tetanggaan#8

49 48 30
                                    

Salam dari aku yang males kalo mapel Matematika,Fisika+Kimia:v

*****
"Lohh.....Kak Thian." kaget Nada saat melihat orang yang tengah berbicara dengan abangnya.

"Ehh........ Nada ngapain di sini?" Thian tak kalah terkejut melihat Nada yang keluar dari rumah yang Dava sebut sebagai rumah barunya.

"Gilirah yang bening-bening musti tau aja dah!" sunggut Dava melirik adik perempuannya dengan tatapan malas.

"kakak kelas ishh." Nada mencubit pinggang Dava cukup keras membuat sang empunya meringis.

Thian yang melihat keakraban itu cukup keheranan,"Jadi kalian jadian kapan?" pertanyaan itu meluncur dengan mulus dari bibir Thian,menghentikan Nada yang tadinya masih sibuk dengan abangnya.

"Jadian?" Dava memelototkan bola matanya.

"Iya kalian berdua?" Tanya Thian sekali lagi membuat Nada dan Dava berpandangan.

"emang kita cocok?" bukannya menjawab Dava malah bertanya balik.

Nada menahan tawanya,kenapa banyak yang mengira Dava adalah kekasihnya.

"Dia abang gue kak Hahahhahaha." ucap Nada tak tahan lagi menahan tawanya,di sambut dengan Thian yang ikut tertawa namun sejurus kemudian pemuda itu diam tak berkutik.

"Abang?...jadi Nada adiknya bang Dava." Thian berkata dalam hatinya,jadi gadis yang dahulu mengejar-ngejar dirinya dan ingatlah Thian akan perlakuan yang Ia berikan adalah yang terburuk bagi adik dari seorang Dava,si malaikat tak bersayap bagi kakak perempuannya dan Dirinya.

Flasback on

"Nada ayo pacaran!" Thian berlutut sambil mengenggam jari-jemari Nada di lapangan basket di sekolah menengah pertama.

Nada tersenyum malu-malu "YA GUE MAU!!" teriak Nada penuh semangat membuat Thian dan antek-anteknya terkejut Lalu tertawa penuh arti.

Nada tak peduli akan tatapan yang orang lain tunjjukan padanya, dengan yakin Nada menjawab dengan lantang bahwa dirinya mau bahkan mejadi pacar Thian adalah keinginannya semenjak masuk SMP.


"APRIL MOP." teriak Thian membuat Nada membulatkan matanya.

Suara riuh tawa memenuhi lapangan basket dari anak-anak yang mengikuti eskul basket,Nada gadis itu pucat pasi menahan malu dan merasa bodoh dengan berharap apa yang Thian katakan tadi adalah serius.

"Udah Dit?" Thian melirik Dito yang tengah merekam kejadian tadi,Dito mengacungkan jempolnya.

"Jangan ngarep!" ucap Thian berlalu menyisakan Nada yang menahan tangisan,malu bercampur sakit .

Dan sesuai tebakan Vidio itu tersebar hampir di seluruh kelas,pagi-pagi Nada di suguhkan pemandangan tatapan iba menuju dirinya.

"Bodoh bodoh bodoh." maki Nada pada dirinya sendiri padahal minggu lalu Nada sudah berniat untuk tak mengharap kan Thian lagi,tapi Hati berkata lain melihat Thian membuat jantung Nada berdetak lebih cepat dari biasnya,Tapi kali ini Nada harus mulai sadar diri kalau kodratnya di kejar bukan mengejar.

Flasback off

Dava menepuk pundak Thian yang terlihat bengong,"kesambet lo?" Thian mengalihkan tatapanya pada Dava yang tengah menatapnya penuh tanya.

"Kenapa? Lo naksir adek gue?" Dava bertanya lantaran selama bengong tadi Thian menatap Nada.

"Enggak mungkin lah bang." kini Nada menyahut dengan cengiran.

"Jadi abang kenal Kak Thian dari kapan?"

"Udah lumayan lama." Jawab Thian cepat jangan sampai Dava teringat akan beberapa hal di setahun belakangan yang cukup menyedihkan bagi dirinya dan Dava pastinya.

"Oh gitu.......Abang pinjem laptop dong." rayu Nada dengan suara sok di manja-manjakan.

"Enggak bisa....Gue tau lo mau nonton horor lagi!!"

"Yah kok pelit si bang?"

"Bukan pelit lo mah kalo abis nonton begituan,paginya udah kaya panda." Dava memicingkan matanya,adiknya ini penakut  tapi masih suka memaksa untuk nonton horor dan malamnya Nada kesulitan tidur bahkan terkadang Nada sampai meminta Dava menemani dirinya sampai tertidur.

"Ehek...... iya cuma pengen aku bang kemaren baru setengahnya." Rajuk Nada sampai lupa tingkahnya tengah di toton secara Live oleh Thian.

"Ekhemm." deheman Thian mampu mengalihkan perhatian kakak beradik yang tengah sibuk adu argumen itu.

"Sorry Yan."

"Dah lah males abang pelit,Bye....Oh iya kak Thian masuk jangan kaya tamu tak di inginkan." Nada hendak berjalan masuk kedalam rumah namun dengan cepat pergelanganya di cekal Dava.

"bikinin minum buat Thian...Mau mampir dia." titah Dava,membuat Thian terkejut kapan dirinya bilang ingin mampir.

"Asiyappp."

"Kok gitu bang?"

"Lo gak pernah sempet kan main ke rumah gue dari dulu,sekarang mumpung lo udah di sini mampir aja sekalian bantuin gue angkatin barang."

"di manfaatin nih gue." ucap Thian dalam hatinya.

****
Dava dan Thian menghempaskan tubuhnya di sofa abu-abu ruang keluarga,mereka ber tiga...Ya bertiga Dava,Thian dan Henderi baru saja selesai menata barang-barang,"Maaf ngerepotin nak." ungkap Henderi terlihat kasihan.

"Ga papa om." Thian tersenyum ramah.

"Makasih banyak ya emmm...... Siapa namanya. " Henderi berpikir keras mengingat nama pemuda di sampingnya.

"Thian om. " 

"Oh....iya nak Thian makasih banyak. "

"ARGHHHHH PEDESSSS." Nada berteriak tak karuan membuat Dava langsung bangkit mengecek apa yang terjadi,Sampai di dapur Dava melirik Nada yang tengah memotong bawang merah sambil menangis.

"Kenapa?" Henderi bahkan sampai berlari dari lantai atas menuju dapur.

"Ga kuat kamera mana kamera?" ucap Nada mengikuti gaya tak kuat pada program tayangan uji nyali.

Lia mengambil alih membiarkan Nada membasuh tanganya,tapi putrinya itu memang sedikit riweh,padahal washtafel ada di sampingnya gadis itu malah berlari menuju ke atas mungkin menuju kamar mandi atas.

"Di suruh Motong bawang malah nangis,masak mie goreng pake kuah,masak nasi malah jadi bubur." Lia mengeleng gelengkan kepalanya.



.
"Thian pamit tante...om." Thian menyalami Lia dan Henderi bergantian,jam sudah menunjjukan pukul 8 malam ternyata, mereka tak sadar karena dari tadi Thian dan Dava mabar sampai lupa waktu.

"Hati-hati nak."ucap Henderi.

Thian tersenyum dan semakin lebar saat melihat Nada yang tengah menuruni tangga,"Mau pulang kak?"

"Iya...." ucap Thian sambil tersenyum.

"Entah gue kudu seneng atau sedih liat lo gini ke gue Nad." Batin Thian kian merasa bersalah.

"Kapan-kapan main ke sini lagi. "

"Kalem bang..... Besok main juga ke rumah."

Sementara itu Nada tersenyum melihat Thian dalam hatinya Nada sedikit malu mengingat bagaimana dulu dirinya mengejar-ngejar Thian.



************************************

Terimakasih sudah membaca🤗

N UNTUK NADATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang