Arin baru saja sampai sekolah tepatnya jam 6:45, saat itu sekolah sudah ramai begitu pula kelas Arin, sekarang Shinta duduk sebangku dengannya, Shinta tersenyum sumringah saat melihat Arin ada di depan pintu.
“ Arin... kok tumben lama banget datengnya?, sebentar lagi bel loh..”, Shinta menarik lengan Arin menyuruhnya duduk.
“ tadi malem bikin tugas, pas bangun udah jam 6, jadinya nyampe jam segini deh”, Arin tersenyum.
Arin menaruh buku-buku di dalam laci mejanya, tiba-tiba tangan Arin tak sengaja menyenggol sesuatu.
“Apa ini?”, gumam Arin sambil menariknya.
Arin terkejut saat melihatnya, ternyata sebuah surat!.
Surat itu berwarna merah muda, warna kesukaan Arin, di belakang surat itu ada stiker bergambar bunga mawar merah, bunga kesukaan Arin. Ia membolak-balik surat itu, tetapi tidak ada nama siapapun di sana, Arin memastikan tidak ada yang melihat surat itu kecuali dirinya.
Arin membuka perlahan surat itu, lalu menariknya pelan, matanya terbelalak saat melihat nama yang tertera di atas surat itu.
“Marsyarin Pramesti!, itu nama ku!”.
Arin membaca dan meresapi kata-kata itu.
For my rose...
Mengenal mu hanya cukup satu waktu...
Bertemu dengan mu hanya cukup satu waktu...
Dekat dengan mu hanya cukup satu waktu...
Tetapi aku menyukaimu setiap hari, bahkan setiap detiknya, tidak cukup hanya satu waktu...
Aku harap kamu akan mengerti, mengapa aku ingin bersama mu hanya satu hari dalam seminggu, karena kamu adalah orang special yang ada di hati ku.
Jika memandang mu saja membuat tubuh ku bergetar, apa daya ku jika berbicara setiap harinya dengan mu.. mungkin aku tidak bisa bernafas..
Diri mu bagaikan bunga mawar merah..
Terlihat berduri, tetapi lembut di setiap kelopaknya..
Seperti tidak berbau, tetapi harum jika di dekati...
Aku ingin menjadi air, agar dapat menyejukkan, mendamaikan, melindungi mu dari sinar matahari yang menyengat, juga memberi mu rasa nyaman..
Bolehkah aku menjadi air itu?, Marsyarin?
Aku harap tidak mengganggu mu dengan surat ini..
Aku hanya ingin kamu mengetahui sesuatu, sesuatu yang ada di dalam hati ku, yaitu kamu.
Always love you..
From some one.
Begitulah isi surat tersebut, kini pipi Arin merah, semerah tomat, cairan bening menggenang sesaat di kelopak matanya, belum pernah ada yang berkata seperti itu pada Arin.
“ makasih.. siapapun kamu.. thaks for love me..thanks..”, Arin bergumam dengan bibir bergetar.
“ woy rin.. Pak Ahmad udah jalan ke arah sini.. lo ngapain ngeliatin bawah meja?”, Shinta celingak-celinguk melihat bawah meja Arin, buru-buru Arin meletakkan surat itu kedalam tasnya.
“ gak ada apa-apa kok Shin..”, Arin berusaha menampakkan senyumnya yang ceria.
Sepanjang pelajaran, Arin hanya memikirkan surat itu, kata-kata yang ia baca, masih terngiang-ngiang di fikirannya. Sesekali ia tersenyum.
Siapa ya.. yang suka sama aku?, kaya secret admirer aja.. jadi penasaran siapa orangnya, di rumah mau baca lagi ah..
---------------------------------------
weee... saya up date...
ini semua berkat Amandha Ramadhini nyuruh gue cepet-cepet update.. padahal niatnya besok..
Thks.. Manda..
; )
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Waktu [End]
Teen FictionHighest ranks : 🏅8 #juststory satu waktu bersamamu aku merasa nyaman. Di tempat ini kita bertemu, menyapa, dan saling mengenal. meskipun satu sekolah dengannya aku belum pernah mengenalnya apalagi menyapanya. Hanya satu waktu kita saling dekat.