3

2.8K 252 17
                                    

Angin sore yang terasa begitu menusuk kulit itu tak menyurutkan tekad lelaki dengan jaket hitam dan helm yang menutup kepalanya.

Lelaki itu menarik pedal gas motornya saat banyak celah kosong di jalan raya itu. 3 hari berbaring dengan punggung yang perih, sekarang saatnya lelaki itu berjuang untuk sebuah maaf, - dimaafkan -.

Ali memasuki komplek yang tidak jauh dari pesantren Baba nya, dia menghentikan motor trailnya didepan pagar rumah yang menjulang tinggi menutup rumah berlantai 2 itu.

Keringat - keringat dingin mulai muncul dipelipis lelaki itu, bagaimana pun juga dia harus siap menerima semua perlakuan keluarga Prilly. Dia tidak peduli jika akhirnya dia akan babak belur. Niatnya kesini baik, dia ingin meminta maaf dan mempertanggung jawabkan apa yang sudah diperbuatnya.

Ali masuk kedalam halaman luas itu, wajahnya mendongak melihat bangunan didepannya. Sambil dia menelan salivanya.

" Kamu siapa? Mau ketemu siapa?" Tanya seorang perempuan dengan wajah herannya.

Sebelum menjawab, lelaki itu kembali menelan ludahnya. " Sa-saya Ali, mau ketemu Prilly sama Keluarganya "

" oh, jadi Lo yang udah bikin adik gue terpuruk ? Ngapain Lo kesini? Gak tau malu Lo, setelah apa yang Lo lakuin terus sekarang Lo malah menampakkan wajah bajingan Lo disini ?"

" Saya ingin meminta maaf Kak, saya akan bertanggung jawab untuk apa yang sudah saya perbuat pada adik kakak, Prilly. "

Wanita bernama lengkap, Fita Selia Nurqalby itu berdecak malas. " tanggung jawab seperti apa maksud Lo? Kesucian adik gue gak akan kembali "

" Fita, lagi ngobrol sama siapa kam- ", wanita paruh baya dengan hijab modernnya keluar menghampiri anaknya lalu ucapannya terhenti saat melihat laki - laki yang dikenalnya.

Wanita paruh baya itu tersenyum hangat pada lelaki didepannya, bahkan meminta Ali untuk masuk dulu. Jujur, sebenarnya hatinya sakit melihat Ali ada di rumah nya. Tapi dia mencoba berserah, saat mengetahui maksud kedatangan lelaki itu.

" Bun, apaan sih? Kok malah nyuruh dia masuk !"

" kita perlu menyelesaikan semuanya Fita, demi adik kamu juga ", Fita berlalu meninggalkan Bundanya untuk menghampiri anaknya yang terdengar menangis.

***

Ali mengedarkan pandangannya pada setiap juru rumah bernuansa putih tulang itu. Dia menunggu Papa Prilly yang sedang dipanggil Bunda Prilly.

Saat Papa Prilly telah ada dihadapannya, Ali dengan cepat bersujud dikaki lelaki paruh baya itu. " Maafin Ali, Om. Wallahi, Ali menyesal Om "

Orang tua mana yang tak sakit jika anaknya diperlakukan seperti itu, pasti begitu menyakitkan. Apalagi setiap hari mendengar teriakkan anaknya yang frustasi dan harus mendapat pendampingan psikiater setiap saat.

" Duduk Li ", Ali menggeleng dalam sujudnya tak ingin melepaskan tangannya yang menahan kaki lelaki dihadapannya ini.

Lelaki paruh baya itu mengangkat punggung Ali, dan memintanya untuk duduk. Ali pun menyerah dengan duduk disofa yang tersedia.

" Kamu bersedia menikahi Prilly ?" Dengan lantang lelaki itu mengangguk. " Apapun akan Ali lakukan Om, walaupun Ali harus kehilangan nyawa Ali sekalipun "

Lelaki itu mengangguk, saat dia akan mengucapkan sesuatu dia urungkan karena suara seseorang, " ngapain bajingan itu disini Bun ?"

Kedua lelaki itu melihat kearah sumber suara, dimana Prilly menatap tajam pada Ali. " Ali mau bertanggung jawab sama kamu Nak, kamu mau kan ?"

" Aku gak mau, bagaimana bisa aku hidup dengan seorang monster Pa?"

" sekarang Lo, pergi. Sampai kapanpun gue gak akan maafin Lo! Gue gak sudi jadi istri Lo ! Bajingan. "

You're The Cause Of My Euphoria [ PDF ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang