(EPISODE LIMA)

930 10 0
                                    

BRUMMM!!

Bunyi mesin ringkih truk uzur itu menuju pangkalan, semakin lama truk itu semakin menjauhi pandangan Strad yang sedang meringkuk di semak-semak yang ada di pinggiran jalan.

Punggungnya sedikit sakit, setelah ia berhasil sampai di sebrang, ia langsung menjatuhkan dirinya dari gelantungan dan langsung menggulingkan tubuhnya ke samping, menuju hutan terdekat untuk kembali menyusup.

Dengan hati-hati ia masuk ke dalam hutan yang ada di sebrang jalan utama, kali ini ia harus lebih berhati-hati, karena ia berada kawasan ring tengah pangkalan militer—ring tengah tentu lebih ketat dari ring luar, lebih banyak patroli yang kelayapan di ring tengah dan masih banyak lagi tantangan yang akan ia hadapi.

Ia bergegas merayap menuju sebuah hutan kecil yang ada di dekatnya, bergerak menuju posisi menembaknya dengan menembus lebatnya pepohonan dan semak belukar—plus, kondisi geografis yang menanjak-nanjak.  

Limapuluh lagi—gumamnya dalam hati sembari merayap kembali diantara semak belukar.

=== THE STRADS : EPISODE LIMA, DIMULAI ===

Sedangkan di Komando, Anne terlihat lelah memandangi posisi Strad yang sedang menyusuri bumi seperti seekor ular di tengah-tengah puluhan tentara Galbadia bersenjata lengkap, sudah hampir seharian ia melototi pergerakan Strad—rasa khawatirnya tak kunjung hilang.

Komandan Piccard datang ke Ruang Komando, dengan cappucino dan roti sobek sebagai sarapannya, “Bagaimana dengan Strad?” tanya Komandan Piccard yang menghampirinya dengan wajah segar-bugar.

“P—Pak!” sapanya gagap, ia buru-buru memasang kacamatanya dan merapikan rambutnya yang kusut, “Menurut citra satelit, ia sudah berada kira-kira limapuluh kilometer lagi dari pangkalan.” Jawab Anne.

Komandan Piccard memandangi layar LCD raksasa yang ada di depannya, tapi ia terlihat tidak terlalu sekhawatir Anne, seperti melihat tayangan berita, namun sang komandan sedikit terkejut ketika melihat mimik wajah Anne yang kusut tak keruan.

“Ya ampun!” gumam Komandan Piccard, “Kau sudah terlalu lelah—segeralah istirahat!” ujar Komandan Piccard.

“Ah, tak apa, Pak!.. Saya ma—masih kuat!” Anne mengelak.

Komandan Piccard memicingkan matanya, “Jangan sok tangguh, Sersan!” hardik sang komandan, “Jangan memaksakan diri sendiri, kelelahan adalah musuh dari konsentrasi, konsentrasi adalah tuntutan utama dalam tugas ini!”

Komandan Piccard langsung mengambil mantel Anne yang berada di gantungan jaket di pojok Ruang Komando, ia langsung menyodorkannya kepada Anne yang masih ragu untuk meninggalkan komandannya sendirian, “Ini.” Serah Komandan Piccard.

“A—Apakah bapak yakin untuk ditinggal sendirian?” tanya Anne ragu.

“Jangan remehkan kemampuanku.” Jawab Komandan Piccard sinis, “Sekarang segera pulang ke rumahmu, tidurlah dengan nyenyak sampai kau bangun, makan, dan segera kembali!” tambah Komandan Piccard.

Anne sembunyi-sembunyi tersenyum bangga kepada Komandan Piccard, walau ia bicara dengan nada ketus dan terlihat kaku—untuk menjaga wibawanya—ia adalah sosok komandan yang  begitu memperhatikan anggotanya.

“Permisi, Pak!” pamitnya.

Komandan Piccard mengangguk, ia pun memandangi Anne yang berjalan loyo meninggalkan ruang komando, dan sekarang, Komandan Piccard sendirian di ruang komando, mengawasi pergerakan Strad yang membosankan sambil menikmati sarapannya sendirian.

*****

Sedangkan di Ruang Rapat Istana, para hadirin acara uji kelaikan sedang bersiap-siap untuk menanti acara pengambilan undian untuk mendapatkan giliran memaparkan rencana kerja kedua orang terpilih mengenai rencana mereka ketika diangkat menjadi panglima perang di Kekaisaran Galbadia.

THE STRADS (BAHASA INDONESIA VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang