5

1.2K 177 23
                                    

Setelah beberapa hari tinggal di rumah orang tuanya, akhirnya wanita itu memutuskan untuk ikut tinggal dengan suaminya di pesantren.

Prilly membuka pintu mobil yang terparkir di depan ndalem, disana dia sudah disambut oleh mertuanya. " Assalamualaikum, Umma Baba ", wanita itu menghampiri kedua orang yang paruh baya didepannya serta menyalami punggung tangan mereka.

Umma Yayah memeluk menantu cantiknya itu, " gimana kabar kamu Nak?"

" Alhamdulillah, semoga selalu lebih baik Umma "

" Ayo masuk, Zalfa tolong bawakan koper Ning mu ya "

" nggih Nyai ", sebelum benar - benar masuk ke ndalem Prilly melihat sebentar kearah wanita berkacamata yang selama ini ingin dia ketahui.

Umma Yayah terus merangkul punggung Prilly sampai mereka sampai di ruang tengah, disana ada Maqil dan Hasna yang tengah menonton televisi yang menyiarkan berita. " Prill, sejak kapan nyampe nya?"

" Baru aja Na, Mas ", Prilly menangkupkan kedua tangannya saat bersalaman dengan Maqil.

Dapat Prilly lihat ekspresi Maqil yang mendadak salah tingkah saat Zalfa masuk membawakan koper milik Prilly, " Maaf Nyai, ini mau di simpan dimana ?"

" disitu aja nduk ", wanita bernama Zalfa itu meminta izin untuk ke dapur dan melanjutkan kembali pekerjaannya.

" Mas Ali ndak jemput Prill ?"

" sibuk Na ", Hasna menganggukkan kepalanya tanda dia mengerti, memang kakak pertamanya itu orang sibuk. Dimana dia harus bekerja sebagai dosen disalah satu universitas islam swasta, lalu mengajar di pesantren, mengurus restoran yang dia bangun saat jaman kuliah, atau terkadang di panggil untuk ceramah di luar kota.

***

Jam makan siang sudah tiba, Ali pulang saat semua anggota keluarganya siap untuk makan. " Assalamualaikum "

" Waalaikumussalam ", jawab semuanya. Ali mematung saat melihat sosok yang begitu dia kenali duduk di kursi makan bersama anggota keluarga ndalem.

Prilly melihat raut kaget suaminya saat melihat Zalfa yang ikut bergabung untuk makan siang bersama keluarga ndalem. Sungguh, itu sebenarnya permintaan Prilly. " duduk Mas ".

Ali berjalan menghampiri mereka, duduk di samping kanan Baba nya, dan disamping kanan dirinya ada Prilly. Mereka makan dalam diam.

" Zalfa sudah punya calon suami ?" Pertanyaan Prilly itu sontak membuat dia menjadi pusat perhatian. " belum Ning "

" kalo misalnya Mas Ali belum nikah, terus Mas Ali dan Mas Maqil lamar kamu. Lamaran siapa yang akan kamu terima ?"

" Prill " Ali tak mengerti jalan pikiran istrinya itu, untuk apa dia bertanya seperti itu didepan keluarganya. Ali dapat melihat raut wajah Maqil yang bingung dan juga penasaran.

Zalfa diam, tak menjawab pertanyaan Prilly. Bagaimana bisa Ning nya itu bertanya sedemikian rupa, jikapun boleh Zalfa menginginkan Ali untuk jadi pendampingnya.

" kenapa diam ?"

" Prilly " Ali menegaskan agar Prilly diam dan melanjutkan makannya. Wanita itu menatap tajam pada Ali yang sama - sama sedang menatapnya dengan perasaan kesal.

" Umma, Baba. Prilly permisi, silahkan lanjutkan makan siangnya ", wanita itu memundurkan kursinya lalu pergi meninggalkan mereka yang menatapnya dengan tatapan heran.

Prilly duduk di samping halaman ndalem, dimana disana banyak sekali tanaman hias milik Umma Yayah yang bagus dan terawat. Prilly memanggil Zalfa saat melihat wanita itu akan pergi dari ndalem menuju asramanya.

You're The Cause Of My Euphoria [ PDF ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang