[6] 𝐜𝐚𝐫𝐛𝐨𝐧

512 40 2
                                    

i'm back guyss, how are youuuu. happy new year for all of you! jangan lupa vote comment shay.
happy reading <3

***

Aku menyapa langit berbintang malam itu. Dari dalam jaket kehangatan masih menyerbak.

Setelah sekian menit Ali menyusulku mendekati pagar pembatas. Dia mengenakan topi yang aku belikan.

"Darimana kamu tahu tempat ini, Ali?"

Aku mengabdikan satu foto pemandangan gemerlap malam kota ini di ponselku. Lumahan, simpanan untuk hari-hari menyebalkan.

Ali mengaitkan tangannya pada besi. "Dari teman-teman basketku. Kamu suka, Ra?"

"Ya. Disini indah, Ali. Terima kasih sudah mengajakku." Aku tersenyum padanya. Kali ini percakapan kami terarah dan tanpa urat.

Ali membalas dengan senyum tulus, senyum sungguhan yang belum pernah aku lihat. Aku harap bukan karena dia tersengat lebah.

"Ya, sama-sama."

Keramah-tamahannya harus ku manfaatkan segera. "Kapan-kapan bisa tidak kita mengajak Seli?"

"Ya, tentu saja. Kita bisa kesini lagi dengan Seli nanti."

Aku mengangguk, Seli harus menyaksikan pemandangan menakjubkan ini.

Aku meluruskan tanganku meraih pagar besi yang sejajar dengan pinggangku, tapi tanganku malah bertumpuk diatas tangan Ali.

Aku mengerjap, langsung buru-buru memindahkan posisi tanganku, tapi tangan kanan Ali segera menumpuknya lagi.

"Sebentar saja, Ra." Ali tidak menatap mataku. Otakku lemot, tidak mengerti apa maksudnya.

Tapi tangan kami jadinya bertumpuk dengan tanganku yang berada dibawah telapak tangan Ali seperti injit-injit semut tanpa cubitan. Tangan Ali hangat.

Aku tidak punya alasan masuk akal lagi untuk menolak, jadi kubiarkan kami seperti ini untuk beberapa saat.

Aku, Ali dan kilauan kota di malam hari.

***

Di perjalanan pulang, aku menurunkan seluruh kaca mobil. Mendongakkan kepalaku sedikit keluar, menghirup udara malam. Tidak ada polisi yang mengejar, karena kami bukan joker dan harley quinn.

Pukul setengah sembilan malam jalanan sudah tidak terlalu ramai, jadi jarang mobil. Rambutku tertiup angin menutupi separuh wajah. Ali mengendarai mobil dengan kecepatan sedang.

Aku teringat sesuatu, "Ali bisakah kita berhenti di supermarket?"

"Supermarket? Oke."

Ali lalu memarkirkan mobil setelah menemukan supermarket berwarna biru kuning merah dijalan yang kami lewati.

Aku mengacir keluar mobil, mendorong gagang bertuliskan push dan mencari bilik tempat barang rahasiaku berada. Setelah menemukan yang biasa aku pakai, aku langsung membayarnya.

"Apa anda ingin memakai kantong plastik, mbak? Kami akan mengenakan biaya 200 perak." Tepat ketika mbak-mbak kasir menanyainya, Ali muncul dari pintu dengan topinya.

"Ya. Ya. Mau. Mau, mbak. Cepat." Ali menatap kearahku, aku segera merampas kantong plastik ditangan kasir itu.

Semoga ia tidak sempat melihat apa yang aku beli. Aku memeluk kantung plastik beserta benda kapas didalamnya.

FRIENDS  •  [ff Raib Seli Ali]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang