(EPISODE EMPAT)

1K 11 0
                                    

TEEET!! TEEET!! TEEEETT!!

Hampir tak pernah Komandan Piccard menghentikan tangannya yang terus-terusan menekan klakson mobilnya, namun ratusan orang mabuk dan bebal itu tetap saja asyik menari-nari di tengah jalan kota, pengendara lainnya pun begitu, sama-sama kesal seperti sang komandan.

Hampir satu jam ia dan pengendara lainnya terjebak kemacetan di pinggir kota karena lautan manusia yang sedang merayakan Hari Kemerdekaan Republik Rune-Midgard, polisi lalu-lintas yang dikerahkan untuk mengatur gegap gempita acara pun tak berkutik ketika berhadapan dengan “amuk” massa.

Arlojinya menunjukkan pukul 22. 15—ia sudah terlambat lima menit!

Wajah semakin kusut, sekusut selembar kertas yang digulung-gulung dan diremas-remas, emosinya pun beranjak naik seiring waktu yang terus berputar, tapi ia berusaha untuk menenangkan dirinya dengan memperhatikan para polisi yang kerepotan menyingkirkan lautan manusia yang bergerombol layaknya binatang ternak.

Di tengah kekacauan itu, pikirannya menerawang tigapuluh tahun yang lalu, ia melakukan hal yang sama dengan kawan-kawannya—mabuk dan membuat para pengendara kesal, persis seperti apa yang ia alami sekarang—dan salahsatu teman geng bikin onar adalah orang yang akan ia temui sekarang.

Saluran lalu-lintas yang macet itu akhirnya berangsur lancar lagi, para pengendara yang ingin menikmati hari libur mereka di luar kota, langsung tancap gas ketika melihat jalanan sudah berhasil disterilkan oleh polisi.

“Akhirnya.” hembus Komandan Piccard lega, tanpa banyak pikir, ia langsung menginjak gasnya dalam-dalam.

Mobil Ford Ranger hitamnya berdecit, lalu melesat kencang meninggalkan asap dan bau karet terbakar, sang polisi hanya bisa memandangi mobil tentara itu sembari menggelengkan kepalanya.

=== THE STRADS : EPISODE EMPAT, DIMULAI ===

Ia pun semakin kencang memacu mesin mobil SUV-nya, karena ia sudah terlambat sepuluh menit untuk menghadiri sebuah acara besar di kawasan elit di pinggiran kota Junon yang jaraknya dua puluh kilometer dari ibukota.

Dengan piawai ia membawa mobil besarnya mengikuti jalanan yang penuh lika-liku dan naik-turun tajam itu, rasa khawatir tidak bisa hadir di acara ternyata lebih kuat ketimbang rasa khawatir mobil bongsor milik kantor bisa terguling masuk ke jurang karena terlalu limbung.

Selera yang cukup aneh bagi orang-orang mapan untuk mencari tempat tinggal yang aman dan damai dengan cara membangun kediaman-kediaman mewah mereka di kawasan pegunungan sekitar Junon yang terkenal terjal dan berbahaya itu, namun begitulah orang kaya, demi menjaga ekslusifitas, kepuasan batin dan kenyamanan hidup mereka, mereka rela bayar besar—dan mau tinggal dimana saja.

****

Setelah masuk dan menyusuri jalan komplek memperhatikan rumah-rumah para penghuninya yang berhektar-hektar itu, akhirnya ia sampai di sebuah gerbang tinggi besar yang juga dijaga oleh empat orang polisi militer berpakaian PDL bersenjata lengkap dengan dua anjing penjaga berwajah seram—majikan dengan anjingnya sama-sama menakutkan.

Seorang PM mendekatinya dan mengetuk kaca jendelanya sebagai tanda minta dipersilahkan untuk diperiksa, ia terlihat berani memasang wajah seram kepada Komandan Piccard, walau pangkat dirinya lebih tinggi dari pangkat dua orang PM itu.

Tak ada mobil kelas bawah seperti Ford Ranger dengan lancangnya masuk ke wilayah kekuasaan si empunya rumah yang mereka jaga, paling minimal yang biasa datang ke tempat itu adalah mobil-mobil kelas lincoln atau bentley.

Maka dari itu, salahsatu dari keempat PM itu menghampiri  dan menggedor kaca mobil Komandan Piccard dengan wajah seram, Komandan Piccard pun membuka kaca jendelanya.

THE STRADS (BAHASA INDONESIA VERSION)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang