vii. menanam dan menuai

16 5 0
                                    

aku sudah merebahkan badan dengan laki-laki yang masih duduk di sampingku. dia sedang memeriksa gawai sebelum beranjak tidur.

aku menguap beberapa kali, melihatnya dengan seksama. rambut itu, rambut yang mambuatku jatuh cinta berkali-kali. berkilau, indah. aku heran kenapa bisa laki-laki memiliki rambut sebagus itu?

dia meregangkan tubuh dan mendapatiku sedang tersenyum sembari melihatnya.

"kamu kenapa selalu melihatku seperti itu?" tanyanya.

aku tertawa. "kamu cantik."

dia terkekeh. "kamu lebih cantik,"

ya, dia memang seperti itu. laki-laki yang tidak pernah mau dipuji. laki-laki yang paling tahu cara menghadapiku.

"masih lama ya main hpnya?"

dia menoleh. "sudah selesai. kenapa?"

"tidak apa-apa, hanya saja aku bingung. kenapa ya orang-orang itu sangat percaya jika karma itu ada?"

dia menaruh gawai di meja dan naik ke tempat tidur. "kamu tidak percaya?"

"tidak, sampai sekarang orang-orang yang pernah menyakitiku masih bahagia dengan dunia mereka."

"seperti itu?" ucapnya lembut. "kamu tahu apa itu karma?"

aku menggeleng. karena sejauh yang kutahu, karma adalah balasan tuhan.

dia tersenyum. "terus apa kamu tahu hukum menanam dan menuai?"

"maksudnya?"

"apa yang kamu tanam, suatu hari pasti akan kamu tuai. sederhananya jika kamu menanam yang buruk-buruk pasti akan menuai yang buruk-buruk juga. aku pikir itu adalah karma." dia diam sejenak melihatku yang kebingungan. "intinya, karma itu tidak datang dengan cepat, dia datang tapi tidak tahu kapan."

aku paham sekarang.

🌕

bumiayu, 2021
(t.a)

sebelum malam jatuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang