[3] 𝐥𝐢𝐭𝐡𝐢𝐮𝐦

601 42 8
                                    

"Kenapa kamu mengajakku kesini?" Aku melirik Ali yang berdiri disampingku.

Dia menatap balik dengan tampang tidak berdosa. "Memangnya apa lagi yang orang lakukan disini? Ya belanja, Raib."

"Memangnya kamu mau membeli apa?"

"Kamu banyak bertanya, Ra. Sudah masuk saja dulu. Ayo." Ali mulai melangkah ke pintu otomatis gedung bertingkat didepan.

Serius saja. Apa yang akan si biang kerok itu lakukan di Department store? Dia benar-benar mau shopping? Apakah Ali sudah mulai berpindah haluan jadi Ibu peri?

"Ali, jika kamu kesini untuk meledakkan sesuatu atau melakukan percobaan anehmu, lebih baik memberitahuku terlebih dulu."

"Aku seriusan mau belanja, Ra. Hal yang normal, kan?"

Aku menghela napas. Sebaiknya memang begitu.

Setelah melangkah masuk, hanya baju-baju yang kulihat sepanjang mata memandang (kalo tiba-tiba ada monyet kan kaget).

Mama juga sering mengajakku kesini, membeli baju musim panas, baju santai, ataupun baju yang sedang booming.

"Kamu mau membeli apa, Ali?" Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh ruangan.

"Pakaian dalam." Ali menjawab santai. Ya, lebih santai daripada menyebutkan nama Tamus di ruangan Miss Selena waktu itu. Wajahku otomatis memerah lagi. Sepertinya Ali semalam salah minum racun.

"Yang benar saja kamu mengajakku, Ali!"

"Lalu aku akan mengajak siapa lagi? Pembantu rumahku? Itu tidak masuk akal. Penjaga gerbang rumahku? Apalagi. Hanya kamu yang terisa, Ra. Setidaknya kamu tidak akan bercerita ke anak-anak di kelas."

Ya jelas aku tidak akan bercerita! Siapa juga yang mau mengumumkan dikelas warna pakaian dalam si berantakan itu, aku tahu dia populer, tapi tidak gitu juga kali!

Baiklah, hanya kali ini. Aku melangkah bersama Ali ke section pria, didekat situ seorang pramuniaga pria berseragam menanyakan apakah ada yang bisa dibantu.

Ali menyebutkan apa yang dia cari, lalu pramuniaga itu menyuruh kami mengikutinya.

Tadinya aku masih mematung, tidak ingin ikut ke section yang Ali maksud. Tapi Ali menarik tanganku, menyuruhku ikut juga. Sabar, Ra. Sabar. Hitung-hitung permintaan maaf atas tragedi tadi.

Ali mencari-cari bentuk dan model yang dia suka. Aku menunggu berdiri agak jauh darinya, membuang muka ke arah lain selain barang-barang yang tergantung disampingku. Gerah sekali disini.

"Raib." Ali memanggilku sembari mendekat.

"Hm?"

"Bagusan yang mana?" Ali menyodorkan benda itu didepan wajahku.

Biangkerok gila. Aku langsung melangkah menjauh dari Ali.

"Kau pilih saja sendiri, Ali. Kau kan yang tahu seleramu!" Aku semakin menjauh, menghalangi mataku dengan sebelah tangan.

"Ayolah, Ra. Bantu pilih agar cepat." Dia mengejar sambil masih menggotong dua barang itu ke arahku.

"Tidak tahu, Ali! Kamu beli saja dua-dua nya!"

FRIENDS  •  [ff Raib Seli Ali]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang