PUKUL 0100
KETINGGIAN 35 RIBU KAKI
PERBATASAN UDARA REPUBLIK RUNE-MIDGARD—REPUBLIK ESTHAR
SAMUDRA ESTHAR
Pesawat angkut militer C-17 menjelajah langit sembari sekali-kali meliuk-liuk di udara dengan anggunnya, pesawat tambun bewarna hitam keabu-abuan itu seperti seekor angsa—angsa hitam tepatnya—hewan yang terkenal terbang dengan penuh keanggunan.
Beberapa puluh mil lagi pesawat ini akan sampai di perbatasan udara antara Republik Rune-Midgard dengan Republik Esthar—salahsatu dari negara besar di Benua Estharian yang diduduki oleh Kekaisaran Galbadia lima tahun yang lalu.
Sang pilot dan co-pilotnya terlihat sangat sibuk memantau radar dan peralatan navigasinya dengan harap-harap cemas, takut keberadaan pesawat tambun—yang akan menyusup ke dalam wilayah udara Esthar tanpa pengawalan—terendus radar milik Kekaisaran Galbadia yang memasuki mereka tanpa ijin.
Gawat akibatnya kalau pesawat rahasia itu ketahuan menyelinap ke pekarangan mereka, pesawat ini akan langsung dicegat dan dipaksa mendarat oleh pesawat-pesawat tempur pangkalan udara terdekat, tapi tidak ada pilihan seperti itu untuk misi rahasia ini, hanya ada perintah melawan dan berusaha lari.
Berusaha lari? Bagaimana bisa pesawat selamban ini bisa lari dari kejaran pesawat tempur? Seratus persen mereka akan pulang tinggal nama apabila mencoba lari—dan pihak militer Rune-Midgard pun akan mengumumkan kematian mereka sebagai “meninggal karena kecelakaan udara”.
Yang penting adalah, yang memerintah dan diperintah dalam misi rahasia ini sama-sama orang tidak waras, karena yang memerintahkan memberikan pilihan absolut yang kejam, sedangkan yang diperintah mau saja mau dan melaksanakan misi gila ini.
=== THE STRADS : EPISODE SATU, DIMULAI ===
Strad bisa melihat jam tangan digitalnya, jam tangannya tak cuma menunjukkan pukul 0105 pagi saja, tapi juga ketinggian 35 ribu kaki, dan suhu kabin yang berkisar 25 derajat celsius, untuk orang-orang seperti dia, ia membutuhkan sesuatu yang lebih dari sekedar menunjukkan waktu secara akurat dan kemampuan tahan tekanan air laut yang besar.
Empat jam lagi, waktu penerjunan masih lama, ia pun mulai gelisah, tetapi ia tetap berusaha menenangkan dirinya sendiri yang sudah dipenuhi dengan perlengkapan terjun HALO—memakai helm terjun ala pilot pesawat tempur, dimana selang napasnya disambungkan ke tangki oksigen dan pemberat limapuluh kilogram yang menggantung di dadanya.
Dan sebuah ransel MOLLE yang berisi seluruh perlengkapannya bertugas nanti ditambah tas kecil parasut cadangan terikat di antara perut dan kedua kakinya ia pangku selama ia duduk, hanya ini lah satu-satunya cara untuk membawa perlengkapan tempurnya, karena punggungnya sudah dijejali dengan tas berisi parasut utama.
“—Gelisah, heh?—“ tanya komandan yang mengirimnya.
”Ya. Karena ini adalah saat pembuktian.” jawab Strad datar.
“—Pembuktian setelah selama ini berlatih dengan keras, ada hasilnya, eh?—“
“Ya.”
“Gelisah pada saat tugas pertama itu wajar, kok..” ujar Komandan Nicholas Piccard—pria berambut pirang klimis dengan kumis tipisnya yang juga pirang, begitulah sosok sang komandan—dalam misi ini, ia memiliki nama sandi Komando. ”Tapi jangan sampai kegelisahanmu dibawa selama misi berlangsung!” tambah Komandan Piccard mengingatkan.
Hanya bermodal radar, sang komandan bisa memantau keberadaan Mother Goose dan orang kirimannya itu dari dalam ruangan sebesar 50x50 meter yang dipenuhi oleh peralatan navigasi dan komunikasi teknologi terkini—tempat ini dikenal dengan nama Ruang Komando.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE STRADS (BAHASA INDONESIA VERSION)
ActionSatu Desember 149—Perjanjian Loire ditandatangani, Perang Estharian Pertama usai, Kaisar Galbadia waktu itu, Kaisar Damian Hans Deling, dihukum mati, Galbadia berubah menjadi republik sesuai butir kesepakatan Perjanjian Loire, Galbadia mengalami sep...