«Happy Reading»
"Bagaimana pun, sulit menyayangi orang lain. Kalau kau masih membenci dirimu sendiri."
▫️▫️▫️
Setelah keluar dari Gedung apartemen Suga, lalu gadis itu pergi ke arah gang sempit yang sepi sembari memakai jaket kulit hitam miliknya. Sebelum dia pulang dan di sambut Singa yang marah untuk melukai tubuhnya, lebih baik, dia bersantai dulu. Memang sangat lelah hidup keras di keras di bawah ayahnya, tanpa ada kasih sayang dari siapa pun. Semua orang tak mempedulikannya sama sekali. Padahal di masa pertumbuhan remajanya sangat penting sekali perhatian dari orang tua nya.
Meski begitu, dia tak pernah menemukan sosok seorang ibu di kehidupannya ini, dia hanya mendapatkan kebencian dari kakaknya dan juga Ayahnya. Hanya karena ketika dirinya lahir kedunia ini, ibunya tiada, menggantikan nyawanya untuk dirinya agar tetap hidup, dan gadis itu tak memintanya itu terjadi. Dan kakak laki-lakinya itu amat begitu membencinya karenanya. Mereka menyebutku sebagai seorang pembunuh, iya mereka selalu menyebutnya begitu.
Dan berakhirlah dia menjadi seorang gadis berandal yang tak bisa di atur dan menjadi pembangkang. Meski dengan kekerasan sekali pun Hyeona tetap mempertahankan keberandalan nya itu, memang keras kepala. Meski dirinya dari keluarga yang berada Hyeona tak pernah di kenalkan apa lagi di perlihatkan ke Media bahwa dirinya anak seorang pembisnis No. 3 se Korea. Dia tahu alasannya, karena dia malu memiliki anak sepertinya.
Dia hanya ingin menjalani kehidupan yang normal seperti orang di luaran sana. Tanpa ada rasa yang amat sangat benci terhadap dirinya yang seperti sampah.
Dirinya berlalu mengambil rokok dan pemantik yang ada di saku jaket miliknya. Entah mengapa gadis itu begitu suka memakainya kemana-mana, sudah hampir 2 tahun dia memakai jaketnya selama ini. Meski itu pemberian dari Ayahnya.
Dia segera menyalakan pemantik dan mengarahkannya pada rokok yang telah di apit mulutnya hingga menyala dan menghisapnya dan dia mengeluarkan asapnya. Dia sudah terbiasa melakukan ini, pertama kali dia melakukannya sejak akhir Sekolah Menengah jika tidak salah dan juga semenjak dirinya selalu di bandingkan dengan kakaknya yang super jenius itu, kata Ayahnya.
Dan juga Hyeona sejak itu mulai di juluki si 'Gadis buruk perangai' tapi Hyeona tak mempedulikannya sama sekali. Hyeona mulai mengeluarkan asap rokoknya lagi. Entah mengapa merokok membuatnya lebih tenang dan sekarang merokok sudah menjadi candu untuknya.
Setelah dia sudah selesai merokok dan membuangnya asal puntung rokok itu, lalu dia langsung pergi menuju rumahnya, yang seperti tempat neraka baginya, dia harus siap-siap jiwa raga dan juga batinnya.
🔸🔸🔸
Kini ia sudah sampai di rumahnya. Melihat ruang tengah yang berantakan dan vas bunga yang pecah. Dan juga, Bibi Lee yang sedang membereskan semua kekacauan ini. Sudah dirinya duga ini akan terjadi lagi.
Tunggu, tapi sekarang jam berapa? Bukankah sekarang Ayahnya sedang bekerja pikir Hyeona sambil melangkahkan kakinya menuju kamarnya, Tapi sebelum dia masuk ke kamarnya tiba-tiba suara bariton sang Ayah terdengar memanggilnya dengan berteriak.
"HYEONA!" Hyeona pun menoleh pada sumber suara itu, dan benar itu Ayahnya yang sedang menghampirinya dengan sorot mata yang tajam dan langsung penampar pipi Hyeona dengan keras.
Plak!
"DARI MANA SAJA KAU JALANG!?" Hyeona tak menjawab, dia hanya memegang pipinya yang perih memerah memanas akibat tamparan Ayahnya yang di bilang cukup keras.
"Apa kau tak ingat waktu Hyeona?! Kenapa baru pulang? Sekalian saja kau tak usah pulang ke sini. Pergi saja dari sini! Kau memang tak berguna!" bentak Ayahnya menjambak rambut Hyeona dengan kasar. Hyeona hanya meringis dalam diam atas perlakuan Ayahnya itu.
Orang lain tidak akan tahu bagaimana rasanya menjadi orang yang tidak berharga. Apapun yang dia lakukan tak ada artinya. Aku merasakan setiap hari.
Tapi kali ini membuat Hyeona mengepalkan tangannya kuat, dia sudah muak dengan makian dan perlakuan yang keluar dari mulut Ayahnya itu. Dengan cepat gadis itu menarik dirinya dari jambakan Ayahnya.
"Kenapa kau masih peduli hah?!" balasnya membentak meluapkan amarahnya selama ini. Gadis itu sudah tak kuat lagi dia lelah hidupnya selalu di perlakukan seperti ini. Ayahnya mendekat ke arah Hyeona. Tangan Ayahnya sudah gatal untuk tak memukulnya sekali saja.
"Kau sudah berani yah," ucapnya menatap remeh gadis itu.
Membuat gadis itu mendengus kasar, "ayo bunuh aku saha! Biarkan aku mati!" sentak Hyeona penuh amarah.
"Kenapa tak biarkan aku mati saja?! Cepat bunuh aku sekarang!" bentaknya hingga urat lehernya terlihat.
Plak!
Tampar Ayahnya lagi cukup keras Hyeona tersenyum miris, "apa Ayah begitu membenciku hah?!" bentaknya muak dengan senyum kecutnya.
"Kau tak berguna! Pembawa sial! Kau membunuh ibu mu!" bentaknya masih tak terima jika istrinya telah tiada selama ini, selama 17 tahun ini. Dan menuduh Hyeona sebagai pembunuh ibunya. Apa yang salah dirinya keluar ke dunia, apakah dia sangat bersalah sampai semua orang begitu membencinya.
Hyeona sangat sakit jika mendengar ini langsung dari Ayahnya. Dia tak tahu apa-apa, dia merasa dirinya tak pantas untuk hidup jika orang lain masih tak terima jika dirinya hidup selama ini, jadi Hyeona berpikir mati adalah satu-satunya Ayahnya bisa tenang.
Jauh dalam diri kita, kita tahu satu hal yang pasti. Masalah diantara orang tua menjadi masalah dalam diri anak-anak.
Ayahnya menyeret Hyeona dengan kasar untuk masuk ke dalam Gudang yang sebelumnya memang tempat ayahnya untuk menyiksa dirinya. Ayahnya mengambil tongkat yang selama ini di pakai untuk memukulnya. Tongkat berukuran 50 cm itu, bisa membuat Hyeona menjerit keras di dalam gudang ini.
Ayahnya tak main-main dalam menyiksa tubuh Hyeona dengan tanpa ampun dan kasihan. Hyeona sering melihat sorot mata Ayahnya ketika menyiksanya penuh kebencian disana. Dia hanya sebagai pelampiasan amarahnya dan kepergian ibunya saja. Dia lelah, letih dan rasanya seperti sudah mati rasa ayahnya memukulnya terus menerus.
Gadis itu lebih suka tidak dirinya tidak ada.
"Bunuh aku saja ayah, biarkan aku mati. Aku tak sanggup lagi, ku mohon Ayah hentikan," pintanya terisak meringis terdengar lemas penahan sakit di punggungnya.
"Diamlah!" bentaknya.
Satu pukulan lagi tepat di punggungnya.
Bugh!
"Akh!" pekiknya. Ayahnya pun melempar tongkat itu asal dan keluar dari gudang ini meninggalkan Hyeona sendiri.
BRUK
Dia menutup pintunya dengan cukup keras. Hyeona terisak kesakitan di pukuli Ayahnya itu. Ini mungkin sudah seberapa puluh kali Ayahnya melakukan ini padanya. Hyeona merasa dia itu bukan Ayahnya selama ini, sejak Hyeona kecil Ayahnya tak pernah memperlakukan Hyeona dengan baik Ayahnya hanya terus bersikap acuh pada Hyeona, atau pun sedikit perhatian pada gadis ini tak pernah sama sekali. Tatapannya selalu sama, penuh kebencian dan tak peduli.
Apa benar dia Ayahnya?
[].
Next<3
KAMU SEDANG MEMBACA
Look At Me || REVISION
Fanfiction[follow dulu sebelum membaca] Berkisahkan seorang gadis berumur 18 tahun yang memiliki kebencian dan keras dalam hidupnya oleh sang ayah dan juga kakaknya. Dia tumbuh tanpa seorang ibu. Dia amat sangat membenci hidupnya itu hingga ia sering kali mel...