[2] 𝐡𝐞𝐥𝐢𝐮𝐦

671 42 2
                                    

Bel pulang sekolah berdering. Akhirnya.

Aku menghela napas, hari ini hari yang panjang. Aku lupa. Seharunya tadi pagi aku piket jadi sekarang aku bisa langsung pulang.

Hasilnya, aku sendiri di kelas. Membabu, nyapu dan merapihkan meja, teman-teman yang piket bersamaku hari ini sudah mengerjakan bagian tugasnya. Beberapa kali aku menemukan pulpen dibawah kolong meja.

Awalnya satu, dua. Lama kelamaan ternyata ada enam. Orang-orang seperti ini menaruh pulpen miliknya sembarangan, tapi besok jika dia menemukan pulpennya dalam genggaman orang lain pasti akan mengamuk.

Yasudah, daripada menganggur. Aku betak saja pulpen-pulpen itu.

Seli sudah pulang sedari tadi, buru-buru, katanya giginya sakit. Ia ingin cepat pulang dan minum obat. Karena benar saja, mau melakukan apapun rasanya tidak enak kalau lagi sakit gigi.

Sedangkan Ali, dia sedang kumpul dengan tim basketnya di lapangan indoor. Paling pengumuman pertandingan selanjutnya, aku tidak tahu, aku juga tidak bertanya. Beberapa kakak kelas 12 tadi ke kelasku memanggilnya.

Si biang kerok itu menggunakan cara curang untuk bersinar di timnya. Kebohongannya sudah terbongkar diantara kami.

Pintu kelas tiba tiba terbanting. Astaga dragon.

Aku terkejut, Ali muncul dari balik pintu. Pakaiannya kusut, rambutnya (selalu) berantakan, dan menatapku.

Loh. Ternyata dia belum pulang toh.

"Kenapa belum pulang, Ali?" Aku balik menatapnya yang masih ada diambang pintu.

"Menunggumu." Ia duduk diatas salah satu meja.

Oh. Eh. Haruskah aku tersanjung? Seorang murid populer (aku terpaksa menyebutkannya) menungguku pulang?

"Tidak usah, Ali. Kamu bisa pulang lebih dulu."

"Tidak. Aku ingin mengajakmu ke suatu tempat. Kamu mau menemaniku, kan?" Dia menatapku, nyengir kecil sambil mengangkat sebelah alisnya. Firasatku tidak enak.

"Kemana?" Kalau aku tidak salah dengar, sepertinya tadi pagi saat aku ingin berangkat sekolah Mama bilang mau pergi belanja. Jadi mungkin saja aku dibolehkan pergi karena dirumah kosong.

"Rahasia. Sudah selesaikan saja nyapunya. Atau mau aku bantu?"

Yang benar saja. Si biangkerok itu tidak tahu diri apa bagaimana. Dia juga piket hari ini!

"Tidak, tidak usah. Sebentar lagi selesai."

Kelas hening lagi. Lorong kelas sepi, murid-murid sudah melangkahkan kaki keluar sekolah, kemanapun asal tidak di sekolah lagi.

Semburat senja memasuki ruang kelas dari jendela dengan kaca besar disebelah kiriku.

Aku sibuk dengan pikiranku dan menyapu. Atau tidak, aku sibuk memikirkan apa yang sedang dipikirkan Ali. Karena sedari tadi dia menatapku!

Aku jadi salah tingkah dibuatnya, beberapa kali aku malah tak sengaja menyapu kakiku sendiri.

"Jangan melihatku." Suaraku ketus. Aku berusaha demi alien di langit, bingung cara mengabaikan tatapan Ali yang.. begitulah.

"Kamu menyapu atau melukis, sih? Lama sekali."

Hah. Bilang saja dia malu karena ketahuan telak sedang memperhatikanku.

Saat aku sedang fokus melihat ke lantai yang kinclong, aku melihat kaki lain dengan sepatu converse hitam putih didekat sapuku.

"Sini, aku saja." Ali merebut sapu ditanganku.

FRIENDS  •  [ff Raib Seli Ali]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang