijemput oleh Dhafi. Iyap, pria yang baru saja resmi menjadi suami dari Felicya.

Selama perjalanan hanya ada kesunyian yang tercipta diantara ketiganya. Hingga akhirnya, "Alena, boleh nanti om ngobrol sama kamu?." Tanyanya dengan hati-hati, pria itu tidak mau mengangggu ataupun merusak mood anaknya,

"Hhmm" Tanpa berniat ngomong, Alena hanya berdehem kecil saja.

Akhirnya sampai juga di restoran tersebut, Dhafi sebelumnya juga sudah lebih dulu melakukan reservasi. Lantas mereka segera masuk kedalam sebuah ruangan yang terkesan private. Saat jalan menuju ruangan, beberapa mata tertuju pada ketiganya. Layaknya keluarga bahagia. Padahal aslinya masih asing?.

Menarik kursi masing-masing. Dan segera membuka buku menu yang sudah ada diatas meja, tak lama pun akhirnya datang seorang pramusaji yang siap mencatatkan pesanan mereka.

Saat sang bunda telah menyebutkan pesanannya, tiba-tiba saja Alena memotong. "Tolong nasi goreng diganti ke roti bakar aja."

"Kak.. Kamu belum makan loh,."

"Bunn.. Trust me, masih kenyang."

"Hufftt, baik mba itu saja dulu pesannya."

Pramusaji itu mengangguk kecil. "Baik, kalo gitu saya permisi."

Dhafi membuka pembicaraan. "Emang nya Alena tidak lapar hmmm."

"Tidak."

"Baiklah, langsung saja ya?." Tanyanya lebih dulu dan menengok kearah sang istri. Felicya paham arti tatapan itu dan mengangguk.

"Bisa nanti aja gak ngomongin hal itu?." Sarkas Alena, jujur saja ia sedang tidak mau kesal. Apalagi disaat seperti ini. Emosi cukup menguras tenaga. Ia lapar.

Tak lama pesanannya pun datang. Langsung makan saja. Hingga habis tak tersisa.

"Kakk, sampai rumah harus makan loh ya. Jangan sampai sakit lagi, nak. Masih tahap pemulihan, okey?."

"Iya."

"Good job, yaudah bunda ke kasir dulu ya. Mas, silakan kalo mau ngobrol. Pelan-pelan aja."

Felicya sudah keluar dari ruangan ini menuju kasir, wanita itu sengaja memberi ruang kepada sang suami untuk mengobrol dengan anaknya.

Menarik nafasnya pelan. "Kenalkan saya Dhafi Mahendra Adhitama. Sebelumnya kita juga udah pernah bertemu."

"Iya."

BROTHER (REVISI & END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang