8

1.6K 190 41
                                    

Wanita berbalutkan mukena itu terus menuruni anak tangga, rencananya dia akan sholat berjamaah maghrib di masjid pesantren dikarenakan ini malam jum'at dan pesantren selalu mengadakan yassinan, dan besoknya selepas jum'atan ada pembagian makanan gratis untuk yang sholat dan juga warga, bisa dibayangkan berapa bungkus nasi setiap hari jum'at yang harus di kelola pihak dapur pesantren.

" udah siap Nak ?"

" nggih Umma ", Prilly dan mertuanya itu hendak keluar dari ndalem namun urung karena suara Hasna yang memintanya agar ditunggu.

Umma Yayah geleng - geleng kepala karena tingkah anak perempuan terakhirnya itu, " Kunci pintu ne Na "

Mereka berjalan beriringan menuju masjid yang ternyata sudah di penuhi santri dan warga sekitar. Prilly mengikuti langkah Umma nya, dan diekori Hasna. Mereka sesekali tersenyum melihat keluarga ndalem yang masih berjalan untuk mencari tempat.

" Matur nuwun Bu ", ucap Umma pada warga yang menggeserkan tempatnya agar keluarga ndalem bisa menggelar sajadah.

" Iki bojone Gus Ali Umma ?", Umma Yayah langsung melirik ke sampingnya. " nggih Bu " jawabnya disertai dengan senyuman.

" Ayu tenan yo "

" Alhamdulillah, mudah - mudahan hatinya juga ayu Bu, mohon doa ne ", Prilly yang ada disamping kiri Ummanya ikut tersenyum dan meng-aamiinkan ucapan Umma nya.

" iki yang adzan sopo toh Na ?"

" koyok suantene Ustadz Bilal Prill, napo ?"

" merdu Na hehe "

" yo lebih merdu suanten bojo mu Prill "

Mereka sholat maghrib berjamaah yang di imami oleh Gus Maqil, selepas sholat maghrib lalu dzikir dan sholat sunnah sebentar mereka pun memulai acara rutinannya. Masih Gus Maqil yang memimpin, sampai ceramah yang langsung di ganti oleh Gus Ali.

Dari jauh Prilly bisa melihat suaminya yang sudah duduk di mimbar, lelaki itu tersenyum sampai akhirnya mengucapkan salam.

" MasyaAllah, ada lagi ndak sih yang koyok Gus Ali gitu "

" senyum e, wis lah ra iso turu nanti malem "

Ummu Yayah terkekeh mendengar ucapan beberapa warga yang mungkin tak menyadari jika dirinya ada didepan mereka. Beliau melihat kearah belakang, lalu menyimpan telunjuknya di bibir, ssssttt.

Kedua wanita itu membelalak tak menyangka mereka kepergok langsung oleh ibu dari lelaki yang tengah mereka bicarakan, " ngapunten Umma "

Prilly yang sebenarnya mendengar pun hanya tersenyum, namun tak membalikkan badannya. Dia tak mau kedua wanita itu merasa malu karena kepergok mengagumi suaminya.

***

" Ono ora Prill sendal e ?" Prilly mengerucutkan bibirnya sembari celingukan mencari sandalnya yang hilang atau dia yang lupa simpan. Tapi seingatnya sandalnya dia simpan berdampingan dengan sandal Umma dan Hasna. Kenapa sandal mereka ada dan punya dirinya tidak ada? Padahal hanya sandal capit murah, sedangkan sandal Umma dan Hasna bisa dikatakan ada harganya.

" Tadi aku kesini pake sandalkan Umma ?"

" iyo, pake sandal jepit yang warna putih merah iku "

" Ono ora Na ?" Tanya Prilly saat melihat Hasna yang kembali menghampiri mereka yang masih mencari sandal. " koyokne ono sing anggo Umma, wis lah. Rapopo, esuk iso beli meneh Prill "

You're The Cause Of My Euphoria [ PDF ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang