Bab 12

1.6K 126 9
                                    

IYuta melangkah ragu memasuki rumah kelurga Lee dengan eomonim yang masih setia disampingnya. Sedangkan saat ia melirik kebelakang, ia bisa melihat Taeyong yang tersenyum geli. Ia menarik nafasnya dalam-salam saat melihat abeonim tengah duduk tenang di meja makan, lengkap dengan secangkir – entah apa itu – yang masih mengeluarkan uap panas. Namja paruh baya itu tersenyum dan berdiri, memberikan sebuah pelukan singkat pada Yuta.

"selamat datang di rumah kami, Yuta. Semoga kau bisa merasa nyaman, anggap saja rumah sendiri." Ucapnya dengan suara ramah namun dalam, khas seorang ayah. Entah kenapa, hanya kalimat sederhana itu membuat matanya memanas.

Ia tersenyum tipis dan menunduk, "Gomawoyo, abeonim."

"Jja, ayo duduk. Kita sarapan dulu." Eomonim berucap semangat sembari mendorong pelan punggung Yuta. Namja cantik itu hanya menurut dan duduk didepan ibu Taeyong yang sudah lebih dulu duduk disamping ayah Taeyong. lalu yang terakhir Taeyong yang duduk disamping Yuta.

"eomonim sudah memasak ini semua untukmu, Yuta ah. Makanlah yang banyak untuk cucu eomonim juga."

Kalimat itu benar-benar membuat hati Yuta menghangat, dan bukannya tersenyum menyambut keramahan hati eomonim, ia justru menangis. Air mata yag sejak awal sudah ia tahan akhirnya jatuh juga. Semua perlakuan ini begitu banyak untuk diterima oleh hatinya yang lelah, ini seakan ia diberikan hadiah yang sungguh tak ternilai harganya.

"Astaga, Yuta. Kau baik-baik saja?" Taeyong berucap panik dan dengan cepat memeluk bahu Yuta, ia membiarkan bahunya basah oleh air mata Yuta. Eomma dan appa Taeyong hanya diam, memberikan sebuah pandangan penuh pengertian pada Yuta yang kini masih tersedu di pelukan Taeyong.

Setelah hampir 5 menit menangis, Yuta akhirnya melepaskan diri dari pelukan Taeyong, ia menatap kedua orang Taeyong masih dengan tangan yang menggenggam erat-erat lengan Taeyong, "maafkan aku eomonim, abeonim. Aku tidak bermaksud apapun, tapi tiba-tiba aku merasa sangat sesak, kebaikan hati eomonim dan abeonim sungguh membuat hatiku terasa penuh. Jeongmal gomawoyo."

Eomeonim memutari meja makan untuk ikut memeluk Yuta, hingga kini namja cantik itu berganti memeluk eomonim.

"Gomawoyo, eomonim. Jeongmal gomawoyo." Ucapnya lirih ditengah isakannya yang belum berhenti. Ia menenggelamkan wajahnya di perut yeoja paruh baya itu, menikmati bagaimana hangatnya pelukan seorang ibu.

Taeyong mengulum senyumnya, bersyukur bagaimana eommanya bisa menerima Yuta dengan tangan terbuka. Ia juga bisa melihat bahwa ayahnya ikut tersenyum, menikmati momen hangat didepannya itu.

"sudah Yuta, ayo kita makan dulu. Aku harus kembali sore nanti. Dan aku tidak ingin menghabiskan hari ini dengan melihatmu menangis dipelukan eomma." Taeyong tiba-tiba menyela, membuat suara isakan Yuta otomatis terhenti.

Eomonim menatap tajam Taeyong dan tanpa peringatan memukul kepalanya, "dasar! Seharusnya kau menenangkannya, bukan malah seperti itu!"

"Tapikan memang benar, eomma~ aku harus kembali sore nanti. Kalau tidak aku bisa dibunuh oleh yang lain." rengek Taeyong. ia berganti menatap appanya, meminta dukugan.

Namja paruh baya itu berdehem pelan, "iya, ayo kita sarapan. Yuta ah, lebih baik kau cuci muka dulu. Taeyong sana temani."

Dalam diam, Yuta melepas pelukannya lalu mengangguk patuh dan menerima uluran tangan Taeyong yang setengah menyeretnya menuju kamar mandi yang berada di balik dapur. Tak jauh dari ruang makan tempat mereka duduk.

.

.

.

Taeyong diam, ia membiarkan Yuta mencuci wajahnya di wastafel dengan dirinya yang berdiri nyaman bersandar di muka pintu. Ia menatap pantulan wajah Yuta yang dipenuhi air, bekasnya mencuci muka. Keduanya bertatap mata, melalui pantulan di cermin, dan Taeyong tidak bisa menahan senyumnya hadir.

Let Me Know - Remake Taeyong - Yuta VersionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang