[9] 𝐟𝐥𝐮𝐨𝐫𝐢𝐧𝐞

514 33 14
                                    

Heyyoowww. Ya ampun rasanya udah lama banget gak update. Maafkan author yang sibux dengan dunia nyata kawanzz. Semoga enjoy dengan chapter kali ini xixixix. Happy reading!!

(p.s. sebenernya aku suka loh kalo kalian spam comments hihi)

***

Aku menghindari Ali setelah insiden yang terjadi di toilet. Saat dia mulai mendekat, aku menjauh. Kemungkinan besar sebabnya karena tidak sanggup mengatasi degup jantungku sendiri. Aku tidak tahu harus bersikap bagaimana.

Pagi ini langit mendung, warnanya kelabu. Kelas sudah berjalan dua pelajaran, yang artinya habis ini adalah waktu istirahat.

Begitu bel berbunyi, aku melihat siluet seorang perempuan dengan tangan yang menenteng makanan.

Ia membelah kerumunan murid yang ingin keluar kelas. Langkahnya lurus menuju meja dipojok. Ali.

"Selamat pagi, kak Ali. Aku hari ini bawa sarapan untuk kakak." Gadis itu mengeluarkan dua tempat makan berwarna ungu.

Ali duduk dibangku belakang seorang diri. Alodya menarik bangku kosong disebelahnya tanpa permisi.

Ali nampak menulis sesuatu dibukunya. Hanya pura-pura karena aku tahu dia tidak pernah menulis catatan pelajaran apapun.

"Kak, Ali. Ayo dimakan." Alodya membukakan tempat makanan Ali seraya menyentuh lengannya.

Begitu tatapan aku dan Ali beradu, aku langsung membuang muka. Lalu menarik Seli menuju kantin. "Ayo, Sel."

Ditengah perjalanan Seli meringis. "Ra.. Sakit." Tunjuk Seli pada pergelangan tangannya.

"Ah, maaf." Aku pasti dengan tidak sadar menarik tangan Seli terlalu esmosi.

Setelah sampai dikantin, kami memilih bangku untuk makan. Seli dan aku memesan nasi goreng.

Jantungku berdebar kesal. Tidak boleh marah. Raib anak sabar. Tapi pemandangan itu sangat menjengkelkan. Kalau kalian jadi aku kalian akan melakukan apa? Ali sendiri yang mendekati Alodya. Mana pakai acara mengaku kalau itu bohongan. Aku kan jadi.....

Aaakkh. Rasanya aku mau mencemplungkan wajah saja ke air kobokan.

"Kamu kenapa, Ra? Kelihatannya lagi kesal."

Seli tahu aku, dia pasti melihat raut mukaku yang sudah berbentuk origami. "Tidak apa-apa, Sel. Aku cuma lapar." Lalu aku tersenyum palsu.

Pesanan kami datang. Aromanya menusuk ke indra penciumanku, untuk sementara waktu menggeser kekesalan. Tapi tidak sampai disitu tentu saja. Setelah beberapa suap, tokoh figuran yang tidak aku suka muncul di pintu kantin.

Dia menggandeng lengan Ali, sedangkan Ali menaruh tangannya ke dalam saku. Kalau saja aku tega, aku bisa melontarkan Alodya ke ujung koridor dengan pukulan berdentum, tapi kalau sampai viral nanti dia malah jadi makin hits. Jadi aku play it cool saja dengan fokus makan dan menyetting kepalaku untuk tetap menatap piring bercap ayam yang pasaran di kalangan tukang nasi goreng.

Kedua manusia itu muncul di sebelah meja kami, Ali mengambil posisi di sebelahku, sedangkan Alodya tadinya mau membuntuti Ali, tapi tidak jadi karena tidak muat. Dia duduk di sebelah Seli, berhadapan dengan Ali.

FRIENDS  •  [ff Raib Seli Ali]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang