"Arinnnn....", teriak seseorang.
Arin menyipitkan matanya, ingin melihat dengan jelas siapa yang memanggilnya. Arin tersenyum melihat Shinta yang berlari ke arahnya.
"Rin.. lo tau Keno kan?, yang anak basket itu.., oh iya gue lupa, waktu itu kan dia ke kelas kita kita, cuman buat ngomong sama lo", Shinta berbicara sambil mengatur nafasnya.
"Iya, terus kenapa?", tanya Arin bingung.
"Dia kecelakaan Rin..., sekarang lagi ada di RS. Bunda pertiwi".
Deg.
Seketika Arin membeku, perasaannya jadi tidak karuan. Khawatir!, yap.. perasaan itu yang berkecamuk dalam hati dan fikirannya.
"Apa Keno baik-baik saja?, bagaimana keadaannya sekarang?, parah kah kecelakaannya?", pertanyaan itu terus berulang-ulang dalam fikirannya.
"Woy Rin???, kita jengukin yuk", Shinta membuarkan pikiran Arin.
"Eh iya.. kapan?".
"Sekarang, kalo mau ikut, ayo... yang lain udah ada di parkiran", kini Shinta menarik Arin ke parkiran. Arin hanya menurut saja, di sepanjang perjalanan pun ia hanya terdiam, entah apa yang di fikirkannya.
* * *
Udara sejuk berhamburan ke luar, saat pintu Rumah sakit terbuka, bau obat sangat jelas tercium oleh Arin.
Arin dan teman-temannya menuju lantai 4, tempat Keno di rawat.
Mereka bergiliran masuk ke kamar Keno, kini tiba saatnya Arin dan Shinta yang masuk. Arin tampak gugup, semua memandangnya.
"Permisi...", Shinta menggandeng tangan Arin, dan masuk ke kamar Keno.
"Ken.. lo gak kenapa-kenap kan?", tanya Shinta sambil menatap Keno dari atas sampai bawah.
"Kayak gini masih gak apa-apa?", Keno menunjuk mukanya yang memar dan tangannya yang di perban. Shinta terkekeh sambil menunjukkan sederet giginya.
"Ada yang khawatir banget kayaknya dari tadi, bengong mulu... kayak mikirin orang gitu..", Shinta melirik Arin yang berada di sebelahnya, Keno hanya tersenyum kecil.
"E.. eng.. enggak.. apaan sih.. dari tadi aku ngantuk mangkanya bengong, liat kan ngantuk", Arin mulai salah tingkah, sebisa mungkin ia menyangkalnya, ia pura-pura menguap di depan Shinta dan Keno, agar mereka percaya kalau dirinya hanya mengantuk.
"Alah.. ngeles aja kayak bajay..", Shinta terkekeh. Bukan Shinta namanya, kalau tidak membuat orang salah tingkah.
"Aduh.. lupa lagi.. jemuran belom di angkat nih.., gue duluan ya.. Ken.. nitip Arin", Shinta mengedipkan sebelah matanya pada Arin, lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Arin hanya melongo melihatnya.
"Shinta apaan sih.. kok dia kayak mak comblang, bohongnya ketahuan banget lagi.. pake ngangkat jemuran segala, haduh... Shinta konyol deh..", kira-kira begitulah isi pikiran Arin.
Keno tertawa, bahkan sampai menitikkan air mata. Arin tambah bingung melihatnya.
"Kenapa Keno tiba-tiba ketawa?".
" ya.. ampun.. lucu banget sih temen lo, bhahahaha..., angkat jemuran ya?, bhahaha...", Keno masih tertawa. Arin hanya tersenyum malu karena temannya itu.
Keno tak sengaja menjatuhkan tas nya, dan ada sesuatu yang keluar dari sana, beberapa lembar kertas berwarna pink dan amplop bertebaran di lantai.
Refleks Arin membereskannya dan meletakkannya ke dalam tas Keno, seketika terlintas di benaknya, saat ia mendapatkan surat merah muda, dengan stiker bunga mawar merah yang di sukainya."Ken... ini sama kayak.. punya gue deh.., ini punya lo??", tanya Arin yang nampak kebingungan.
Blush...
Wajah Keno memerah, ia menutup wajahnya dengan lengan kanannya, takut Arin melihat betapa merah muka Keno saat itu.
"Ken??", Arin masih belum bisa membaca keadaan saat itu, ia malah tambah bingung.
Mengapa wajah Keno memerah?
--------------------------
Yuhuu up date lagi saya..
Maap yak kalo dari awal suka banyak yg salah ngetik.Hehe.. semoga suka yak..
:3
KAMU SEDANG MEMBACA
Satu Waktu [End]
Teen FictionHighest ranks : 🏅8 #juststory satu waktu bersamamu aku merasa nyaman. Di tempat ini kita bertemu, menyapa, dan saling mengenal. meskipun satu sekolah dengannya aku belum pernah mengenalnya apalagi menyapanya. Hanya satu waktu kita saling dekat.