Happy reading
.
.
.
.Nada terkejut lantaran yang Ia lihat adalah Cindy dan Nathan berdiri berdampingan,mana Nathan semakin keliatan tampan ketika memakai pakaian santainya,bermodalkan kaos hitam dan training sederhana saja Nathan sudah keliatan tampan.
"Lah Nada....kok barengan sama Kak Thian?" Tanya Cindy melirik Nada yang masih nangkring di sepeda motor milik Thian.
"Eumm....ohh iya g...gue abis jalan sama bang Dava...tapi bang Dava ada urusan....gitu....iya gitu hehe. " Gagap Nada lantaran melirik ke arah Nathan.
"pliss Nathan jangan sampe mikir gue pacarnya Kak Thian pliss." batin Nada seakan Nathan peduli saja,padahal entah Nathan peduli atau tidak. Pd sekali anda :v
Nathan memutar bola matanya "Kan nih bocah malah jelalatan,"pemuda itu mengandeng tangan Cindy,"Udah di tunggu martabaknya." Ucap Nathan membuat Cindy menganggukan kepalanya.
Sebenarnya Nathan tadinya tengah di tugasi oleh Hanah untuk membeli martabak manis depan gang yang biasanya Nathan beli kebetulan Cindy nonggol jadilah Nathan dan Cindy berangkat bersama.
"Apa cindy pacarnya Nathan? " pertanyaan itu muncul di benaknya.
"Nad jadi gimana? " setelah kepergian Nathan dan Cindy,Thian mengajukan sebuah pertanyaan.
"Gimana ka? " Nada blank melihat Nathan pergi dengan Cindy mana sambil di gandengan tanganya.
Ingin rasanya Nada berteriak melepaskan unek-uneknya,jika gadis itu merasa sangat kesal dan jengkel tapi apa boleh buat ini di jalanan dan tidak mungkin Nada tiba-tiba berteriak yang ada Thian jantungan.
"Eumm... Kayaknya lo kecapean mending kita balik aja. " Usul Thian di angguki oleh Nada.
Mood Nada berantakan melihat Nathan bersama Cindy tadi seakan semangatnya kabur entah kemana, "Alamat cinta bertepuk sebelah tangan lagi kan gue. " Lirih Nada memandang ke arah rumah di sebrang jalan.
"Pantesan Nathan tadi tanya ini beneran arah rumah gue bukan ternyata sekomplek sama pacarnya dia. " kesal Nada mengingat hal itu.
Nada bergulang-guling di kasurnya dalam kepalanya hanya berisikan sebuah pertanyaan apakah Cindy adalah pacar Nathan sedari tadi,"Tapi tadi Kak Thian bilang apa....kenapa gue lupanya akut banget si. " Nada memukul kepalanya.
******
Dava berdiri menatap gadis yang kini rambutnya berubah menjadi berwarna abu-abu terang,"Lo enggak ngerasa bersalah secuilpun? "
"Gue emang enggak salah kan Dav? " Dava membola saat gadis di depannya malah balik bertanya.
"Lo emang enggak tahu malu Din. " Dava meninggalkan Dinda yang berdiri di pinggir jalan sambil menatap kepergian Dava.
"Dava tunggu!! "Dinda berlari memeluk Dava dari belakang membuat Dava tersentak.
"Lepasin gue!!"Titah Dava pada Dinda yang memeluknya semakin erat.
"Gue enggak bisa gini terus Dav. " Ucapan Dinda membuat Dava makin emosi di buatnya.
Dava menarik nafasnya dalam, "Apa yang lo tabur bakal lo tuai di kemudian hari!" Dava berjalan meninggalkan Dinda yang menatap sendu pada Punggung yang kian menjauh.
"Gue emang salah... Tapi apa enggak ada harapan buat gue lagi. " tak terasa air mata luruh dengan tanpa seizinya.
Dava melajukan sepeda motornya dengan kecepatan Sedang. "Gue bener-bener enggak habis pikir. "
KAMU SEDANG MEMBACA
N UNTUK NADA
Teen Fiction"Ya Tuhan tolong turunkanlah seleranya......jadikan hamba jodohnya.Amin" doa nada yang terdengar cukup memaksakan sedangkan Fanya hanya menggelengkan kepalanya tak tau lagi harus bagaimana menghadapi Nada yang tengah dalam mode bucin. Note: Menuangk...