(EPISODE ENAM)

981 8 0
                                    

PUKUL 0200, KETINGGIAN 40 RIBU KAKI

SEPULUH MIL DARI PERBATASAN HADRANIAH—GALBADIA,

GURUN HAZRABIAH

KESULTANAN HADRANIAH

Entah berapa sudah napas Kopral Penerbang Edward McKlusky yang dihela ketika ia mulai bosan memainkan joystick kamera ALL-TV yang dibidik ke arah kawasan perbatasan Hazrabiah dengan Galbadia, sambil memutar-mutar bola tetikus di samping stik kendalinya untuk memperbesar dan memperkecil lensa kamera super sensitif sebesar teleskop observasi langit.

Hanya hamparan padang pasir bewarna dominasi hitam dengan campuran gradasi abu-abu kehitaman untuk menunjukkan kawasan padang pasir terluas di Benua Estharian pada kondisi larut malam suhu udaranya dingin.

*****

Kamera ALL-TV adalah perangkat kamera inframerah, ia mengandalkan pencitraan dua warna hitam dan putih dengan campuran gradasi dari tangkapan hawa panas yang dihasilkan obyeknya untuk mendapatkan pencitraan yang lebih detil—walau warnanya hanya sebatas hitam-putih dan komposisi campuran di antara keduanya.

Apalagi ditambah dengan lensa kamera sepanjang teleskop observasi langit yang hampir sebesar mobil jenis city car lengkap dengan sistem pengaturan elektrik, sehingga kamera ALL-TV itu bisa membedakan mana seekor ular pasir dengan tumpukan pasir saja dari ketinggian 40 ribu kaki seusai dengan permintaan McKlusky.

*****

“Hey, McKulsky! Kau seperti mau mati disana.” Panggil rekan satu satuannya, ketika rekannya yang sedang menyusuri kabin untuk buang air, memergoki McKlusky merem-melek ketika bertugas malam.

”Hoaeeeeeemm!.. Ya, mati kebosanan disini!” seloroh Edward sambil mengucak-ucak matanya yang mulai ikut-ikutan berat seperti kepala dan punggungnya.

Tiba-tiba ada tangan yang menepuk bahunya, ia pun sontak terduduk, karena yang suka menepuk bahunya ketika ia sudah mulai bermalas-malasan adalah Kolonel Penerbang Johanes Chow—sang komandan pesawat Ursa dengan sandi tugas Sky Eye.

“Kalau tugas ini membosankan, kenapa kau bergabung di AU, nak?!” tanya orang yang menepuk bahunya.

Ia pun tahu benar si empunya suara yang mencoba dimirip-miripkan dengan suara Kolonel Chow, ”Karena aku harus menafkahkan istriku yang sedang hamil tua—Pak Komandan!” jawab Edward sembari menghela napas lega.

Sersan Penerbang Rupert van Der Beek—sahabat semenjak masuk wajib militer Angkatan Udara—memandanginya dengan senyuman jahil, ”Waduh, berarti bukan karena sukarela kau mengabdi di Angkatan Udara, dong?” tanya Rupert kecewa.

”Tak ada pekerjaan yang lebih baik gaji dan tunjangannya, kecuali di militer.” jawab Edward alias McKlusky, “Yaa—Setimpal dengan resikonya, lah! Andai ada pekerjaan yang gaji dan tunjangannya jauh lebih besar dari resikonya—aku tanpa ragu untuk keluar dari peti mati terbang ini.” Lanjutnya enteng..

Rupert menghela napasnya dan memandangi sepanjang kabin—takut ucapan Edward yang kencang dan seenak jidat itu didengar Komandan Chow, “Kau akan mati dibunuh kalau Komandan Chow mendengar jawabanmu, Ed!” ujar Rupert mengingatkan.

McKlusky tersenyum kecut ketika mengingat wajah sang Komandan Sky Eye itu, perwira menengah dengan pangkat Kolonel Penerbang itu pernah memergokinya tertidur dalam tugas, namun berkat lobian Rupert, ia lolos dari ancaman skors dan memberikan Edward kesempatan terakhir untuk tidak tertidur dalam tugas lagi.

“Ayo, kerja yang benar! Si bayi nanti dikasih makan apa?!” ujar Rupert sambil mengetuk dahi Edward dengan papan kertas meninggalkan sahabat dekatnya untuk melanjutkan tugas malamnya mengawasi performa server Sky Eye.

THE STRADS (BAHASA INDONESIA VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang