TMD // 11

3 0 0
                                    

*Vote and Comment Please*

*Happy Reading !*

Siapa sangka bahwa sebentar lagi Tristan akan menikah bersama Farah. Miranda tersenyum miris. Selama ini ia mengenang momen-momen kebersamaan bersama pria yang sudah memiliki calon istri. Sialnya, Miranda tidak tahu soal itu hingga pada akhirnya ia bertemu dengan seorang wanita yang mengaku sebagai calon istrinya. Baiklah, semua sudah terjadi. Semua sudah jelas adanya. Mungkin Miranda memang ditakdirkan hanya sebatas mengagumi Tristan. Tidak lebih.

Lagi-lagi Miranda harus mengubur dalam-dalam perjalanan kisah cinta yang sangat menyedihkan. Jauh sebelum bertemu Tristan, Miranda sempat menjalin hubungan asmara bersama pria yang bernama Dion. Hubungan mereka tidak berjalan lama setelah Dion mengetahui bahwa Miranda mempunyai anak kecil bernama Candy. Dion memutuskan hubungannya dengan Miranda lalu ia pergi. Dan, terakhir Miranda mendapat kabar dari Windy kalau Dion sudah menikah. Tentu Miranda hanya diam saja menahan rasa sakit yang mulai meracau.

Langkah Miranda terhenti ketika ia bertemu dengan Tristan tepat di depan rumah. Tristan yang saat itu ingin membuka pintu mobil, berpaling ke arah Miranda. Tatapan mereka kembali bertemu setelah beberapa hari mereka tidak bertemu.

Miranda meremas ujung jaketnya. Dia tidak boleh menatap mata itu. Ingat,  sebentar lagi Tristan akan menikah. Wajar saja jika Miranda tidak mungkin mengharapkan cinta dari Tristan. Karena itu tidak akan pernah terjadi. Tidak akan.

Miranda melanjutkan langkahnya. Ia berjalan melewati Tristan menuju pintu rumah namun tertahan karena suara Tristan memanggil namanya. "Miranda, aku ingin bicara denganmu."

Tidak ada tanda-tanda Miranda akan membalikkan tubuhnya. Akhirnya, Tristan berjalan mendekati Miranda hingga ia berdiri di hadapan Miranda. Ia menatap kedua mata Miranda namun Miranda tidak membalas tatapan itu.

"Aku minta maaf karena selama ini aku memang tidak memberitahumu soal Farah. Dan, aku juga minta maaf soal Farah yang ...."

"Apakah itu begitu penting bagiku ?" potong Miranda. "Apapun yang kau jelaskan, tidak akan mengubahkan perasaanku." Miranda berusaha membalas tatapan Tristan. Dia sungguh tidak bisa menahan diri, mengatakan bahwa ia juga merindukan Tristan melalui tatapan matanya.

"Aku mengenalmu dengan baik. Sangat baik. Hingga aku berada di satu titik dimana aku tidak bisa keluar dari titik itu dalam dirimu ..." suara Tristan terdengar di telinga Miranda. "Miranda, aku mencintaimu."

.
.
.

Aku mencintaimu adalah kalimat omong kosong yang Miranda dengar dari seorang pria yang bernama Tristan. Bukan dengan hati bahagia Miranda mendengar kalimat yang seharusnya tidak perlu ia dengar lagi justru ia semakin takut dan sedih kalau memang pada akhirnya si pria pergi begitu saja.

"Apa kau juga mencintainya ?" tanya Ratih sambil menggenggam tangan Miranda ketika Miranda menceritakan kepada Ratih tentang pembicaraan bersama Tristan di depan rumah.

"Bohong kalau aku tidak mencintainya. Aku juga mencintainya, Bu. Tapi ... rasa cintaku untuknya hanya sesaat."

Ratih diam. Ia menunggu Miranda mengatakan kalimat selanjutnya. Tampak Miranda menghela nafas. Kepalanya tertunduk menatap meja makan yang terbuat dari kayu menahan gumpalan air mata yang mulai mengapung.

"Karena sebentar lagi ... Tristan akan menikah. Dan aku sudah bertemu dengan calon istrinya."

Ratih segera memeluk Miranda yang sudah tidak kuat menahan air mata yang sudah tumpah ke wajahnya. "Kau harus kuat dan sabar, Nak. Terima saja kenyataan bahwa memang ada beberapa orang diciptakan untuk sekedar datang dan tidak bisa untuk kita miliki meskipun kau cinta dia."

TRULY MADLY DEEPLYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang