(EPISODE DUA)

1.2K 19 0
                                    

Waktu yang dijanjikan oleh Nikolai pun tiba, di tengah remang-remangnya lampu penerangan desa, Lonant berjalan hati-hati menyusuri jalan tersebut, setelah baru saja diperintah Nikolai untuk memanggil tamu agung para pemberontak itu untuk ikut berkumpul di markas rahasia mereka.

Seorang anggota pemberontak yang bertugas berjaga-jaga di luar rumah langsung menyapanya ketika Lonant datang.

“Bagaimana?” tanya Lonant.

Anggota pemberontak itu tersenyum mengerti, “Ah—Kelihatannya ia begitu nyenyak tidurnya.” Jawabnya dengan nada bercanda.

“Bisa-bisanya ia bisa tidur senyenyak itu dalam keadaan seperti ini—Akan kubangunkan dia!” seloroh Lonant sembari bergegas masuk ke dalam rumah dan menuju kamar Strad yang berada di lantai atas.

Pihak sekutu meremehkan para pemberontak, buktinya adalah, hanya mengirimkan satu orang prajurit—Desas-desus yang berhembus dari mulut para pemberontak begitu cepat meracuni Lonant, ia pun juga ikut merasa tidak simpatik dengan terhadap keberadaan Strad, ketidaksimpatikannya itu ia salurkan dengan langsung membuka pintu kamar dengan agak sedikit mendobrak.

Lonant berharap caranya ia membuka pintu bisa membuatnya melihat Strad yang langsung terbangun dengan wajah masih mengantuk bercampur gelagapan, setelah beberapa jam enak-enakan mengigau dalam mimpi.

Namun harapan emosionalnya berhenti spontan seiring dengan langkahnya yang terhenti—ia sudah disodori moncong pistol M1911A3-nya Strad, jari telunjuknya juga sudah seluruhnya memeluk pelatuk—tinggal meremas sedikit saja.

Lonant menguasai dirinya lagi, ia menghela napas dan menelan ludahnya sejenak, “Bersiap-siaplah, kita akan berangkat untuk menyelamatkan orangmu malam ini!” ujar Lonant gagap.

Strad langsung bangkit dari tidurnya, menyarungkan kembali pistolnya, meraih dan memanggul kembali tas ranselnya, dan langsung berjalan meninggalkan Lonant.

“Tu—tunggu!” susul Lonant.

=== THE STRADS : EPISODE DUA, DIMULAI ===

Lonant berusaha mengingat-ingat kembali kejadian tadi, ia melukiskan kejadian tersebut dengan alur kronologis yang lebih lambat dan jelas, karena apa yang terjadi begitu cepat, ia sedikit meragukan ingatannya di bagian—ketika membuka pintu ia masih melihat Strad masih tidur di atas ranjang.

Namun, ketika ia mengedipkan matanya, ia sudah melihat Strad sudah menodongkan pistolnya dalam keadaan terjaga walaupun Strad menodongnya dalam keadaan tiduran—membuatnya ragu, tapi ia berusaha menampik keraguannya, ia yakin kalau itu memang kejadian yang sebenarnya.

Akhirnya ia merasa yakin kalau apa yang dilakukan Strad memang benar-benar bukan ilusi kepanikannya, keyakinan apa yang ia alami tadi membuat munculnya rasa yakin dan percaya kalau Strad bukan orang sembarangan—dan pihak sekutu tidak mempermainkan dirinya dan para pemberontak lainnya.

”Hey, kawan! Tadi kau melakukannya cepat sekali! Bagaimana caranya untuk mempelajari teknik seperti itu?!” tanya Lonant dengan nada memuji.

Namun Strad tak menggubrisnya, ia hanya terus berjalan memunggungi Lonant.

”Hanya orang yang sangat terlatih yang bisa melakukan hal seperti itu!” lanjutnya.

Lagi-lagi, tak ada jawaban dari si manusia es itu, tapi rasa kagum yang muncul itu masih bisa mengalahkan kedongkolannya atas arogansi Strad.

”Itu dia tempatnya!” tunjuk Lonant.

Strad mengalihkan pandangannya, melihat siluet sebuah lumbung gandum yang bersembunyi malu-malu di tengah rimbunnya hutan kecil yang terkena sinar rembulan.

THE STRADS (BAHASA INDONESIA VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang